Masih ingat Samuel Petty?
Pada 16 Oktober 2020, seorang guru sekolah menengah Prancis dipenggal oleh seorang siswa berusia 18 tahun.
[1]
Cerita dimulai dengan seorang siswi berusia 13 tahun yang membenci Samuel Petty. Gadis itu sering bolos kelas di kelasnya.
Akibatnya, dia diskors dari sekolah karena tidak mengikuti pelajaran.
Namun siswa tersebut tidak ingin keluarganya tahu bahwa dia sedang dihukum, jadi dia mengarang cerita dan menceritakannya kepada ayahnya.
Dia mengatakan Samuel Paty memerintahkan seluruh siswa Muslim untuk meninggalkan kelas. Karena gurunya ingin menunjukkan gambar palsu Nabi Muhammad.
Siswa itu tidak mengira kebohongannya akan membuat ayahnya begitu kesal. Sang ayah memicu kemarahan terhadap gurunya di media sosial. Itu juga mencakup identitas Samuel Paty, seorang pria yang telah melecehkan dan menghasut tuduhan Islamofobia.
Pengumuman ayahku menimbulkan kegemparan. Kebohongan sang induk semang tersebar luas. Hingga kabar ini sampai ke telinga para imigran Chechnya yang tinggal di Normandia.
Dia adalah Abdulrak Anzorov, seorang pria yang menanggung murka ayahnya. Para pengikutnya masih memikirkan tentang pembunuhan dan kemartiran Samuel Petty ketika mereka kembali ke rumah.
Ini sangat memilukan. 🙁
Jadi kesimpulan apa yang bisa diambil dari penjelasan di atas?
This,
Sifat manipulatif tidak hanya merugikan, namun menjadi sangat berbahaya.
Fanatisme membuat pola pikir seseorang semakin egois. Bisa juga memecah belah keyakinan, kelompok, atau faksi. Fanatisme yang berlebihan juga dapat menimbulkan sikap ekstrim, radikal dan anarkis.