Karena berfikir lebih mudah daripada mengerjakan. Berbicara dan menulis juga lebih mudah daripada mengaplikasikannya.
Ide itu muncul dari dirimu sendiri, kamu menggunakan standarmu akan hidup yang “ideal” di dunia ini kepada semua orang.
Kamu berfikir pulak, dunia berputar padamu bukan kamu berputar pada yang lainnya. Kamu adalah the best forever than another people. Akhirnya kamu menciptakan ide entah itu penemuan teknologi ataupun lainnya.
Kamu bereemangat sekali ini bakalan bombastis seperti thomas alfa edison dengan karya lampunya. Nabi Muhammad dengan keislamannya. Soekarno dengan Nasionalisme RI nya membawa kemerdekaan. Semua itu MENDUNIA.
Lalu kamu berfikir. Ah gampang lah pasti itu, aku baca sejarah aja 5 tahun kemudian jadi kok dan pendukungnya banyak. Aku pasti bisa. Mereka juga manusia kayak aku :).
Kamu pun mencetuskan ide. Semua kebutuhan persiapan bahkan kamu berusaha mengajak orang lain untuk mengikuti langkahmu yang “seru dan membebaskan belenggu kebodohan dan kemiskinan masyarakat”.
Kemudian kamu berhasil menyelesaikan itu. Lalu kamu mencoba implementasikan ke masyarakat. Namun, duaaarrr GAGAL. Kamu bingung dan mengumpat masyarakat “Dasar masyarakat Gu****K, wuasyu, open minded” blabla.
Ga menghargai karya anak bangsa. Sukanya import cici cicit koriyah. Ke arab araban muhammad dsb.
Pasti gitu kebanyakan, iya kan? Saya sudah sering melihat orang punya ide heboh, penjelasan bombastis. Namun hasilnya zonk parah. Tidak jarang saya timsesnya pulak, seringnya sih dipaksa.
Udah saya katakan it’s doesn’t works. Tetap ngeyel. Saya ikuti saja arahan beliau. Cikibambam duble duble.
Gausah jauh jauh, anak Quora yang idealis punya ide hebat. Coba aja suruh implementasi, bisa berhasil kah? Udah begah saya dengar banyak ide tapi ketika mau diwujudkan, si pemilik ide aja malas bukan main. Malah rajinan saya. Lah?
Jika kamu tau Startup digital saja dari 1000 ide, yang bener bisa bertahan 5 tahun lebih dan menghasilkan uang. Ga sampai dari 5 ide. Itu kata ayah saya.
Menurut riset, 98% startup digital itu bangkrut. Entah modal kurang, tim sdm ga solid dan ga matched up ke pasar dll.
Kesuksesan itu kecil sekali. Dapat kerja aja peluangnya kecil apalagi ide kamu. Namun tak perlu risau, kamu juga harus idealis punya ide. Alangkah baiknya idealis yang bisa direalisasi, itu tidak mudah.
Saya masih kuliah. Beberapa kali ikut kegiatan organisasi sejak smp di sekolah. Pas rapat beuh, gila gilaan idenya gini gitu. Kakak kelas kita saja bisa blabla. Pas dieksekusi, mau nangis rasanya. Berat bukan main. Si pemilik ide malah malas malasan dan nyalahin kita orang semua. Dia gatau gimana itu kakak kelas dapetin itu semua.
Waktu saya kuliah awal di ukm kampus. Saya cuman nyengir aja. Biasanya ide bombastis itu dulu di smp sma nya dia ansos dan ga pernah ikut kegiatan acara kampus jadi panitia.
Sudah saya ingatkan ini tidak bisa. Dia malah maki saya beserta temannya yang berkuasa. Dia kakak tingkat saya di kampus. Saya diam saja. Tipikal talk more do less.
Saya emang suka jadi eksekutor, keteteran abis. Namun saya berhasil memenuhi sedikit harapan. Dianya? Ngemeng doang WKWKWK. Gede congor kata anak jekardah.
Saya suruh aja dia lakukan idenya, dia coba. GAGAL. SUSAH katanya LOL. Sesuai saya katakan diatas, dunia berputar pada dirinya. Delusional. Halusinasi.
Kalau kamu ingin berhasil idenya tinggi. JANGAN GUNAKAN STANDARMU PADA MASYARAKAT. SURVEI MASYARAKAT, GUNAKAN MEDIAN(RATA-RATA) YANG ADA DI MASYARAKAT. JADIKAN PATOKAN, KALAU KAMU BERHASIL MELEBIHI ITU KEMUNGKINAN BERHASIL TINGGI.
Biasanya saya mencetuskan ide saya tanya ke lingkaran terdekat yang idenya mau saya terapkan ke lingkungan tersebut. Keterbatasan akses dan dana saya survei pemimpin setempat saja, masyarakat disini gimana. Baru saya tarik kesimpulan, idenya saya aplikasikan kreasikan dulu.
Selama kegiatan kampus ke masyarakat. Setiap saya jadi ketua kelompok, selalu dabest. Hampir ga pernah gagal. Waktu itu ke RPTRA baru jadi. Jadi saya kelompok pertama kesana. Sukses banget bahkan selalu dikenang mereka. Terakhir saya cek, kelompok kami masih belum tersingkir jadi kelompok terbaik dari kampus kami. Sejak itu RPTRAnya dikenal anak kampus saya dan ramai.
Koordinator perlengkapan acara ldk di kampus ke puncak pun, saya dinobatkan lebih baik dari generasi sebelumnya oleh petinggi ukm kami. Mereka yang bilang bukan saya.
Di saya hal ini selalu berhasil. Saya mengubah strategi ini setelah menemui kegagalan pas SD sampai kelas 1 SMP. Saya pun mencoba berbagai cara dan akhirnya menemukan solusinya.
Itu trik saya. Mungkin bisa kamu coba. Jadi saya survei dulu baru buat ide setelah itu siapkan tim yang ada juga gpp asal ga kelewat malas dan bodoh serta harus patuh sama saya baru laksanakan, bukan ide dulu baru laksanakan dan cari tim.
Atau mau menggabungkan dan punya cara lain. Boleh dibagikan di Quora kali aja kita bisa berbagi cara yang dirasa selalu berhasil di hidupmu.
Makasih telah membaca 🙂
Karena ide itu hanya konsep , sedangkan mengaplikasikan konsep nya sudah memerlukan investasi dari individu tersebut. Entah itu investasi uang, investasi waktu, investasi tenaga, dan investasi perasaan.
Nah , investasi2 ini akan membuat kamu merasa ‘lebih sulit’ karena otak dan badan kamu belum terbiasa. Istilahnya ya, karena itu semua ‘diluar zona nyaman’
Menurut saya, rasa nggak nyaman itu hanya sementara dan bersyukurlah karena itu mempersilahkan kamu untuk tumbuh lebih baik
Semoga membantu