Semua orang akan selingkuh dan diselingkuhi pada waktunya masing-masing, dengan satu-satunya hal yang membedakannya adalah jangka waktu, ada yang terjadi sebelum menikah dan ada pula yang terjadi setelah pernikahan, bahkan yang masih memiliki hubungan asmara yang baik sampai saat ini.
Dalam situasi apa pun, ketidakpuasan dapat menyebabkan perselingkuhan; namun, sebagian besar perselingkuhan disebabkan oleh kebutuhan biologis dan sebagian kecil karena anggapan bahwa hubungan itu “baik-baik saja”.
Saya beruntung karena dapat mempelajari tentang perselingkuhan yang terjadi selama pacaran remaja saya. Ini adalah masa ketika aturan percintaan tentang pertukaran nomor dan menguji kesetiaan pacar dengan berpura-pura menjadi orang lain melalui SMS atau telepon menggunakan nomor baru masih berlaku. Dia bahkan tahu bahwa saya yang sedang ngetes.
Ketika kami hanya berpegangan tangan dan bertemu tanpa berbuat mesum, saya bisa dianggap selingkuh. Perselingkuhan itu tidak berlangsung lama karena karma saya, bahkan dengan “bunga”, telah dibayar secara langsung.
Saya dibalas diselingkuhi lebih dari sekali di hubungan yang penuh dengan kekangan tersebut! Awalnya saya merasa tidak adil karena tidak setara dengan apa yang saya perbuat, namun dengan berbekal kausalitas yang baik, akhirnya saya menempuh titik sadar yang menyadarkan saya bahwa ‘pembalasan’ demikian adalah caranya Sang Mahabijaksana untuk saya melakukan penebusan perilaku, dan ‘ketidaksetaraan balasan’ tersebut adalah definisi dari kembali sucinya kemanusiawian saya untuk belajar dari suatu kesalahan.
Ketika saya putus dari hubungan tersebut, Sang Pencipta membukakan fakta yang membuat hati saya berkata “Ternyata dia selingkuh duluan sebelum saya selingkuh” dan saya menertawakan diri saya yang pernah menganggap diri saya jahat yang padahal korban perselingkuhan yang sesungguhnya adalah saya.
Pelajaran yang saya peroleh dari perselingkuhan:
- Semua tindakan akan menerima balasannya, bahkan mungkin lebih setimpal, dalam konteks yang berbeda. Ini membuat saya lebih berhati-hati dan preventif dalam hubungan yang mendewasa.
- Perselingkuhan biasanya terjadi dalam hubungan yang penuh dengan hambatan atau bahkan tampak seperti hal-hal yang menyenangkan; membuat saya menyadari bahwa cinta yang wajar ialah yang bermanfaat bagi kita sebagai manusia tanpa aturan yang berbahaya.
- Menyadari bahwa ‘rumput hijau’ begitu banyak yang tentunya disertai plus-minus-nya masing-masing; membuat saya lebih mawas agar ketika memilih pendamping hidup untuk tegas dan memilih wanita yang benar-benar mampu memenuhi kebutuhan afeksi dan kebutuhan biologis tanpa romantisisasi agar kehidupan setelah menikah tidak lagi dibayang-bayang rasa ‘penasaran’ terhadap wanita lain.
Mencari kepuasan dengan berterus terang sebelum menikah demi atau dengan pasangan monogami lebih masuk akal dan manusiawi daripada mencari kepuasan dalam mode poligami.