Biasanya, pertanyaan tentang tempat terbaik untuk mengambil program MBA dijawab dengan merujuk pada peringkat MBA dari berbagai institusi, seperti sekolah A di urutan pertama, sekolah B di urutan kedua, dan seterusnya.
Namun, kali ini saya ingin memberikan perspektif yang berbeda.
Program MBA terbaik adalah yang paling sesuai dengan kebutuhan dan tujuan karir kita. Penting untuk memiliki rencana yang jelas tentang apa yang ingin dicapai setelah menyelesaikan MBA, baik dalam lima tahun maupun sepuluh tahun ke depan. Ini akan sangat membantu saat menulis esai MBA, karena pihak admission office ingin melihat bahwa kita adalah kandidat yang cocok dengan karakter sekolah mereka. Mereka ingin memastikan bahwa program MBA mereka adalah jembatan yang tepat antara posisi kita saat ini dan tujuan kita di masa depan.
Misalnya, jika Anda bercita-cita menjadi investment banker di Wall Street, carilah program MBA dengan fokus yang kuat pada keuangan atau yang berlokasi di New York City (seperti Columbia). Jika tujuan Anda adalah memulai startup, cari program MBA yang memiliki koneksi kuat dengan komunitas venture capital (seperti Stanford).
Jika Anda ingin bekerja di Eropa, memilih sekolah seperti London Business School (LBS) atau HEC Paris akan mempermudah proses wawancara kerja di sana.
Tidak semua orang memiliki waktu untuk kuliah selama dua tahun. Karena alasan biaya atau tanggung jawab keluarga, program MBA satu tahun bisa menjadi pilihan yang lebih baik (seperti Judge atau Said), dan ada juga program MBA yang hanya memakan waktu 10 bulan (seperti INSEAD).
Bagi mereka yang tidak dapat kuliah penuh waktu karena masih bekerja, part-time MBA atau weekend MBA bisa menjadi solusi yang tepat.
Pada akhirnya, pemilihan program MBA sangat dipengaruhi oleh alasan pribadi masing-masing individu. Yang terbaik adalah yang paling sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pribadi kita.
Untuk saya sendiri, program MBA terbaik adalah dari The University of Chicago (Booth). Jika Andrea Hirata memiliki “altar suci” di Sorbonne, maka altar suci saya adalah The University of Chicago. Sebagai ekonom, saya mengikuti Chicago School of Economics, yang seperti ideologi bagi saya.
Kuliah di Chicago Booth adalah impian yang menjadi kenyataan. Saya bisa bertemu dan berinteraksi langsung dengan para tokoh besar seperti Gary Becker, Eugene Fama, Richard Thaler, Steven Levitt, Peter Hansen, dan Douglas Diamond—nama-nama yang sebelumnya hanya saya baca di buku atau paper.
Selain itu, sebagai profesional di bidang ekonomi dan keuangan, gelar alumni Chicago sangat berharga dan membuka banyak pintu kesempatan.