Oh iya, benarkah? Nama itu masih di awal-awal jatuh cinta, wajarlah merasa bahagia. Dulu dengan pasangan sah juga begitu kan. Sama saja, menciptakan momen bahagia jatuh cinta hingga akhirnya memutuskan untuk menikah. Bahagia dengan selingkuhan? Tentu saja sangat bahagia, tidak perlu memikirkan urusan bayar listrik bulanan, biaya sekolah anak, atau bahkan kebutuhan beras yang habis. Harap dipahami, bahagia dengan selingkuhan itu berbeda. Bahagia tanpa beban, bahagia karena tidak ada tanggung jawab yang harus dipenuhi. Apalagi jika itu terjadi dalam pernikahan. Biasanya begitu, biasanya ya. Semua sengaja dibuat indah terlebih dahulu, rasanya lebih indah dan bahagia berkali-kali lipat dibandingkan dengan pasangan sah, padahal itu adalah kebahagiaan palsu yang mengerikan yang secara tidak sadar akan menanam karma yang akan mereka tuai sendiri.
Jika salah satu pasangan mengkhianati dan akhirnya memilih menikah dengan selingkuhan serta meninggalkan keluarganya, setahun atau dua tahun kemudian apakah masih sama bahagianya? Bukankah justru menjadi tidak tenang karena selalu dibayangi oleh rasa takut akan hukuman yang pasti akan datang suatu saat? Belum lagi masalah kebutuhan klise keluarga yang mulai muncul atau mungkin ada sifat atau keburukan pasangan yang mulai terlihat dari waktu ke waktu. Sampai di sini paham kan perbedaan konteks bahagia antara pasangan sah dan pasangan selingkuh?
Dalam sebuah hubungan, pasti ada saat-saat merasa jenuh atau menghadapi masalah lain yang seharusnya bisa kita komunikasikan bersama. Bukankah menikah adalah tentang berjuang untuk menjaga hubungan dan menyelesaikan masalah bersama-sama? Jika salah satu dari kita memilih untuk menambah masalah dengan menghadirkan orang ketiga, mari kita renungkan apakah pasangan kita sekarang bukanlah kebahagiaan sejati kita saat pertama kali menikah? Kebahagiaan saat kita memulai rumah tangga dari nol bersama-sama, berjuang bersama, saling mendukung, dan saling menjaga hati satu sama lain… setidaknya pasangan kita sudah membuktikan bahwa dia tidak mencari kenyamanan lain sejauh apapun dia merasa jenuh terhadap kita, setidaknya dia sudah bersabar menerima kekurangan kita… Lalu kebahagiaan dan kesempurnaan apa lagi yang kita cari? Padahal semua sudah ada pada pasangan kita yang dengan tulus menerima dan bertahan bersama kita sampai saat ini.