Duniaku mulai runtuh setelah aku mengetahui perselingkuhan suamiku seminggu yang lalu, bersamaan dengan pemberhentianku dari pekerjaan.
Sebelumnya, kehidupan aku memang sudah penuh kesulitan. Sejak kecil, nasibku tidak pernah sebaik orang lain. Aku dibuang oleh ibu kandungku, mengalami penyiksaan di tangan keluarga bude setelah ditinggal ibuku, dan kehidupan pernikahanku pun tidak lebih baik.
Bapak dan ibu mertuaku tidak pernah menyukaiku. Aku selalu salah di mata mereka. Aku dianggap sebagai menantu yang tidak berguna karena hanya bekerja di tempat catering dan tidak bisa memberikan uang sebanyak dua menantu mereka yang lain. Meskipun ekonomi kami terbatas, aku selalu berusaha memberikan uang kepada mertuaku. Aku percaya rezeki akan datang kembali jika aku ikhlas memberi. Setiap bulan, aku selalu memberikan uang 200 hingga 300 ribu.
Suamiku tidak pernah membelaku saat aku dicaci maki oleh ibu mertua. Mertuaku juga tidak pernah membelaku dalam masalah dengan suami. Suamiku lebih suka pergi ke rumah orangtuanya ketika merasa tertekan di rumah, dan bahkan kedua anak kami tidak bisa menghiburnya.
Ada banyak perlakuan dari suamiku yang membuatku sakit hati. Misalnya, dia enggan membantuku dengan urusan anak, seperti mengganti popok atau membuatkan susu, dan lebih memilih bermain dengan ponselnya.
Ketika aku sakit, dia tidak merawatku, malah mengeluhkan aku yang tampak malas padahal aku benar-benar sedang sakit. Dia lebih memilih keluar daripada membantu menjaga anak-anak. Begitu pula saat anak-anak sakit, dia hanya peduli sebentar lalu kembali ke rumah orang tuanya atau bermain ponsel.
Suamiku yang hanya bekerja sebagai driver ojol sering mengeluh jika aku memasak seadanya. Aku merasa sulit membagi penghasilanku yang hanya 1,3 juta untuk kebutuhan makan, anak, dan kontrakan. Suamiku membayar listrik, air, dan biaya penitipan anak, sementara aku sesekali mendapat uang lembur jika ada pesanan banyak.
Aku sudah lama curiga dengan kecurangan suamiku. Banyak tanda-tanda, bahkan dalam mimpi, dia sering tidur dengan wanita lain. Tapi aku mengabaikannya karena tidak punya bukti kuat.
Namun, seminggu yang lalu, saat aku terbangun tengah malam untuk ke toilet, aku mendengar suara suamiku video call dengan wanita lain di dapur. Tanpa berkata apa-apa, aku melemparkan gelas ke dinding, yang membuatnya terkejut.
Dia mengakui semua perbuatannya, termasuk sudah dua tahun berselingkuh dan tidur dengan wanita itu berkali-kali. Karena aku tidak tahan melihat anak-anak yang menangis, aku masuk ke kamar dan segera mengemas barang-barang untuk pergi.
Dia mengirim pesan ingin memperbaiki hubungan dan mengancam akan merebut anak-anak jika aku pergi. Aku menghubungi teman baikku yang kemudian menjemput kami dan membawaku ke rumahnya.
Keesokan harinya, bos tempat kerjaku memberitahuku bahwa suamiku mengamuk dan mencari aku di tempat kerja, bahkan sampai ingin memukul seorang karyawan. Bosku khawatir suamiku akan membuat masalah lagi, sehingga memutuskan untuk memberhentikanku dan memberikan uang 700 ribu sebagai pesangon.
Aku merasa campur aduk. Aku merasa sangat tidak adil, namun aku harus melanjutkan hidup. Aku memutuskan untuk pindah ke kabupaten sebelah dengan uang 700 ribu itu dan meninggalkan teman baikku yang sangat mendukung.
Sekarang, setelah seminggu tinggal di kos-kosan kecil yang panas dan sumpek, aku sudah mendapatkan pekerjaan baru sebagai penjual pop ice dan jajanan anak-anak. Aku masih mempertimbangkan langkah selanjutnya dan fokus pada anak-anak. Aku hanya ingin yang terbaik untuk mereka.
Aku tidak memiliki keluarga lain. Sejak aku dibuang, aku tidak tahu keberadaan ibu dan ayahku. Keluarga bude yang menampungku dulu tidak peduli padaku. Mungkin lain kali aku akan menjelaskan lebih lanjut tentang ini.