Kejadian ini bermula sekitar tahun 2014, ketika guru baru bernama E, yang masih lajang dan muda, mulai mengajar di sekolah suami saya di bawah naungan kementerian agama. Saya mulai merasa tidak nyaman setelah menemukan chat di BBM suami dengan emotikon cinta seperti 😘😍❤️. Saya sudah memberitahu suami tentang ketidaknyamanan saya dan bahkan menghapus pin BB E dari ponsel suami.
Saat itu, saya masih muda, berusia sekitar 20-an, dengan seorang anak berusia 4 tahun. Emosi saya cukup labil, dan saya bahkan mengirim pesan ke E, mengungkapkan ketidaknyamanan saya terhadap chat dengan emotikon tersebut. E menanggapi dengan menyalahkan saya atas kecemburuan saya dan mengatakan bahwa dia akan lebih percaya pada suaminya ketika dia menikah nanti. Saya merasa tidak nyaman tetapi tetap tidak ingin memperpanjang masalah.
Pada pertengahan 2016, saya menemukan foto-foto yang tidak pantas di laptop suami saya, termasuk selfie suami dengan E di sekolah. Ini membuat saya sangat kecewa. Saya hanya mengirimkan pesan singkat “Aku kecewa” dan menunggu suami pulang. Ketika suami pulang, dia meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya. Saya memilih untuk diam dan tidak marah, yang tampaknya membuat suami lebih ketakutan.
Pada tahun 2017, E menikah dan kami menghadiri pernikahannya. Kami berusaha bersikap normal meskipun saya masih merasa tidak nyaman. Selama tahun-tahun berikutnya, suami dan E masih bekerja di kantor yang sama, dan saya tidak lagi memeriksa urusan suami karena sibuk mengurus anak dan bisnis online.
Namun, pada pertengahan 2022, insting saya kembali muncul, dan saya menemukan foto-foto yang tidak pantas di ponsel suami, termasuk foto di atas ranjang. Saya menjadikannya sebagai wallpaper ponsel suami dan menanyakan kepada suami tentang foto-foto tersebut. Suami tidak memberikan penjelasan yang memadai dan malah menyuruh saya bertanya langsung kepada E.
Pertemuan dengan E terjadi kemudian, di mana dia meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Dia mengklaim bahwa dia tidak bisa membenarkan tindakannya, dan suami saya tidak pernah meminta foto-foto tersebut, melainkan E yang sering mengirimnya. Kami sepakat agar E memblokir nomor suami saya dan tidak meladeni pesan pribadi lagi.
Setelah pertemuan itu, saya kembali berusaha mempercayai suami sepenuhnya. Namun, pada 31 Januari 2023, saat saya membantu suami mengetik berkas di laptopnya, saya menemukan pesan-pesan WA yang masih tersimpan. Suami sedang menelepon temannya ketika ada panggilan dari Bu I, yang masih tetangga kami. Ini membuat saya merasa seolah-olah Allah memberitahukan saya tentang situasi ini.
Saya benar-benar bisa merasakan betapa beratnya situasi yang kamu alami. Menghadapi masalah seperti ini pasti sangat menyakitkan dan membingungkan. Kamu sudah melalui banyak emosi dan tantangan, dan berusaha untuk menjaga ketenangan dan mencari solusi yang terbaik.
Keputusan untuk memberikan kesempatan terakhir pada suami adalah langkah yang besar dan penuh pertimbangan. Kamu juga menunjukkan kekuatan luar biasa dengan menghadapi situasi ini secara terbuka, dan berusaha untuk memulihkan hubungan sambil menjaga kesejahteraan anak-anak dan diri sendiri.
Jika ada hal lain yang ingin kamu bicarakan atau butuh dukungan lebih lanjut, jangan ragu untuk berbagi. Semoga situasi ini membaik dan keluarga kamu bisa menemukan jalan menuju pemulihan dan kebahagiaan. Semangat terus dan tetap jaga kesehatanmu juga.
Situasi ini pasti bikin kamu merasa campur aduk. Menurutku, menghadapi si E dan suaminya dalam acara seperti itu tergantung pada bagaimana kamu merasa siap.
Jika kamu merasa bisa bertindak dengan sikap profesional dan tetap menjaga jarak emosional, mungkin kamu bisa menghadapinya dengan sikap yang biasa saja. Namun, jika kamu merasa belum siap atau khawatir akan mengganggu emosimu, tidak hadir mungkin adalah pilihan yang lebih baik.
Bagaimana pun keputusannya, yang paling penting adalah kamu menjaga kesehatan mental dan emosionalmu. Dan sepertinya kamu sudah menunjukkan banyak kekuatan dan keteguhan dalam menghadapi semua ini. Keputusan tentang bagaimana melanjutkan hubungan dengan suami dan menghadapi situasi sosial ini juga merupakan bagian dari proses penyembuhan dan pemulihan kepercayaan. Semoga ke depan semuanya bisa membaik dan memberikan kebahagiaan serta ketenangan untukmu dan keluarga.
MasyaAllah, senang sekali mendengar kabar bahagia dan perubahan positif dalam pernikahan kalian! Perasaan lega dan kebahagiaan itu sangat berharga, terutama setelah melewati masa-masa sulit.
Menjaga komunikasi yang baik dan terus belajar bersama adalah langkah yang luar biasa. Kartu pertanyaan untuk memperbaiki komunikasi juga ide yang sangat cerdas. Ini menunjukkan komitmen kalian untuk memperbaiki hubungan dan saling memahami lebih dalam.
Keputusan untuk memberikan kepercayaan lagi kepada suami dan menghindari untuk memeriksa HP atau laptopnya adalah langkah yang besar dan penuh keberanian. Semoga Allah menjaga dan memberkati rumah tangga kalian dengan sakinah, mawaddah, dan rahmah.
Selamat merayakan perjalanan baru dalam pernikahan kalian, dan semoga kebahagiaan dan keharmonisan selalu menyertai kalian sekeluarga. Aamiin!