Oh ternyata masih banyak yang belum tau ya. Tenaga medis sudah pakai kandungan alami pada bahan dasar obat-obatannya kok. Seperti berikut:
-aspirin dari kulit kayu pohon willow
-obat jantung lama dari abad ke 18 digitoxin dari tumbuhan Digitalis purpurea
-kinine obat anti-malaria dari pohon Cinchona/kina
-artemesinin penemuan thn sembilan puluhan abad ke-20 dari tumbuhan Artemisia annua/Qinghaosu, sekarang obat melawan malaria yang terutama di dunia, penemunya ibu Tu Youyou dianugerahi 1/2 Hadiah Nobel untuk Fisiologi dan Kedokteran 2015
-metformin, obat melawan diabetes terutama, berasal dari bunga French lilac
-atropin, obat pembantu pembiusan total, berasal dari tumbuhan Atropa belladonnae
-hormon insulin pada permulaannya diekstraksi dari kelenjar pankreas lembu dan babi berasal dari penyembelihan hewan, tetapi sejak thn delapan puluhan abad yang lalu dibuat dengan memasukkan gen untuk insulin ini kedalam bakteri E. coli atau jamur, yang dibiak di reaktor besar sehingga produksinya bisa tinggi.
-sejak permulaan abad ke-20: antibiotika, hasil pembuatan jamur melawan bakteri, yang pertama dan paling terkenal kan penisilin, setelah itu sering diubah secara kimia sehingga terjadi antibiotika semi-sintetis supaya bisa melawan lebih banyak macam bakteri (spektrum lebar), bisa mengatasi resistensi bakteri dsb. Gambarannya memperlihatkan kultur bakteri yang terhambat sekeliling jamur Penicillium notatum
dan masih banyak lagi.
Justru obat yang dibuat secara kimiawi lebih bersih, kami ketahui mengandung beberapa zat yang berefek, daripada daun-daun alami yang tiap kali harus diukur dahulu kandungan zat yang berefek itu.
Obat alami juga bisa mematikan, jika dosnya terlalu tinggi, obat jantung itu (versi barunya digoxin dari Digitalis lanata beda konsentrasi berefek, berracun, dan mematikan kecil sekali, kami katakan jendela terapeutis (therapeutic window)nya sempit sekali, sehingga memerlukan pengalaman besar supaya pasiennya jangan meninggal…
Juga obat atropine jika terlalu tinggi dosnya bisa mamatikan.