1.) Awareness
Mungkin produk kita luar biasa. Banyak manfaatnya. Berkualitas tinggi. Namun, masih banyak orang yang belum menyadari bahwa mereka membutuhkan barang kita.
Kami berpikir bahwa mereka perlu mendapatkan pendidikan. Untuk meningkatkan kesadaran mereka. Dengan memberikan pendidikan secara verbal maupun nonverbal yang tepat, harapannya mereka akan menjadi tertarik dan merasa membutuhkan.
Itulah sebabnya di luar sana banyak seminar pemasaran yang mengajak kita untuk memaksimalkan perjalanan pemasaran. Alias perjalanan pelanggan.
Perjalanan seorang calon pelanggan dimulai dari melihat konten yang kita buat agar mereka penasaran, lalu kita memberikan pemahaman bahwa mereka ingin dan membutuhkan (dengan pendidikan yang ringan dan menarik), akhirnya mereka akan memesan dan kita berhasil menutup penjualan.
2.) Peningkatan Omset
Artinya kita perlu mencari pelanggan potensial yang beragam. Banyak pelanggan potensial yang belum mengenal produk kita dengan baik.
Selain itu, kita perlu berkomunikasi secara rutin dan mengajak pelanggan yang sudah mengenal produk kita atau mungkin sudah pernah membeli untuk membeli lagi atau melakukan pemesanan ulang.
Namun, memperluas jaringan tidaklah mudah. Diperlukan usaha yang banyak dan berkelanjutan.
Kita dapat menggunakan metode promosi offline dan online, baik melalui mulut ke mulut maupun melalui media online. Ada beberapa orang yang merasa kesulitan dalam hal ini, termasuk kita. Namun, kita hanya perlu berusaha sebanyak mungkin.
3.) Mengenal Pangsa Pasar dengan Baik
Karena bergantung pada tren, terkadang kita hanya terpaku pada passion kita dan kurang memanfaatkan analisis pasar dengan maksimal. Kami bisa mengatakan hal ini karena kami pernah mengalami hal yang sama.
Kembali lagi ke peribahasa, tidak selalu apa yang kita sukai juga disukai oleh ribuan atau jutaan orang lainnya.
4.) Kurangnya Analisa Continue
Karena semakin lama, kompetitor terus bermunculan satu per satu. Di titik ini, seringkali kita perlu melakukan perlakuan khusus agar kita bisa bertahan. Jika kita merasa nyaman dan tidak mau terus menganalisis, sepertinya bisnis ini hanya tinggal menunggu waktu.
5.) Keinginan untuk Belajar Hal yang Baru
Kami masih ingat betul ketika beberapa waktu lalu bertemu dengan penjual nasi goreng gerobak yang sudah tua. Beliau berjualan di pinggir jalan pada dini hari. Kami berkata:
“Pak, ada handphone nggak?”
“Tidak, Nak.”
“Pak, apakah ada anak yang sudah besar? Apakah tidak terpikirkan untuk meminta bantuan anaknya? Misalnya, mendaftarkan jualan bapak ke ojek online yang sedang populer sekarang? Siapa tahu omset bapak bisa meningkat di sana. Karena sekarang ini, orang menginginkan segala sesuatu yang instan. Siapa tahu bapak tertarik dan ingin mengembangkan usahanya. Itu bisa dipelajari, Pak. Memang butuh waktu, tapi kami yakin bapak pasti bisa.”
“Tidak, Nak. Rezeki itu selalu ada.”
“Baik, Pak. Semoga usahanya semakin sukses dan rezekinya lancar.”
Lihat Kan? Bayangkan jika sekarang, di masa pandemi ini, beliau berjualan di pinggir jalan besar mulai sore hingga pagi hari, di daerah yang ramai dengan mahasiswa karena dekat dengan beberapa universitas besar baik negeri maupun swasta.
Namun sayangnya, pertemuan tatap muka ditunda oleh negara. Artinya, tidak banyak mahasiswa dan mahasiswi yang datang ke kota. Mungkin ada beberapa, tetapi karena situasi pandemi, mereka menjaga intensitas keluar rumah dan tinggal di kos-kosan seperti masyarakat pada umumnya.
Bagaimana jika beliau mempelajari cara menggunakan smartphone atau cara aktif di platform ojek online? Bisakah kita memprediksi apakah omsetnya akan lebih besar sekarang atau ketika beliau belajar cara mengoperasikan smartphone?