Sign Up to our social questions and Answers Engine to ask questions, answer people’s questions, and connect with other people.
Login to our social questions & Answers Engine to ask questions answer people’s questions & connect with other people.
Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link and will create a new password via email.
Please briefly explain why you feel this question should be reported.
Please briefly explain why you feel this answer should be reported.
Apakah obsesi kerja keras atau hustle culture itu baik atau malah buruk?
Sama sekali tidak. Bukan kerja keras itu baik atau buruk, tetapi value dari kerja keras itu untuk hal yang baik atau buruk. Selama melakukan kerja keras itu, layak tidak dengan segala pengorbanan dan kerja kerasnya, kita mendapatkan kompensasi yang sesuai atau tidak. Tapi, jika itu dianggap sudah seRead more
Sama sekali tidak. Bukan kerja keras itu baik atau buruk, tetapi value dari kerja keras itu untuk hal yang baik atau buruk. Selama melakukan kerja keras itu, layak tidak dengan segala pengorbanan dan kerja kerasnya, kita mendapatkan kompensasi yang sesuai atau tidak. Tapi, jika itu dianggap sudah sepadan, justru kita harus total dalam bekerja. Mau kerja sama orang, mau kerja sendiri, kerja keras itu tidak bisa dilewatkan.
Namun, tentu bukan berarti bekerja keras itu melupakan diri sendiri. Fisik memiliki batas kemampuan, tubuh juga butuh istirahat, pikiran butuh ditenangkan. Kalau emang tujuannya mencapai gol tertentu, tentu istirahat juga bagian dari strategi untuk mencapai gol itu sih.
See lessBagaimana caranya menghadapi orang gangguan jiwa (skizofrenia)?
Hidup bersama penderita skizofrenia bukanlah hal yang mudah karena penderita memiliki dunianya sendiri dan bisa membahayakan. Maka satu-satunya pilihan adalah membawa penderita ke tenaga profesional seperti psikiater dan kadang butuh perawatan intensif di RS Jiwa.
Hidup bersama penderita skizofrenia bukanlah hal yang mudah karena penderita memiliki dunianya sendiri dan bisa membahayakan. Maka satu-satunya pilihan adalah membawa penderita ke tenaga profesional seperti psikiater dan kadang butuh perawatan intensif di RS Jiwa.
See lessApakah betul watak asli seseorang itu tidak bisa berubah?
Saya meyakini kita semua memiliki pengalaman yang berbeda yang membuat tiap keputusan yang diambil juga berbeda dalam mengolah dan memaknai pengalaman tersebut. Kita memiliki sebuah kesadaran yang akan terus berubah dengan pengalaman-pengalaman. Maka saya percaya watak bisa berubah dengan waktu yangRead more
Saya meyakini kita semua memiliki pengalaman yang berbeda yang membuat tiap keputusan yang diambil juga berbeda dalam mengolah dan memaknai pengalaman tersebut.
Kita memiliki sebuah kesadaran yang akan terus berubah dengan pengalaman-pengalaman. Maka saya percaya watak bisa berubah dengan waktu yang lama seiring dengan pengalaman yang dimiliki. Apalagi kita semua dianugerahi kemampuan untuk berpikir mana yang baik dan buruk
See lessBagaimana jika ada pemikiran untuk bunuh diri setiap hari?
Saat perasaan itu muncul coba ingat lagi bahwa dirimu memiliki hak untuk hidup bahagia, memiliki hak untuk mengejar mimpimu sendiri. Dan coba lakukan konseling atau telepon teman terdekatmu untuk mencurahkan rasa frustasi yang membuatmu ingin bunuh diri
Saat perasaan itu muncul coba ingat lagi bahwa dirimu memiliki hak untuk hidup bahagia, memiliki hak untuk mengejar mimpimu sendiri. Dan coba lakukan konseling atau telepon teman terdekatmu untuk mencurahkan rasa frustasi yang membuatmu ingin bunuh diri
See lessBagaimana menghilangkan perasaan menyalahkan diri sendiri karena tidak disukai orang?
Adalah hak mereka untuk tidak menyukai kita, dan hak kita tidak menyukai seseorang. Itu adalah hal yang diluar kendalimu. Kamu saat ini hanya perlu menerima dirimu sendiri, jangan malah fokus pada orang yang tida menyukaimu. Beri sugesti pada dirimu sendiri bahwa kamu berharga, kamu layak dicintai,Read more
Adalah hak mereka untuk tidak menyukai kita, dan hak kita tidak menyukai seseorang. Itu adalah hal yang diluar kendalimu. Kamu saat ini hanya perlu menerima dirimu sendiri, jangan malah fokus pada orang yang tida menyukaimu.
Beri sugesti pada dirimu sendiri bahwa kamu berharga, kamu layak dicintai, kamu kuat. Dan memberi pemahaman kpd diri sndiri kalau suka atau tidak disukai orang adalah pilihan. Karna kita tidak bisa memaksakan seseorang untuk menyukai karakter kita ataupun sebaliknya.
See lessApakah lulusan psikologi juga bisa terhindar dari penyakit mental?
Sama seperti dokter umum yang tidak luput dari penyakit, begitu juga para lulusan psikologi ataupun profesi psikiater. Keuntungan atau manfaat dari mempelajari psikologi adalah orang itu memahami ilmu psikologi, mampu mengidentifikasi permasalahan psikologi, mampu menghadapi permasalahan psikologi.
Sama seperti dokter umum yang tidak luput dari penyakit, begitu juga para lulusan psikologi ataupun profesi psikiater. Keuntungan atau manfaat dari mempelajari psikologi adalah orang itu memahami ilmu psikologi, mampu mengidentifikasi permasalahan psikologi, mampu menghadapi permasalahan psikologi.
See lessApakah kamu pernah merasa tertekan dengan ekspektasi sekitarmu?
Tenang, kamu tidak sendiri. Ini ada salah satu warga net yang membagikan ceritanya. Berikut kisahnya.. Saya seorang anak bungsu dari dua bersaudara. Dari kecil, orangtua sudah terlihat membedakan saya dengan kakak saya. Karena sewaktu kecil kakak saya cenderung lebih nakal dan sedikit lambat dalamRead more
Tenang, kamu tidak sendiri. Ini ada salah satu warga net yang membagikan ceritanya. Berikut kisahnya..
Saya seorang anak bungsu dari dua bersaudara. Dari kecil, orangtua sudah terlihat membedakan saya dengan kakak saya. Karena sewaktu kecil kakak saya cenderung lebih nakal dan sedikit lambat dalam belajar, sedangkan saya dinilai anak yang sangat brilian saat itu.
Kami berdua tumbuh dengan harapan masing, orangtua saya selalu berharap bahwa saya bisa menjadi dokter dan selalu menuntut nilai yang tinggi dengan alasan bahwa saya mampu untuk itu. Saat kecil, saya mendapatkan doktrin bahwa saya akan diapresiasi bila saya mendapatkan prestasi yang bagus, sehingga saya selalu mengejar apapun itu untuk mendapatkan pengakuan orangtua.
Berbeda halnya dengan kakak saya, ia masih dibilang nakal hingga lulus dari bangku SD, berada di kelas menengah, sampai pernah waktu itu, orangtua saya menampar kakak saya saat ia ketahuan merokok. Tidak ada yang berharap tinggi padanya, bahkan orangtua saya sendiri berkata pada saya bahwa kakak saya sungguh mengecewakan.
Tetapi, di masa SMP-SMA, kakak saya yang menjejaki usia remaja mulai berubah. Ia menjadi jauh lebih baik hingga saya kaget dengan perubahannya. Ia pun memiliki lingkungan sosial yang baik dan luas, dikenal ramah, mengutamakan guru, dan entah beberapa pujian sikap lainnya. Namun Orangtua saya, entah kenapa, masih memandang bahwa masa depan kakak saya adalah sesuatu yang buram, hanya karena nilainya yang rata”. Padahal ia tidak bodoh, hanya ada di ranking menengah.
Sedangkan saya, sampai kelas 8 SMP semangat belajar saya masih membara, dengan doktrin yang sama. Lalu kelas 9, saya yang hendak memasuki sma mulai mempunyai tujuan sendiri, dan sialnya, tujuan itu bertentangan dengan keinginan orang tua. Disitulah babak orang tua saya mulai ‘kecewa’ terhadap saya.
Kekecewaan itu mulai menumpuk, hingga sekarang saya ada di kelas 12 dan bersiap memasuki bangku kuliah. Orangtua jadi jauh lebih sering menumpahkan kekecewaan mereka pada saya, dan terus menekan saya. Mereka masih mengharapkan saya menjadi seorang dokter. Dan orangtua saya merasa hal itu benar untuk dilakukan.
Mereka selalu heran mengapa saya tidak bisa seperti anak” lainnya, yang pintar, yang penurut, yang dari luarnya terlihat baik dan membanggakan. Saya tahu maksud mereka adalah untuk memotivasi saya, tapi saya tidak menganggap itu motivasi. Itu tekanan, saya tidak ingin tumbuh menjadi orang lain atas kemauan orang lain. Sempurna hilang diri saya.
Setiap kali saya mencoba mengatakan apa yang saya mau, orangtua seakan menyalahkan saya bahwa pilihan saya adalah pilihan tanpa perhitungan, dan menekankan bahwa pilihan mereka adalah yang paling benar. Sejak kelas 10 saya sudah berdiskusi dengan orang tua saya dan tidak ada jalan keluar diantara kami. Dan itu jugalah faktor penurunan prestasi saya.
Di sisi lain, kakak saya yang kuliahnya juga dipaksakan oleh orang tua saya tumbuh menjadi seseorang yang dikenal baik di lingkungannya, aktif dalam organisasi, ramah, dll. Pengalamannya banyak dan luas. Ia telah dewasa secara mental, dan orangtua saya mengapresiasi dia.
Di satu sisi, saya sangat iri dengan proses kakak saya. Ibarat ia ‘nakal’ saat kecil dan ‘baik’ setelah dewasa. Sedangkan saya ‘baik’ saat kecil, tapi ‘nakal’ saat sudah besar. Tidak ada orang yang terlalu berekspektasi tinggi padanya, jadi ia bisa mengeksplorasi apa yang ia mau. Sedangkan saya merasa bahwa semua harapan orangtua yang seharusnya dilimpahkan merata, jatuh pada saya.
Saya bingung, cemas, tertekan, semua terasa menakutkan. Harapan orangtua saya akan saya seakan mencekik leher saya terus dan terus. Stress berkepanjangan, air mata yang selalu membasahi bantal hampir setiap malam. Saya tidak tahu harus bagaimana memenuhi ekspektasi mereka. Bagaimana menjadi diri saya saat kecil, saat tidak ada kata orang yang kecewa pada saya, dan selalu memuji saya. Tapi sekarang saya hanya murid biasa, yang terkalahkan oleh banyak orang diatas saya.
See less