Israel menghadapi tantangan dalam menghadapi Hamas karena kekuatan Hamas yang kini jauh lebih besar serta dukungan yang mereka terima dari Korea Utara.
Menurut laporan The Korea Herald, Kim Jong-un telah memerintahkan mobilisasi dukungan untuk Hamas, mencakup pelatihan militer, persenjataan, dan dukungan teknis militer dari Korea Utara. Dukungan ini telah memperkuat kemampuan tempur Hamas.
Korea Utara mendukung Hamas karena mereka melihat konflik ini dari sudut pandang yang berbeda. Mereka menganggap Israel sebagai manifestasi dari kolonialisme Barat, yang mirip dengan perlakuan kolonialis terhadap penduduk asli di Amerika. Israel dipandang sebagai negara apartheid yang eksklusif untuk Yahudi, sementara penduduk Palestina tidak memiliki hak yang setara.
Konsep ini membuat China dan Korea Utara mendukung Fatah dan Hamas sebagai pejuang kemerdekaan Palestina. Meskipun ada spekulasi tentang keterlibatan langsung dari pasukan internasional seperti Spetsnaz Rusia atau pasukan komando Korea Utara di medan perang, yang pasti adalah kekuatan non-Barat kini terlibat secara aktif.
Hamas, yang didukung oleh Korea Utara, telah menjadi pasukan tempur yang lebih terlatih dan efektif. Ini terbukti dari pertempuran sengit di Gaza dan kerugian signifikan yang dialami oleh tentara Israel. Dengan adanya dukungan dari Korea Utara dan kemungkinan dukungan teknologi militer China, Israel kini menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mempertahankan kekuatannya.
Secara keseluruhan, perubahan dalam dinamika dukungan militer dan politik internasional telah mempengaruhi keseimbangan kekuatan di Timur Tengah, menantang dominasi Israel dan AS di wilayah tersebut.