“Jika saya membayar hutang Anda kepada pemberi pinjaman, apakah Anda berhutang kepada saya, apakah Anda siap? Anda hanya perlu membayar bunga 1 persen per bulan. Dan Anda bisa melunasi hutang tersebut dalam 20 bulan.”
“Tentu saja saya siap, Kiai Patih,” jawab pekerja itu dengan mata berbinar.
Dari perbincangan tersebut, R. Aria Wirjaatmadja, Patih Purwokerto mendapat ide untuk mendirikan lembaga perkreditan untuk menggantikan aktivitas rentenir. Kegiatan ini pun langsung tersebar dari mulut ke mulut, tidak hanya kepada para pangreh praja, namun juga kepada para petani dan perajin. Awalnya Wirjaatmadja hanya menyisihkan gajinya dan menyetop uang jajan anak, namun itu tidak cukup, karena permintaan terus meningkat, perhiasan wanita tersebut tidak laku.
Timbul ide untuk menggunakan uang tunai sebesar 4.000 F dari masjid Purwokerto yang masih dikuasainya untuk membiayai usaha simpan pinjam.Mendengar hal tersebut, pemerintah pusat langsung mewanti-wanti pemerintah daerah atas penggunaan uang tunai tersebut. masjid. perusahaan yang tidak terkait tidak diperbolehkan dan uang harus segera dikembalikan. Padahal hampir seluruh uangnya beredar dan berada di tangan debitur.
Asisten Residen Westeros yang mendukung Wirjaatmadja segera mengeluarkan surat edaran yang berisi seruan kepada seluruh warga Purwokerto, baik warga Eropa, Tionghoa, Arab, maupun pribumi, agar memberikan sumbangan sukarela untuk menggantikan uang tunai masjid. Dalam waktu singkat, karena percaya pada kejujuran Wirjaatmadja, maka 4.000 Fing pun segera terkumpul dan segera terbentuklah badan hukum “Bank Priyayi” sebagaimana cikal bakal Bank Rakyat Indonesia.
Pada tanggal 15 Maret 1909, surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad memuat berita kematian R. Aria Wirjaatmadja pada halaman pertama kolom pertama. Tak lazim surat kabar sebesar ini memuat berita kematian seorang pejabat daerah di halaman depannya, yang menunjukkan bahwa Wirjaatmadja adalah sosok yang disegani bahkan oleh masyarakat Eropa di Hindia Belanda. Bahkan judulnya cukup menarik, “De Vader van Het Lanbouwcrediet”, Bapak Kredit Pertanian.
Oleh Raden Aria Wirjaatmadja, Pelopor Bank Adat dan sumber lainnya oleh Iip D. Yahya