Sebenarnya tidak hanya di Jawa, tetapi di seluruh wilayah Indonesia seharusnya. Jawa mengalami overpopulasi bukan hanya karena tingginya persentase kelahiran, tetapi juga karena banyaknya pencari kerja yang berbondong-bondong ke sana.
Namun, jika kita bicara tentang program KB, menurut ingatan saya, saat Bapak Soeharto menjadi Presiden, program Keluarga Berencana (2 anak cukup) pernah diperkenalkan untuk seluruh rakyat Indonesia. Pada saat itu, Indonesia berada di peringkat ketiga dalam hal kepadatan penduduk di dunia.
Apakah program tersebut berhasil? Tidak, contohnya adalah orangtua saya sendiri. Mereka memiliki lebih dari 2 anak, bahkan saat itu saya sering melihat banyak orangtua yang memiliki lebih dari 10 anak.
Selama masyarakat Indonesia masih mempercayai pepatah “banyak anak banyak rejeki”, maka tidak ada program KB yang akan berhasil.
Selain itu, masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa memiliki banyak keturunan adalah tanda seorang lelaki yang sejati, meskipun saya tidak tahu apa hubungannya. Mereka menganggap bahwa seorang lelaki yang sejati hanya bertugas untuk memiliki anak, sedangkan pendidikan dan kebutuhan lainnya harus dicari sendiri..
Masih banyak lagi masalah pendidikan di Indonesia yang tertinggal jauh. Bahkan pendidikan seks saja masih dianggap tabu. Banyak yang menentang penggunaan alat kontrasepsi dengan alasan yang beragam, namun ketika sudah memiliki banyak anak, mereka malah mengeluh dan menyalahkan nasib. Anak-anak seringkali dimanfaatkan sebagai pekerja. Hak-hak anak tidak terpenuhi, orangtua hanya fokus pada melahirkan saja.
Tidak sedikit orangtua yang berpikir bahwa memiliki banyak anak akan memberikan banyak orang yang bisa merawat mereka di masa tua dan memberikan banyak pendapatan (seperti mengirim uang). Mereka adalah generasi sandwich. Selain itu, ada juga pemikiran lain bahwa jika disarankan untuk hanya memiliki satu anak, mereka akan menjawab:
“Kasihan anaknya tidak punya teman bermain nanti.”
“Kalau anak satu meninggal, tidak akan ada lagi anakku.”
Menurut saya, pola pikir ini terlalu berlebihan.
Selain itu, semua orang tahu bahwa netizen Indonesia suka berkomentar kasar. Mereka menghina orang yang tidak memiliki anak dengan menyebut mereka mandul, menghina mereka yang memilih childfree, dan meminta mereka yang memiliki satu anak untuk menambahkan adiknya. Begitu seterusnya sampai akhir zaman. Ditambah lagi dengan praktik poligami, setidaknya memiliki satu anak dari setiap istri, itu sulit.