Saya pernah membaca sebuah kutipan yang mengatakan bahwa jika sebuah koran terbit hanya sekali dalam lima puluh tahun, isinya akan penuh dengan pencapaian positif manusia. Namun, karena koran harus terbit setiap hari, berita negatif cenderung lebih sering dilaporkan karena lebih mudah ditemukan dan lebih menarik perhatian pembaca.
Contohnya, ketika kita mendengar tentang kecelakaan pesawat, kita menjadi khawatir untuk terbang di masa depan. Padahal, kecelakaan mobil, yang jauh lebih umum, jarang membuat kita merasa tidak aman. Kecelakaan pesawat, meskipun sangat jarang, bisa membuat kita merasa bahwa penerbangan tidak aman, meskipun sebenarnya transportasi udara adalah salah satu yang paling aman.
Tahukah kamu bahwa statistik menunjukkan lebih banyak orang meninggal akibat kecelakaan sepeda daripada serangan hiu?
Hal ini juga berlaku untuk berita tentang “penurunan toleransi.” Kita cenderung merasa khawatir dan percaya bahwa toleransi menurun, sementara banyak indikasi menunjukkan sebaliknya. Media, yang seringkali fokus pada berita negatif karena lebih mengundang perhatian, mungkin tidak akan memberitakan hal-hal positif yang menunjukkan peningkatan toleransi.
Kita sering merasakan dampak emosional yang lebih kuat dari berita negatif dibandingkan dengan berita positif. Kebahagiaan mungkin terasa terbatas, sementara kesedihan bisa sangat mendalam.
Menurut saya, toleransi di Indonesia masih dalam keadaan baik. Media sering kali memperbesar masalah untuk menarik perhatian.