Sangat penting untuk diingat bahwa menjadi bagian dari LGBT saat ini bukanlah akibat dari diagnosis dokter yang mengharuskan Anda menjadi transgender atau karena Anda homo atau biseksual.
Faktor keluarga
Faktor ini mengingatkan saya pada film dokumenter Transhood yang ditayangkan di HBO Max. Mengisahkan empat orang anak yang menjadi transgender dengan rentang umur yang berbeda-beda, salah satunya anak berumur 4 tahun bernama Phoenix.
Phoenix dan ibunya
Dia “menjadi” trans karena ibunya bilang Phoenix mungkin seorang perempuan yang terjebak di tubuh anak laki-laki. Ibunya berkata seperti itu hanya karena dia mewujudkan perkataan anaknya bahwa dia perempuan. Dengan segala effort diberikan kepada anaknya, membelikan segala atribut feminim. Bahkan, sampai ke gereja dan mengumumkan ke audiens bahwa anaknya adalah seorang transgender dan mengubah pronoun menjadi she. Tapi pada akhirnya Phoenix sendiri tidak lagi ingin menjadi perempuan karena merasa malu. Dia memutuskan memakai baju laki-laki lagi.
Dari film tersebut, saya percaya bahwa ibunya tidak memahami anaknya sepenuhnya. Apa yang bisa dilakukan anak berusia empat tahun? Apa yang akan membuat ibu Phoenix melepaskan saya ke hutan belantara jika saya mengatakan bahwa saya mungkin seekor serigala?
Faktor pekerjaan atau pertemanan
Saya mau ambil contoh JK Rowling, yang sebagai mana kita tahu dia adalah penulis yang sangat populer berkat Harry Potter nya. Saat dia menyuarakan pendapatnya tentang transgender, dia mendapat hate comment dan orang-orang sampai membuat hashtag #JkRowlingIsOverParty
Dan hate comment yang dia dapat
“tRANs wOMen aRE WoMEN” Lupa sama biologi dasar.
Lol, siapa juga yang mau ikut parade yang isinya orang-orang pakai cangcut doang?
Saya baru tahu kalau dia bahkan tidak ada di acara reuni dia sendiri (rumornya tidak diundang).
J.K. Rowling yang terkena dampak cancel culture
Dan Emma Watson malah…….
Intinya, jika dalam lingkungan pekerjaan atau pertemanan kamu sangat mentolerir LGBT. Siap-siap kamu harus menjadi bagian dari itu juga, kecuali kalau teman atau rekan kerja kamu tidak peduli dengan pandangan politik kamu yang penting kerja yang benar atau tetap menerima kamu apa adanya.
Trend masa kini
Gimana ya. LGBT ini sekarang sudah ada di mana-mana bak Pop Ice. Cuma bedanya ini masuk ke ranah fashion, musik, film, otomotif, sport, brand, health care dan banyak lagi. Seakan-akan absen dari pembahasan ini adalah sesuatu yang aneh. Udah seperti life style sampai-sampai salah menyebutkan pronoun orang bisa di penjara.
We Baby Bears yang secara resmi memperkenalkan karakter non binary di salah satu episodenya
Aduh, tolong balikin masa di mana ada emo girl/boys, baju hiphop kebesaran, atau baju warna-warni dengan logo daun ganja yang khas dengan reggae. Masih trend yang aneh sih.. tapi setidaknya gak ada tuh orang yang merasa dirinya terjebak ditubuh yang salah.
Saya bisa bicara seperti ini karena saya belajar dari kasus Chloe Cole. Di mana dia adalah seorang perempuan tomboy yang menjadi detransitioner (transgender yang mengembalikan gendernya ke asal).
Aku dulu dan masih merupakan tipe anak yang tidak pernah benar-benar cocok dengan norma sosial. Aku adalah seorang tomboy. Aku malu. Aku tidak mudah bersosialisasi. Pada usia 11 tahun aku membuat akun Instagram pertamaku. Aku memiliki akses internet yang tidak terpantau. Tidak lama kemudian aku menemukan banyak sekali konten LGBTQ online, dan aku belum pernah melihat yang seperti ini. Maksud mereka (komunitas LGBT), yang harus aku lakukan hanyalah mengikuti ideologi ini, lalu aku diterima, dirayakan, dan dihargai sebagai anggota komunitas yang paling banyak dibicarakan di dunia? – Chloe Cole dalam pidatonya
Mencari jati diri selama masa remaja sangatlah wajar. Tapi mendapat perawatan dan ikut prosedur masektomi di usia yang sangat muda, hanya karena merasa dirinya terjebak dalam tubuh yang salah itu hal konyol.
Mungkin itu saja. Sekian.