Saya rasa tidak, karena bitcoin dan aset digital lain bukanlah “tren” seperti halnya Tulip di Belanda ataupun Anthurium Jemani di Indonesia. Bitcoin adalah “inovasi teknologi” yang membawa Blockchain di dalamnya. Dalam sejarah perkembangan teknologi yang saya pahami, tidak ada bubble atau gelembung yang suatu saat bisa pecah, melainkan gelembung – gelembung tersebut akan melaju dan menyebar tak terhenti sampai pada dimana kita semua ketergantungan pada gelembung tersebut.
Namun sebelum itu terjadi akan ada distubsi – distrupsi dengan sektor lain yang memilih berstatus kuo. Dan apesnya yang ‘merasa’ terdistrupsi secara langsung oleh bitcoin adalah lembaga-lembaga besar atau bahkan negara-negara super power, yang sudah merasa nyaman selama puluhan bahkan ratusan tahun, ini yang membuat berita buruk bitcoin tidak ada hentinya.
Kita masih ingat bagaimana kemunculan awal Internet pada tahun 2000an, dipandang pesimis oleh beberapa pakar yang memilih menjadi status quo, hingga pada akhirnya sekarang hampir semua sektor bergantung kepada Internet.
Bagaimanapun teknologi akan tetap berjalan dan berkembang tanpa atau dengan kita ikut di dalamnya, maka dari itu jadilah bagian dari perkembangan tersebut, niscaya suatu saat akan mendapatkan manfaatnya.
Saya sendiri menjadi orang yang terlibat secara langsung perkembangan ecommers dan marketplace di Indonesia, walaupun bukan tahun pertama ecommers lahir, tepatnya tahun 2013 setelah kasus rekber panda hitam di kaskus, saya mengenal pertama kali marketplace , akhirnya sampai saat ini saya mengambil manfaat tersebut, dengan berjualan di marketplace. Atau saya yang tidak perlu bingung ketika mencari ojek daring kemanapun, atau mencari penginapan di manapun. Intinya perkembangan teknologi akan terus berjalan walau kita tidak terlibat atau bahkan menolaknya.
Secara analisa bisa iya bisa tidak tapi paran pakar dan praktisi meyakini hal itu tidak akan terjadi kenapa crypto adalah aset masa depan mata uang digital ini akan perlahan di adopsi dimasa depan karena mata uang fiat memiliki banyak sekali kelemahan terutama inflasi dan centralisasi. Berbeda dengan mata uang crypto yang decentralized dan otentik dan anti inflasi. Hanya saja butuh penetrasi penerimaan di kehidupan masyarakat. Dan itu bertahap. Hanya crypto yang fundamental nya kuat yang menang dalam seleksi alami dinmasa depan nanti