To say the truth, saya memiliki beberapa teman waria. Mereka lucu dan suka bercanda, jadi saya tidak pernah jijik berteman dengan mereka. Itu benar, tetapi topik diskusinya selalu tentang cowok-cowok dan topik porno.
Mereka hanya teman, bukan pasangan, dan tidak pernah merencanakan untuk tinggal bersama. Jadi, apa yang saya ketahui tentang kehidupan mereka hanyalah aspek luarnya.
Namun, ada kisah yang pernah membuatku tertawa. Selain itu, teman wariaku tidak terlibat dalam masalah ini. Dalam ceritanya, saya memiliki karyawan laki-laki asli yang saya tempatkan di bagian finishing. Ia seumuran dengan penyandang tuna rungu, atau bisu tuli, dan saya.
Karena dia sudah lama bekerja denganku dan sebelumnya kami memang telah berteman, maka aku sudah sangat paham dan mengerti bahasa isyarat yang sering ia gunakan saat berkomunikasi denganku atau orang lain.
Nah, pada suatu hari dia cerita padaku jika ada seorang bapak-bapak berkumis tebal menghubunginya via panggilan Video Call. Dalam panggilan itu si bapak kumis memberi kode/isyarat seperti ini padanya,
Lalu si bapak mengarahkan kamera ponselnya ke rudal balistik-nya. Yups, videoin kayak sedang live streaming gitu. Aku langsung ngakak so hard dong ya. Terus ku tanya, “besar apa kecil?”
Dia bilang kecil, sambil nunjukin jari kelingking lengkap dengan bibir bawah yang dimajuin (read : mencibir), serta ekspresi wajah meremehkan, wkwk.
Oh iya, bapak berkumis itu punya istri dan anak dua, tapi memang sedikit gemulai. Terdeteksi memiliki dua karakteristik arus listrik, ACDC.
Aku juga punya dua teman wanita yang punya suami dengan orientasi sex menyimpang. Satu temanku minta cerai setelah mengetahui kenyataan pahit itu, teman yang satunya lagi tetap bertahan karena suaminya lumayan tajir. Tapiiii, mulai dari dress, warna rambut, hingga daleman, suaminya yang nentuin/siapkan. Jika belanja (online maupun offline), suaminya yang pilihin. Kebalik kan jadinya, hehe.