Pertama-tama, saya ingin menjelaskan bahwa budaya kerja Eropa menyatakan bahwa keseimbangan kerja-hidup tidak berlaku untuk semua orang, tidak untuk semua bidang, dan tidak untuk semua tingkat pekerjaan.
Jika saya ingin bertemu dengan bos saya dan beberapa kenalan senior atau profesor, saya harus akrobat untuk menyamakan jadwal, karena kalender mereka dirancang dengan cara ini :
Gambar hanya ilustrasi nemu di Google
Bagian yang putih kosong hampir nggak ada dan cukup sering isi jadwal yang tumpuk-tumpuk beberapa meeting jadi satu. Mulainya pun bukan 9–5 tapi bisa jam 7 pagi sampai tengah malam bahkan lebih kalau memang sedang ada meeting besar dengan peneliti dari belahan dunia lain. Jadwal saya mah masih relatif santai banyak kosongnya karena masih level rendah.
Tentu saja, karena banyaknya orang di bidang ini, mereka mendapatkan lebih banyak uang dan posisi yang lebih baik. Beberapa orang yang paling terkenal di bidang ini adalah ilmuwan yang sangat produktif, yang menghasilkan kertas berkualitas tinggi seperti pabrik. Tidak jarang saya bertemu dengan orang-orang yang bekerja di Eropa mulai jam 10 malam, dan mereka kemudian memberi tahu saya bahwa setelah pertemuan jam 11 malam, harinya masih belum selesai dan mereka perlu memeriksa kertas. Setelah pertemuan, saya berencana untuk mencari primogem, hehehe.Beberapa pekerjaan, pekerjaan, dan pencapaian memerlukan banyak waktu.
…
Tidak seperti di Indonesia, banyak pekerjaan yang membutuhkan waktu yang lama tidak memahami keselamatan K3 dan bukan karena pilihan pribadi untuk mencapai pencapaian paripurna, seperti yang dikatakan bos saya. Keadaan memaksa demikian.
Meskipun jumlah orang yang berusia angkatan kerja cukup besar, jumlah lowongan yang tersedia tidak sebanding. Akibatnya, hanya yang terbaik, yang paling beruntung, atau yang paling murah yang dapat bertahan. Anda tidak ingin bekerja dengan gaji sekian lama? Itu tidak masalah, karena jumlah orang yang tersedia sangat besar.
Yang top of the top ataupun beruntung menang lotere di Indonesia dapat kerjaan di tempat yang mapan dan profesional sebenarnya banyak yang sudah diganjar dengan pekerjaan bisa work-life-balance. Kerjaannya bahkan bisa dipake maen kodok Zuma pas jam kantor:
Jadi semua perusahaan Indonesia enggan ini tidak benar ya, tanya sama yang baru masuk kerja di perusahaan-perusahaan saham blue chip Indonesia dan PNS kelurahan, malah bisa pulcep segala. Tapi ini cuma sementara, ketika naik lagi jabatan dan tanggung jawabnya, balik kayak cerita bos saya itu, jadi kayak gini
[1]
:
Sebenarnya, karena ada orang-orang yang putting extra miles inilah jadi ada work-life-balance untuk orang lain, ada lapangan pekerjaan baru supaya keadaan tidak lagi mencekik, ada masa depan yang lebih baik untuk semua orang.
Saya telah mengambil bagian dalam pembangunan beberapa perusahaan teknologi di Indonesia sejak awal, dan saya tahu betapa banyaknya waktu dan tenaga yang dihabiskan oleh para pendirinya yang tidak memiliki istilah “pulang tenggo” di kamus mereka.
Misalnya, ketika server matek liburan, mereka langsung ke kantor, jadi tidak masuk akal untuk nunggu sampai perusahaan bubar sebelum cuti yang tersedia. Salah satu hal yang paling menyenangkan saat perusahaan memulai ekspansinya yang luar biasa adalah tuntutan tentang keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Saya ingin menjadi orang yang dapat mengubah hidup orang lain sehingga saya tidak terlalu mempermasalahkan jam kerja yang panjang dan kebutuhan untuk bekerja keras untuk mencapai kaliber mereka.
…
Kesimpulan akhir:
- Di Indonesia, ada keseimbangan pekerjaan-kehidupan, tetapi tidak untuk semua orang. Ada juga pekerjaan yang sangat sedikit sehingga hanya sedikit orang yang merasakannya. Di Indonesia, ada perusahaan manipulatif dan eksploitatif yang beroperasi sesuai aturan tenaga kerja. Karena jumlah tenaga kerja yang besar, penegakan hukum ketenagakerjaan yang lemah, perusahaan eksploitatif ini dapat tenang.
- Kalaupun ada pekerjaan work-life-balance, datang jam 9 pulang jam 5 sore, biasanya ada bagian lain yang disunat seperti bayaran atau potensi kenaikan karier masa depan. Bedanya dengan di Eropa kenapa banyak yang ambil kerja 40 jam per minggu saja dan bisa anteng-anteng ya karena Indonesia belum setajir itu punya welfare system yang membuat orang bisa hidup tenang walaupun pas-pasan. Ini masih belum dihitung faktor kestabilan ekonomi Indonesia ke depannya bagaimana (kalau gaji naik 2x lipat tapi harga sembako naik 4x lipat ya sama aja boong bray), semua orang jadi terpacu untuk hustling 24 jam karena kalau nggak hustling ya ga bisa makan, belum gimana kalau sakit, dipecat, dan berbagai skenario buruk lainnya.
- Tidak peduli di mana pun Anda berada di dunia, jika tingkat tanggung jawab Anda meningkat lebih dari yang diharapkan, itu berarti ada yang harus dikorbankan, dan itu biasanya memerlukan waktu. Ada banyak pilihan, seperti pulang jam 5 sore dan pergi ke happy hour bersama teman-teman kantor, pergi ke pertemuan makan malam langsung dengan direksi, investor, atau bos besar, atau melakukan wawancara dengan beberapa kandidat untuk posisi penting di perusahaan.. atau melakukan review semua laporan untuk rapat besok pagi. Apa yang dimaksud dengan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dalam pekerjaan manajerial, terutama ketika para pengambil keputusan merasa pusing dengan gagasan bahwa mereka dapat bekerja selama 24 jam? Itu hanyalah kenangan dari masa lalu ketika Anda masih berada di posisi junior atau baru mulai bekerja di kantor.
Saya yakin bahwa pekerjaan yang mengimbangi pekerjaan dan kehidupan akan semakin meningkat, dengan keseimbangan yang baik antara kestabilan ekonomi, jumlah pekerjaan, dan jumlah pencari kerja. Dengan demikian, orang-orang ini akan memiliki nilai yang lebih tinggi dan akan tetap dapat hidup layak meskipun mereka memilih pekerjaan yang hanya 40 jam per minggu. Sebenarnya, hal ini juga terlihat di negara-negara Eropa yang kurang makmur; orang-orang di sana biasanya bekerja lebih lama dan biasanya memiliki beberapa pekerjaan sambilan karena work-life balance hanya dapat dicapai setelah makan banyak.
Tentu saja ini problem yang susah untuk dituntaskan, sehingga sekarang banyak orang harus bekerja lebih keras untuk mewujudkan kondisi ideal ini di Indonesia. Gampangan pindah negara saja kan? 😉
Rumah penuh banyak sampah, ya harus menyisihkan waktu untuk kerja membereskannya. Mana bisa kerja sedikit, dengan sistem buang sampah yang tidak diubah tapi kemudian berharap rumah beres. Memang paling cepat solusinya adalah pindah rumah (lalu nyampah lagi? pilihan lainnya mungkin rumahnya dibakar – nggak punya rumah tapi juga ga punya sampah)
Sekian.
*semua gambar dari Google Image
Tambahan:
Saya pikir jawaban lain menarik karena saya lupa tentang orang-orang yang harus bekerja di jam kerja yang tidak biasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selalu ada satpam, polisi, pemadam kebakaran, teknisi, perawat, dokter, pegawe minimarket yang bekerja malam sampai pagi, atau pemilik bisnis yang bekerja lebih lama untuk memastikan semua barang yang Anda pakai itu sampai ke tangan Anda untuk segala kenyamanan hidup orang-orang yang bisa mengimbangi kerja dan kehidupan.
Manusia modern sudah tidak bisa lepas dari hidup di atas kerja keras orang lain..