Pada awal bulan Maret lalu, tempat kerjaku mengadakan acara jalan sehat untuk merayakan hari ulang tahun perusahaan. Seperti biasa dalam acara-acara semacam ini, ada doorprize dan berbagai hadiah hiburan seperti HP, TV, kulkas, mesin cuci, sepeda, kipas angin, dan lainnya yang diundi di akhir acara. Singkat cerita, saya tidak menyangka mendapatkan hadiah undian berupa sepeda.
Mendapat rejeki seperti apapun tentu harus disyukuri, meskipun di rumah saya sudah punya sepeda lipat yang kadang saya gunakan untuk pulang pergi ke tempat kerja. Karena itu, saya memutuskan untuk menjual sepeda hadiah undian tersebut daripada dibiarkan tidak terpakai, apalagi karena tipe sepeda yang saya dapat adalah sepeda mini. Saya pun tidak perlu jauh-jauh mencari pembeli, cukup menawarkannya di grup WA teman-teman kerja. Dan di sinilah klimaks cerita ini dimulai:
Saya sengaja tidak membalas pesan tersebut, karena khawatir pembicaraan akan berkembang ke hal-hal yang seharusnya tidak dibahas.
Beberapa hari setelah pesan itu, di pagi hari suaminya menunggu saya di parkiran kantor. Begitu saya memarkir kendaraan, dia langsung menghampiri saya, menjabat tangan dengan kepala tertunduk, dan berkali-kali meminta maaf. Secara pribadi, saya tidak mempermasalahkan kejadian tersebut. Saya hanya berharap agar keluarga mereka tetap baik-baik saja.