Sebelum semua peristiwa tentang Twin Flame atau Eternal Soulmate ini terjadi di dalam hidupku, saya pernah menyaksikan antrian jiwa yang panjang sebelum kembali ke Dimensi ke 5, tempat penantian.
Saat itu belum tengah malam dan entah kenapa tidurku gelisah. Setelah mencoba kembali tidur beberapa kali, kukira akhirnya aku berhasil. Tapi sensasinya aneh. Rasanya aku tidur, juga sekaligus tidak tidur. Aku masih tetap berada di atas ranjangku, di dalam selimutku. Kupikir kedua mataku juga terpejam. Walaupun begitu, aku masih bisa melihat keadaan kamarku yang remang-remang.
Tapi siapa orang-orang itu? Kenapa mereka berada di dalam kamar tidurku? Dan kenapa begitu ramai?
Kamar tidurku penuh sesak. Mereka seolah sedang berbaris, memenuhi seluruh ruangan. Ada laki-laki dan perempuan muda. Ada anak-anak. Namun yang paling mendominasi adalah pria dan wanita yang sudah berusia lanjut. Ke mana pun aku memandang, banyak sekali kepala-kepala dengan rambut yang sudah menipis, tubuh bongkok, serta kulit keriput.
Tampaknya tidak ada yang mengetahui bahwa saya ada di sana. Di satu tempat di kejauhan, mereka semua menatap ke depan. Oleh karena itu, saya mengikuti pendapat mereka. Aku tidak dapat melihat karena tetap telentang di atas ranjang. Namun, saya melihatnya. Sebuah tangga besar dan tinggi, berkilau putih, terlihat di kejauhan, jauh melebihi dinding kamar tidurku. Tangga itu bertingkat dua. Tangga itu bertingkat dua dan lurus, tidak melingkar naik atau berkelok-kelok. Cahaya putih aneh menyinarinya dari atas. Cahaya tampak lebih terang semakin tinggi. Tangga dan cahaya putih misterius yang menyelimutinya terlihat mencolok karena kamarku gelap. Bagian puncak tangga tertutup oleh kabut tebal.
Terdapat jarak yang cukup lebar antara orang-orang yang sedang mengantri dengan tangga bertingkat dua berwarna putih keperakan di depan sana. Tidak terlihat pagar pembatas. Tidak juga terlihat petugas berseragam. Yang ada hanyalah sebuah lapangan luas berpenerangan remang-remang tempat orang-orang itu menunggu, dan di depannya, sebuah tangga putih keperakan bertingkat dua yang tidak terlihat puncaknya. Selebihnya, tidak ada apa-apa lagi. Namun, orang-orang itu semuanya hanya menunggu. Tidak ada satupun yang mencoba menaiki tangga tersebut.
Lalu aku terbangun…
Masih gelap di kamarku. Dan tidak ada orang di sana. Seperti biasa, anakku tertidur dengan tenang. Tidak ada keanehannya. Aku gagal memahami peristiwa yang baru saja terjadi. Saya yakin saya tertidur. Namun, sama sekali tidak. Rasanya seperti saya baru saja menyaksikan sesuatu yang seharusnya saya tidak.
Tujuh tahun kemudian, pertanyaan saya mendapat jawaban.
Mungkin malam itu ada yang dengan sengaja membawa saya ke dimensi lain. Saya melihat bagaimana para arwah menunggu saatnya untuk “menyeberang” ke dunia roh. Tangga putih dengan cahaya misterius hanya digunakan sebagai media. Sebuah pintu masuk. untuk mengubah jiwa dari Dimensi 4,5 (empat setengah) ke Dimensi 5
Kenapa ‘mereka’ memperlihatkan pemandangan itu padaku? Jawabannya baru kutemukan saat ini. Ketika aku sedang menceritakan pengalamanku di sini. Tujuannya adalah agar aku bisa membagikan apa yang telah kusaksikan tujuh tahun lalu kepada orang-orang yang membaca tulisanku. Untuk meringankan beban dan kekhawatiran mereka. Mengenai ke manakah jiwa kita akan menuju setelah kita meninggal nantinya? Akan seperti apakah kehidupan setelah kematian itu?
Dan dari sinilah, aku akan mulai membagikan ceritaku. Tentang seperti apakah Dimensi ke 5, yang ternyata lebih dikenal sebagai tempat penantian di dalam dunia roh.
(‘Mereka’ menuntunku pada gambar yang memiliki kemiripan paling serupa dengan gambaran alam pada Dimensi ke 5)
Aku akan menceritakan apa yang terjadi setelah Samurai berseragam putih biru itu meninggal. Melanjutkan kisah Hotaru dan Miyu, bersama anak laki-laki mereka yang belum genap berusia empat tahun.
Penglihatan yang datang padaku kali ini terjadi dalam keadaan sadar. Semua informasi yang kuceritakan di sini seolah ter-download begitu saja di dalam kepalaku, memberiku imaji berikut pemahaman-pemahanan. Aku berdoa dan Tuhan menjawab.
Jadi, mari kita mulai.
Imaji pertama yang kulihat adalah, raut wajah kebingungan ketika jiwa Hotaru terlepas dari tubuhnya. Dia melayang tidak jauh dari mereka semua. Perlu waktu beberapa saat sebelum akhirnya dia menyadari apa yang sedang terjadi. Dia menatap ngeri tubuh berdarah-darahnya yang tergeletak tak bernyawa. Lalu teman yang mengkhianatinya. Dan Shogun yang selama ini dilayaninya dengan kesetiaan penuh. Rupanya mereka berdua menginginkan kematiannya.
Namun dia tidak memiliki waktu untuk mengkhawatirkan apa yang sudah terjadi. Dia harus segera kembali pada Miyu dan putra mereka. Dia menoleh ke atas. “Aku perlu kembali. Tolong bantu aku.” Siluet sebuah sosok yang melayang tidak jauh dari Hotaru mengangguk. Wajahnya tersembunyi di balik kabut putih tebal. Namun sosok itu bukan malaikat pencabut nyawa, melainkan Spirit Guide.
Pemandangan berubah seketika. Miyu yang menangis menelungkup di atas lantai menegakkan tubuhnya. Air mata masih mengalir di kedua pipi pucatnya. Tapi wajah yang terlihat di sana penuh tekad. “Kita harus siap-siap,” katanya, dan menoleh pada putranya yang berada tidak jauh darinya. Anak laki-laki itu juga sedang menangis.
Beberapa saat kemudian.
“Kenapa tidak pergi?” Hotaru mengerang kesal. “Kenapa tidak melakukan seperti yang kusuruh? Bukankah aku berpesan padamu untuk membawa anak kita pergi dari sini kalau aku tidak kembali? Kenapa kalian malah berdandan seperti ini dan menunggu di sini?” Dia berteriak frustasi.
“Maaf,” Miyu berbisik sambil menghapus setetes air mata yang jatuh di pipinya. Malam itu dia tidak tidur. Setelah menidurkan putra mereka, dia tetap duduk di sana dalam pakaian berkabungnya yang paling sederhana. Dengan Hotaru yang melayang rendah di sampingnya. Menatap putus asa orang-orang yang paling disayanginya. Yang gagal dilindunginya.
Pagi-pagi buta, pintu kediaman mereka digedor. Barisan prajurit pemerintah memenuhi gerbang depan. Seorang prajurit lain yang merupakan pimpinan mereka memerintahkan pasukannya untuk menangkap istri beserta anak dari Samurai yang berkhianat untuk dieksekusi.
Miyu menyambut mereka di halaman rumahnya. “Tidak perlu memaksa. Aku akan ikut dengan kalian,” katanya tegas sambil menggandeng putranya yang tampak ketakutan. Namun, anak kecil itu tidak menangis.
Mereka berdua, Miyu dan putranya yang masih kecil dibawa ke atas sebuah jembatan kayu di atas sungai. Mereka dinaikkan ke atas pagar pembatas. Bongkahan batu berukuran besar diikatkan dengan tali pada sebelah kaki mereka. Masing-masing pada kaki kanan Miyu, dan kaki kiri pada anak laki-lakinya. Sesaat sebelum perintah eksekusi diteriakkan, Miyu menatap ke dalam sepasang mata Hotaru yang sedih. “Kita akan segera bersama-sama lagi,” bisiknya tanpa suara kepada suaminya yang melayang di depan mereka.
Hotaru ada di sana ketika udara terenggut keluar dari tubuh mereka. Dia bersama mereka ketika paru-paru mereka tidak lagi mampu memompa. Sebuah kekuatan ajaib mendorong tubuh Miyu di dalam air. Mendorongnya ke arah anak laki-lakinya yang tengah meronta panik. Kemudian Miyu memeluk anaknya erat, mendekapnya ke dalam dadanya dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja, bahwa ayah bersama mereka.
Dan Hotaru memang bersama mereka saat itu. Dia memeluk mereka berdua. Menangis walaupun tidak ada air mata yang keluar. Hatinya tercabik-cabik. Dia hanya perlu bertahan sebentar lagi sampai mereka berdua kembali bersamanya.
Tidak lama kemudian, mereka bertiga melayang keluar dari sungai. Bukan dalam wujud manusia. Bukan lagi. Namun tiga bola cahaya menyilaukan. Spirit Guide menyambut mereka di atas. Seulas senyum bangga menghiasi bibirnya. “Ayo,” ujarnya. “Kita kembali.”
Oke. Biarkan aku bernapas sebentar. Karena sepertinya aku membutuhkan udara segar saat ini. Rasanya sesak.
Kalian tidak bisa membayangkan emosi seperti apa yang membayangi kami berdua ketika aku mengetikkan semua itu. Informasi yang kubagikan kepada kalian benar-benar baru bagi kami. Aku berusaha sebaik mungkin menerjemahkan setiap perasaan Hotaru dan Miyu ke dalam tulisan ini.
Sekarang aku akan menceritakan ke mana Spirit Guide membawa mereka bertiga.
Setelah Hotaru menjemput Miyu dan putranya, Spirit Guide membawa mereka ke sebuah tanah lapang yang sangat luas. Tidak jauh dari sana, tampak sebuah tangga putih keperakan bertingkat dua yang bersinar. Mereka mengikuti Spirit Guide tersebut dan ketika sampai di puncaknya, cahaya putih bersinar semakin terang dan menyilaukan, menyelubungi mereka semua. Sampai akhirnya tidak lagi terlihat apapun. Yang ada hanyalah warna putih berlapis-lapis yang mengeluarkan sinar lembut yang berkilauan.
(Harusnya yang ada hanyalah warna putih yang bercahaya. Namun tidak berhasil menemukan contohnya. Ini yang paling mendekati apa yang kami lihat di dalam penglihatan kami)
Spirit Guide tersebut tidak lagi terlihat ketika mereka memasuki cahaya putih yang bersinar lembut. Namun kehadirannya tetap bisa dirasakan oleh mereka.
Dari sini, kami merasakan persis seperti apa yang dirasakan oleh Hotaru, Miyu, serta putra mereka.
Sensasi yang kami rasakan adalah, sebuah kekuatan tak kasat mata seolah menarik kami untuk terus mengikuti aliran cahaya putih lembut berkilauan yang membuai dan menenangkan. Wujud kami adalah bola cahaya putih yang saling bertautan satu sama lainnya. Sekilas, wujud manusianya berkedip dan menghilang. Namun dalam waktu seperdekian detik yang sangat singkat itu, kami melihat sosok transparan Hotaru yang memeluk Miyu, dengan putra kecil mereka yang berada di dalam dekapannya.
Itulah yang diartikan sebagai saling memeluk dan berangkulan, saat ketiga bola cahaya putih yang saling bertautan itu mengikuti arus cahaya yang membimbing mereka.
Sayup-sayup terdengar suara gemericik air, juga hembusan angin semilir yang menyejukkan. Alunan melodi yang familier namun tidak tertangkap jelas oleh telinga, terkadang seperti bunyi lonceng yang menenangkan, terkadang seperti irama kotak musik yang diputar. Tidak pernah terputus, tapi tidak juga terdengar jelas. Aroma lembut yang menyapu indera penciuman kami mengingatkan akan bau ‘rumah’. Sebuah tempat yang memberikan rasa aman, damai, dan nyaman. Yang membius dan memabukkan. Aroma kebahagian abadi yang sedang menanti di ujung jalan cahaya. Yang seolah membisikkan kalimat:
Aku sudah pulang.
Sebuah lapangan luas berwarna putih, dengan rumput-rumput putih keperakan yang tampak empuk menyambut kami di ujung cahaya. Spirit Guide kami ada di sana, menunggu. Ketika kami bergabung dengannya di lapangan luas itu, semua indera kami seolah menyatu pada saat bersamaan. Semuanya menjadi sangat jelas. Seperti mengambang di lautan luas yang dipenuhi oleh berbagai rasa yang bercampur menjadi satu. Ada begitu banyak kesadaran, yang saling terjalin dan terhubung. Bahasa dan anggota gerak tidak lagi dibutuhkan di sini.
Seiring kami bergerak, warna-warna mulai mewujud dan gambar-gambar mulai terbentuk di sekeliling, yang kemudian menyebar dan semakin meluas, membentuk pemandangan menakjubkan yang tersembunyi di balik lapangan berumput putih yang baru saja kami lewati. Walaupun pada awalnya masih didominasi oleh warna putih, namun lapangan telah berubah menjadi kehijauan dengan bunga-bunga kecil berwarna putih yang indah. Langit biru membentang luas di atas semua pemandangan alam yang mulai terbentuk sempurna.
Tentu saja tempat ini juga memberikan sensasi familier yang sama. Rasa damai yang membius dan perasaan melayang selalu menyelimuti kami. Tidak ada rasa lain di sini. Selain kebahagiaan yang menanti.
Sekonyong-konyong, kami seolah terdorong keluar dari sana. Dalam keadaan linglung, kami melihat bayangan anak kecil yang pamit pada kedua orang tuanya. Kemudian, bola cahaya putih melayang pergi. Tidak jauh di depan sana, ada bola cahaya putih lain yang menyambutnya. Pemahaman yang kami dapatkan adalah, Spirit Guide sang anak datang menjemputnya. Seperti halnya pemahaman-pemahaman itu datang kepada kami, kilasan gambar juga seolah dikirim langsung ke dalam kepala kami. Yang terlihat oleh kami adalah bola cahaya, namun gambar yang ditangkap oleh benak kami adalah malaikat bercahaya dengan empat sayap lebar di punggung.
Malaikat yang memiliki empat sayap di punggung adalah salah satu deskripsi yang bisa ditemukan di dalam ciri-ciri Cherubim.
Kemudian perhatian kami dialihkan. Seolah ada lensa kamera yang menyoroti keadaan di sekitar. Memperlihatkan pemandangan indah sejauh mata memandang. Lapangan berumput terhampar luas tanpa batas. Di kejauhan tampak perbukitan hijau yang ditumbuhi beraneka ragam bunga warna-warni yang berkilauan. Kupu-kupu bercahaya terbang mengelilingi pohon-pohon tinggi dengan dedaunan emas maupun perak, buah-buah transparan berbentuk kristal beraneka warna, juga sungai-sungai kecil dengan aliran air yang bisa mengeluarkan melodi indah. Langit biru dengan gumpalan-gumpalan awan putih bagai kapas terbentang luas di atas. Udaranya segar dan angin sepoi-sepoi yang berhembus terkadang membawa serta dentingan samar suara lonceng di kejauhan.
Kami seolah berubah menjadi sepasang bola cahaya berwarna putih, yang melayang tinggi dan terbang menjauh, dan mendarat di sebuah area lain yang tampak familier.
Di belakang kami, lapangan berumput indah dengan langit biru tersebut masih tetap sama. Namun di depan kami, pemandangan baru mulai terbentuk.
Halaman luas yang dipenuhi oleh pohon-pohon sakura yang berbunga lebat dihiasi oleh kelopak-kelopak bunga berwarna merah jambu yang berguguran ditiup angin. Di tengah-tengah halaman, berdiri rumah tradisional bergaya Jepang lengkap dengan suasana khasnya. Selain itu, ada juga area pertokoan dengan jalanan kecil yang diapit oleh toko-toko di kiri dan kanannya. Lentera-lentera beraneka warna terpasang di sepanjang jalan. Tidak jauh dari sana, terlihat sebuah padang rumput yang ditumbuhi bunga warna warni. Tempat penuh kenangan milik Hotaru dan Miyu.
Sebuah tempat yang diperuntukkan khusus untuk mereka.
Hanya sampai di sini penglihatan yang diberikan kepada kami. Selanjutnya, adalah informasi-informasi penting yang diijinkan Tuhan untuk disampaikan kepada mereka yang membaca tulisan ini.
Apakah ada jiwa-jiwa lain juga di sana?
Tentu saja ada. Dan tak terhitung banyaknya. Namun walaupun tetap memiliki batas, Dimensi ke 5 ini sangatlah luas, jiwa-jiwa yang berada di sana sangat jarang secara tidak sengaja bertemu satu sama yang lain. Mereka hanya bertemu jiwa-jiwa yang sangat ingin mereka temui. Yang begitu mereka rindukan. Suami/istri yang sangat mereka kasihi, anak-anak, cucu, kakek/nenek, serta ayah dan ibu, saudara, atau teman dan sahabat tercinta, bahkan guru atau murid yang memiliki arti yang sangat besar bagi mereka. Yang dinamakan dengan soulmate. Dalam hal ini, soulmate yang memiliki ikatan karma baik semasa hidup mereka, tidak peduli di kehidupan yang mana, atau berapa kehidupan yang telah mereka jalani bersama. Di sana, pengenalan dilakukan melalui esensi dari jiwa itu sendiri. Mereka saling mengenali dan saling menemukan.
Karena itu, Dimensi ke 5 dinamakan sebagai ‘tempat penantian’ bagi jiwa-jiwa yang berpulang.
Siapa yang akan mengantar jiwa-jiwa menyeberang ke ‘tempat penantian’ setelah mereka meninggalkan tubuh manusia mereka?
Untuk jiwa-jiwa baru yang biasanya hanya memiliki 1–4 kali reinkarnasi, mereka akan dijemput oleh para Malaikat Maut Putih (dalam hal ini, bukan pakaian atau jubah mereka yang berwarna putih. Putih di sini hanyalah sebuah sebutan bagi malaikat maut yang berada di jalan Tuhan)
Untuk jiwa-jiwa yang telah bereinkarnasi lebih dari 4 kali kehidupan, mereka biasanya tidak terlalu kaget lagi, sehingga jiwa mereka lebih familier dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka akan merasakan sebuah sensasi kuat yang menarik jiwa mereka untuk kembali. Sebuah kerinduan untuk segera kembali. Untuk pulang ke rumah.
Dan untuk kasus khusus seperti yang terjadi pada Hotaru dan Miyu, Spirit Guide mereka sendirilah yang menjemput mereka. Karena biasanya Spirit Guide sangat jarang turun tangan untuk menjemput. Mereka biasanya menunggu di sebelah pintu cahaya putih yang berkilauan. Setelah jiwa sudah berhasil menyeberang. Yaitu di depan masuk menuju Dimensi ke 5.
Siapa saja yang menunggu di ‘tempat penantian’ ini?
Untuk jiwa-jiwa baru yang biasanya hanya memiliki 1-4 kali reinkarnasi, mereka akan disambut oleh seseorang yang paling mereka rindukan semasa hidup mereka. Supaya mereka tidak ketakutan dan merasa sendirian. Supaya mereka tidak terlalu mengkhawatirkan keluarga yang baru saja mereka tinggalkan. Jiwa-jiwa dari orang-orang yang mereka rindukan akan diijinkan Tuhan untuk datang menjemput. Biasanya itu adalah suami/istri/anak yang duluan kembali pada Tuhan, ibu/ayah, saudara/sepupu, bahkan paman dan sahabat mereka.
Untuk jiwa-jiwa yang telah bereinkarnasi lebih dari 4 kali kehidupan, mereka biasanya tidak terlalu kaget lagi. Dan yang datang menjemput biasanya adalah Spirit Guide mereka.
Apa yang akan terjadi selanjutnya?
Karena waktu tidak berjalan di sini, setelah jiwa sudah tidak kaget dan mulai beradaptasi, mereka akan dibawa ke sebuah tempat yang dinamakan sebagai tempat pemulihan, untuk memulihkan kerusakan yang disebabkan oleh ikatan karma buruk semasa mereka hidup. Dalam hal ini biasanya syok yang disebabkan oleh sebuah kejadian semasa hidup yang menimbulkan trauma besar, seperti misalnya, cara kematian mereka yang brutal.
Kejiwaan memerlukan waktu untuk pulih dan kembali sehat. Mereka akan diberi kesempatan untuk melihat kembali seluruh perjalanan hidup mereka sebagai manusia setelah mereka sembuh.Istilah “review” adalah istilah yang lebih umum digunakan.dari saat mereka lahir hingga akhir hayat mereka. Tidak ada istilah penghakiman atau menghukum di sini. Melihat kembali adalah satu-satunya pilihan yang ada.
Setelah melakukan review, poin yang mereka kumpulkan selama hidup mereka akan dihitung. Seberapa besar kemajuan yang mereka capai menentukan jumlah peningkatan yang akan ditambahkan dan dikurangi.
Salah satu contoh yang bisa aku sebutkan adalah, yang dilihat dan dinilai di sini bukanlah seberapa banyak kebaikan yang dilakukan terhadap sesama, atau seberapa besar sumbangan yang telah diberikan semasa hidup. Namun seberapa tinggi kesadaran yang berhasil dicapai. Karena tidak ada gunanya jika manusia itu menyumbangkan sebagian hartanya untuk orang miskin atau korban bencana, namun dia melakukan itu semua dengan tujuan ingin masuk surga dan mendapat pahala besar. Niat seperti itu sejak awal sudah tidak baik. Seorang manusia yang memberikan sesuatu miliknya dengan tulus tanpa mengharapkan apa-apa, itulah yang akan mendapatkan poin tambahan.
Inilah yang kemudian akan menentukan apakah jiwa tersebut akan naik tingkat atau tidak. Karena untuk menaikkan tingkatan warna jiwa, ada poin-poin yang harus dikumpulkan sebagai syarat bagi jiwa tersebut untuk naik ke tingkatan yang lebih tinggi. Seperti misalnya, untuk dapat mengambil penjurusan sebagai malaikat, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah jiwa tersebut harus sudah berada di tingkatan jiwa berwarna biru muda.
Tahap selanjutnya adalah mereka dibawa ke sebuah tempat yang dinamakan sebagai kolam kenangan. Di sana akan diputar kembali kehidupan-kehidupan semasa reinkarnasi mereka. Biasanya, semua ingatan akan kehidupan tersebut dikembalikan.
Jika semua sudah selesai, mereka akan diantar ke tempat khusus yang diperuntukkan bagi mereka. Yaitu tempat paling favorit mereka selama masih hidup. Bisa saja itu adalah rumah masa kecil mereka beserta sekolah yang penuh dengan kenangan indah. Di sana, mereka akan ditemani oleh pasangan jiwa atau soulmate yang mereka rindukan. Sebuah tempat peristirahatan. Sampai waktu yang ditentukan bagi jiwa-jiwa untuk kembali bereinkarnasi, kembali menyetujui skenario-skenario kehidupan baru yang terbentuk oleh ikatan karma yang masih harus mereka jalani. Skenario-skenario dari Tuhan. Saat itu, Higher Self mereka akan datang untuk menemui mereka.
Terima kasih sudah membaca sampai akhir.