Mengapa bangsa-bangsa Barat selain Belanda tidak mampu menanamkan kekuasaan di Indonesia seperti halnya Belanda?
Atikah KhanzaTeacher
Mengapa bangsa-bangsa Barat selain Belanda tidak mampu menanamkan kekuasaan di Indonesia seperti halnya Belanda?
Share
Menanamkan kekuasaan maksudnya menjajah kan?
Sebelum lanjut ke jawaban, saya mau sedikit meluruskan bahwa yg berkonflik di Nusantara (saya tidak menyebutkan Indonesia, karena pada masa itu wilayah Indonesia masih berupa kerajaan² lokal yg punya wilayah masing² satu dengan lainnya) pada 1602 – 1799 itu bukanlah murni Kerajaan Belanda, tetapi Vereenigde Oostindische Compagnie atau biasa disingkat VOC. VOC sendiri adalah perusahaan dagang asal Belanda.
Dari namanya bisa dipastikan bukan kenapa orang² dulu menyebut tentara Belanda dengan sebutan Kompeni atau Kumpeni?
Apa itu perusahaan dagang?
Perusahaan dagang adalah badan usaha yg bergerak dibidang perdagangan barang, bukan jasa. Jadi aktivitas perusahaan dagang adalah membeli (kulakan) dari produsen, menyimpan, lalu memasarkan barang dengan harga yg lebih tinggi ke konsumen.
Ciri dari perusahaan dagang sendiri adalah :
Contoh perusahaan dagang di Indonesia adalah Matahari Departement Store, PT AKR, Ace Hardware, United Tractor dll
Lalu mau apa VOC di Nusantara?
Tujuan awal mereka di sini hanyalah satu, memonopoli perdagangan komoditi asal Nusantara supaya bisa dipasarkan kembali ke pasar Eropa sesuai harga yg mereka tentukan sendiri, sehingga mereka mendapat banyak keuntungan. Karena pada saat itu hanya Nusantaralah produsen terbaik rempah² yg harganya selangit di pasar Eropa.
Dalam usaha untuk memonopoli perdagangan, tentu mereka mendapat banyak halangan dari perusahaan dagang dari negara Eropa lainnya… Mereka juga tidak jarang berkonflik dengan penguasa² lokal di Nusantara yg kebetulan berbenturan dengan kepentingan VOC.
Karena itu perusahaan dagang di masa itu diijinkan mempersenjatai diri dan membentuk tentara sendiri oleh pemerintah di negeri asalnya. Jadi bisa dipastikan tentara VOC itu statusnya adalah tentara² bayaran (mercenaries). Dan bukan hanya berasal dari orang Belanda saja. Ada orang Melayu, Belgia, Jerman, Senegal dll dalam organisasi pasukannya, sehingga bisa dikatakan pasukan multinasional.
Sebagai pedagang, VOC sering bersinggungan bahkan kontak senjata dengan pedagang Eropa lain asal Portugis, Spanyol dan Inggris.
Tercatat VOC memiliki saingan kuat dari Inggris dengan EIC (East India Company) nya, bahkan dari dalam negeri pun VOC memiliki saingan seperti misalnya GWC (Geoctroyeerde Westindische Compagnie) yg sama² berasal dari Belanda.
VOC berkonflik di Nusantara karena bagi mereka memecah belah penguasa² di Nusantara adalah cara terbaik untuk mempermudah monopoli. Salah satu contohnya adalah pada konflik Perang Makassar, raja Bone, Arung Palakka yg sedang terdesak saat berperang melawan raja Gowa, Sultan Hasanuddin akhirnya meminta bantuan kekuatan VOC untuk menaklukan kerajaan Gowa.
VOC juga berkonflik dengan otoritas lokal di Nusantara yg biasanya karena kepentingan mereka berbenturan dengan peraturan yg dibuat penguasa lokal. Salah satu contohnya konflik dengan Kerajaan Buleleng di Bali, adalah karena VOC menuntut dihapusnya hukum Tawan Karang (hukum yg memperbolehkan raja² di Bali merampas kapal yg karam di wilayahnya). Hal ini dikarenakan salah satu kapal VOC kebetulan karam di wilayah perairan kerajaan Buleleng.
Dalam perjalanannya VOC pun mendirikan koloni² dari daerah yg ditaklukkannya untuk memperlancar usaha memonopoli sumber daya alam Nusantara yg melimpah. Dan ini berarti bersinggungan dengan para penguasa lokal di sekitar wilayah koloni² tersebut.
Koloni² itulah yg nantinya menjadi Hindia Belanda dengan Batavia sebagai Ibukotanya dan dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal sejak 1610.
VOC sendiri bangkrut pada 31 Desember 1799 setelah berdiri selama 197 tahun (lebih lama dari Nyonya Meneer) karena paktik korupsi yg meluas dari pejabat²nya.
Setelah VOC bangkrut, wilayah koloni ini baru diambil alih oleh kerajaan Belanda. Jadi dari sini bisa ditarik kesimpulan bahwa Kerajaan Belanda baru menjajah Indonesia sejak Januari 1800.
Nah sekarang kembali ke pertanyaan awal Mengapa bangsa-bangsa Barat selain Belanda tidak mampu menanamkan kekuasaan di Indonesia seperti halnya Belanda?
Jawabannya karena Belanda tinggal meneruskan apa yg sudah dirintis oleh VOC. Belanda tidak memulai dari nol dalam menaklukan daerah koloninya di Nusantara.
Dan sebetulnya bukan tidak mampu, karena pada 1801 – 1811, termasuk masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, Belanda berada dalam masa penjajahan Perancis di bawah Napoleon Bonaparte. Bahkan yg diangkat sebagai raja Belanda pun adalah saudara kandung Napoleon.
Jadi bisa dipastikan pada masa itu yg menjajah Hindia Belanda adalah Perancis. Bahkan perintah membangun jalan Panarukan – Anyer adalah perintah dari Napoleon dengan tujuan memperlancar distribusi pasukan Belanda di Jawa untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris.
Pada tahun 1811 Inggris menaklukan tentara Belanda di Hindia Belanda. Sehingga resmi pada 1811 – 1816, Nusantara dijajah oleh Inggris, bukan Belanda.
Gubernur Jenderal Inggris di Nusantara saat itu adalah Sir Thomas Stamford Raffles yg punya minat besar terhadap seni dan kultur masyarakat Jawa.
Inggris baru menyingkir dari Hindia Belanda karena menyetujui tawaran pihak Belanda untuk menukar Hindia Belanda dengan semenanjung Malaya.
Barulah setelah itu Belanda mulai berkuasa lagi di Hindia Belanda sampai pada masuknya Jepang tahun 1942.
Bahkan sebelum Nusantara dijajah oleh VOC, sebetulnya ada satu bangsa yg menjajah, yaitu Portugis yg menjajah pada 1509 – 1602. Namun Portugis hanya sebentar menancapkan kekuasaannya di sini karena terdesak oleh VOC. Bukti bahwa Portugis pernah menjajah bangsa kita adalah kata² dalam bahasa Indonesia yg diserap dari bahasa Portugis dan bukan Belanda, misalnya :
Cukup banyak kan juga pengaruh bahasa Portugis dalam kehidupan sehari²?
Bukti lainnya? Musik keroncong. Musik keroncong dikembangkan dari musik asal Portugis.
Jadi bisa dikatakan Indonesia pernah dijajah oleh empat negara Eropa, Portugis, Perancis, Inggris, dan juga Belanda.
CMIIW