Paradoks langit gelap, atau paradoks Olbers, adalah namanya. Selama bertahun-tahun, ilmuwan, terutama ahli astronomi, juga telah menanyakan hal ini dan mencari jawabannya. Namun, dengan semakin berkembangnya ilmu astronomi dan penciptaan alat observasi yang lebih baik, misteri ini mulai terjawab.
[1]
Pertanyaannya adalah, jika luar angkasa dipenuhi dengan bintang (matahari) yang terang, kenapa masih terlihat gelap?Sebelum kita mulai, kita harus tahu bahwa spektrum tampak dari gelombang cahaya adalah yang menentukan terang dan warna sinar matahari. Karena pembiasan cahaya matahari yang bertabrakan dengan objek atau partikel, kita di Bumi dapat melihat sinar matahari. Partikel-partikel itulah yang membentuk atmosfer kita, yang membuat langit biru dan berwarna jingga saat matahari terbit dan tenggelam. Jika kita mengambil contoh bahwa kita berada di planet Mars, yang atmosfernya mengandung kurang dari 1% partikel yang ada di atmosfer Bumi, sunset di sana akan terlihat biru.
[2]
Berbeda dengan di Bumi atau objek angkasa lain yang memiliki atmosfer, di luar angkasa, atmosfer masih belum “sekaya” dengan gas dan radiasi karena partikel yang mampu memantulkan cahaya matahari. Misalnya, jika kita berada di permukaan Bulan tanpa lapisan atmosfer dan melihat langit, langit akan berwarna hitam. Ketika matahari menyinari bulan, kita bahkan bisa melihat bintang-bintang. Fakta bahwa ruang angkasa terlihat gelap adalah hasil dari kombinasi antara keunikan komposisi atmosfer dan fakta bahwa mata kita dapat melihat hanya dalam batas gelombang elktromagnetik tertentu.
Selain itu, faktor alam semesta mengembang ikut berkontribusi terhadap gelapnya luar angkasa. Ekspansi kosmik selama milyaran tahun membuat bintang-bintang semakin menjauh, mengakibatkan panjang gelombang cahayanya juga bertambah dan bergeser hingga akhirnya mata kita tidak mampu lagi melihatnya.
Catatan Kaki
Olbers’ paradox – Wikipedia
[2]
Curiosity Has Captured a Breath-Taking Blue Sunset Over Mars