Saya tidak menganggap Jokowi sebagai sosok yang sempurna, tetapi saat ini belum ada yang sebanding dengan beliau. Perkembangan karakternya yang tampak jelas, dari menjadi walikota, gubernur, hingga presiden, sangat mencolok. Kita bisa menyaksikan perubahan dalam ketenangan, kedalaman persona, dan wibawanya, terutama sejak tahun kedua masa kepresidenannya. Jokowi adalah seorang pembelajar politik yang cepat, mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan politik, memiliki manajemen emosi yang sangat stabil, dan mampu merangkul lawan-lawan politiknya.
Contohnya, ketika ada gambar tidak senonoh tentang dirinya, Jokowi mengundang penyebar meme tersebut ke istana dan memberinya modal untuk berdagang. Emha Ainun Nadjib pernah menyebut Jokowi sebagai Firaun, dan saat Ainun Nadjib sakit, Jokowi langsung mengunjunginya. Bayangkan betapa campur aduknya perasaan Ainun Nadjib saat didatangi oleh seseorang yang pernah ia hina. Jokowi memiliki kemampuan untuk membuat orang yang tidak menyukainya merasa tertekan tanpa harus melawan secara langsung, namun tetap memberikan dampak yang mendalam.
Kemampuan Jokowi dalam merangkul lawan politiknya benar-benar luar biasa. Kita bisa melihat bagaimana Ngabalin yang awalnya sangat kritis, akhirnya diberi posisi sebagai staf kepresidenan dan berubah menjadi salah satu pembela utama Jokowi. Tantowi Yahya, yang dulu merupakan juru bicara lawan politik, kini menjabat sebagai duta besar. Bahkan, ketua partai politik koalisi diberikan posisi menteri, sementara partai-partai yang tidak lolos ke Senayan tetap mendapatkan jatah posisi wakil menteri, seperti PSI dan anak Hari Tanoe. Yang paling mencengangkan adalah bagaimana Jokowi berhasil mengangkat dua lawan politiknya, Prabowo dan Sandiaga, sebagai menteri, dan terakhir mengangkat AHY sebagai menteri. Jokowi adalah presiden yang berhasil menempatkan dirinya di antara presiden masa lalu dan presiden masa depan dengan cara yang unik dan efektif.