Pertanyaan ini sudah dijawab dengan cukup mantap oleh La Queshia de Louisville, namun saya coba perdalam atau perjelas lagi di ruang ini.
Ada beberapa aspek penting yang harus dipahami, disiapkan, diperoleh, diselesaikan, dan dicapai dalam usaha Anda untuk melanjutkan studi setelah lulus dari program Sarjana, baik itu baru lulus atau sudah bekerja dan kemudian muncul keinginan untuk melanjutkan studi.
Alasan Melanjutkan Studi
Ada beberapa hal fundamental yang perlu dipertimbangkan sebelum Anda memutuskan untuk melanjutkan studi. Salah satunya adalah alasan mengapa Anda ingin melanjutkan studi tersebut. Apakah Anda ingin meningkatkan karir, mendapatkan promosi jabatan, atau memperdalam pengetahuan dalam bidang yang Anda minati? Atau mungkin Anda hanya ingin mengisi waktu luang setelah lulus tanpa mendapatkan pekerjaan. Apapun alasan Anda, penting bagi Anda untuk bertanggung jawab atas niat Anda untuk melanjutkan studi. Kampus yang Anda tuju tidak akan menerima orang yang tidak serius dalam niatnya untuk melanjutkan studi, kecuali jika Anda berniat menjadi donatur UKT di kampus tersebut. Selain itu, alasan mengapa Anda ingin melanjutkan studi juga akan ditanyakan oleh pihak yang memberikan beasiswa atau kampus yang Anda tuju. Jadi, pastikan alasan Anda tidak terdengar konyol, sepele, atau remeh di hadapan mereka.
Target Tujuan (Lokasi/Tempat/Negara) Melanjutkan Studi
Perlu dipahami bahwa antara melanjutkan studi di dalam dan luar negeri sangat berbeda, baik secara lingkungan akademis maupun non akademis. Terlebih jika lingkungan kampus yang anda tuju bukanlah pengguna bahasa sehari-hari anda, maka batasan yang jelas akan terasa sangat menyakitkan dan anda nantinya bisa saja hanya berkutat dengan orang-orang yang bisa anda ajak bicara dengan bahasa ibu (Bahasa Indonesia). Lebih lanjut, pentingnya menentukan ke mana akan lanjut studi berkaitan dengan dengan media apa anda akan lanjut: beasiswa atau biaya sendiri. Kalau anda sudah memantapkan diri untuk mengejar studi ke negara A, maka coba cari informasi mengenai kampus yang nantinya bisa mewadahi minat anda, ditambah dengan ada tidaknya lowongan atau kuota beasiswa di sana. Terkecuali jika anda akan melanjutkan studi dengan uang anda pribadi atau orang tua, maka aspek ini bisa dipandang sebelah mata (walau sebenarnya tidak juga, karena sama-sama fundamental pentingnya).
Modal (Uang), Dokumen (Berkas Pendaftaran), dan Informasi (Situs Internet/Berita/Lowongan)
Tiga hal di atas sejatinya saling berhubungan satu sama lain jika anda adalah seorang pencari beasiswa untuk lanjut studi. Pertama dan yang paling utama adalah pentingnya uang sebagai modal dasar memperoleh dokumen yang dipersyaratkan (sertifikat bahasa asing, mengurus visa pendidikan, membayar biaya pendaftaran, membeli tiket berangkat ke negara tujuan, dsb) maupun sekedar membeli kuota internet untuk mengakses informasi seputar beasiswa atau kampus yang anda targetkan. Jika ada orang atau instansi yang mengatakan bahwa lanjut studi tanpa keluar modal sama sekali, itu hanyalah omong kosong belakang. Setidaknya dan seminimal-minimalnya, uang sebesar kurang lebih 20 juta harus ada di tangan anda, dan dalam hal ini bersifat dingin (tidak digunakan sebagai dana keamanan/jaga-jaga/asuransi). Nantinya, uang sebesar itu dapat dialokasikan untuk mengikuti kursus bahasa asing, membayar biaya-biaya terkait pendaftaran beasiswa maupun kampus, serta membeli tiket penerbangan sampai ke kota atau negara di mana kampus anda berada (ini kasusnya kalau anda mau berkuliah di luar negeri).
Alokasi dan Kerahkan Waktu, Tenaga, Pikiran, Mental, Fisik, dan Kemampuan Dasar (Basic Skill) maupun Kemampuan Tambahan (Additional Skill)
Semua komponen di atas sangat berperan dan melengkapi satu sama lain dalam upaya anda mencari atau meraih impian anda dalam mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di instansi yang anda tuju dalam ranah pembiayaan beasiswa. Jika anda memang berniat untuk berkuliah dengan jalur beasiswa, terutama di luar negeri, maka anda harus benar-benar all-out, baik jiwa dan raga, luar dalam, sampai titik darah penghabisan. Seperti yang saya sampaikan di awal, bahwa perkuliahan di luar negeri terkadang cukup sadis, kejam, dan tidak pandang bulu; jadi mereka tidak mau menerima atau mempertahankan mahasiswa yang tidak disiplin atau mungkin kinerja-nya setengah-setengah. Kembali lagi diposisi anda sendiri yang berkuliah dan jauh dari orang terdekat anda, jikalau anda tidak serius dan mengerahkan segala hal yang saya sebutkan di atas, apakah anda akan pulang ke rumah lalu meratapi ketidaksiapan anda tersebut?
Saya coba untuk tarik mundur sebelum anda diposisi sudah berkuliah, ambilah contoh saat anda akan mengupayakan untuk mendapat beasiswa. Di posisi jika anda dipilih menjadi kandidat atau peserta yang nantinya akan diuji baik keilmuan dasar, rencana penelitian, maupun kecakapan secara lisan; anda tidak bisa hanya setengah-setengah saja. Perlu diingat bahwa orang yang mengejar dan menginginkan posisi tersebut bukan hanya anda seorang, melainkan ratusan bahkan ribuan calon peserta atau kandidat. Terlepas jika nantinya ada faktor orang dalam yang melancarkan anda atau kandidat pesaing anda; jika yang anda hadapi adalah proses pencarian beasiswa studi yang 100% jujur dan adil, maka anda benar-benar harus sepenuhnya mendedikasikan waktu, tenaga, pikiran, mental, fisik, dan kemampuan dasar seperti ilmu yang anda pelajari maupun kemampuan berbicara (public speaking) anda, tanpa terkecuali. Dari situ, nantinya pihak yang melakukan seleksi kandidat akan setidaknya mempertimbankan orang yang istilahnya benar-benar sudah siap untuk melanjutkan studi.
Mungkin sejauh ini, empat hal di atas yang perlu digaris bawahi oleh para pencari beasiswa pada umumnya. Mungkin masih banyak aspek lain yang nantinya bisa diulas oleh kontributor lain yang wawasannya lebih luas dari saya.
Sekian dari saya, semoga menjawab dan membantu para pembaca.