Kolumbus tak pernah menginjakkan kakinya di Amerika Utara.
Dalam sejarah, Kolombus dianggap sebagai penemuan benua Amerika. Kenyataannya, beberapa sumber sejarah menyatakan bahwa Kolumbus tidak pernah melakukan perjalanan ke Amerika Utara. Ia hanya melakukan perjalanan di Karibia dan Amerika Selatan selama empat perjalanan besarnya, yang berlangsung dari 1493 hingga 1503. Sebenarnya, ketika dia menemukan Dunia Baru pertama kali, dia terus mengatakan bahwa tempat pertama mereka mendarat adalah Asia—tepatnya India, karena dia menyebut penduduk lokal sebagai Suku Indian. Meskipun tujuan awal pelayaran Kolumbus adalah untuk menemukan rute ke Asia, ia akhirnya tersesat hingga Amerika Tengah.
Ada beberapa teori tentang siapa yang pertama kali menginjakkan kakinya di Amerika Utara. Salah satunya merujuk sosok Lief Erikson dari Bangsa Viking yang tinggal di Islandia dan memimpin pelayaran di abad ke-11 hingga mendarat di Amerika Utara, tepatnya di Newfoundland (Kanada). Teori lain mengatakan jika pendatang pertama yang lebih dulu datang dan menjalin kontak dengan orang lokal di wilayah yang kini jadi negeri Paman Sam adalah orang-orang Fenisia di milenium pertama Sebelum Masehi.
Sayangnya, masih banyak institusi pendidikan di berbagai negara yang belum mengubah informasi tentang Kolumbus. Sejarah Kolumbus akhirnya dipenuhi mitos-mitos atau informasi yang ditulis melenceng sehingga mengaburkan kenyataan. Nama ketiga kapal Kolumbus, misalnya, ada kemungkinan besar tak memakai nama asli. “Nina” adalah panggilan untuk kapal Santa Clara. “Pinta” juga sama, tapi nama asli kapal tak pernah diketahui. Sedangkan “Santa Maria” kala itu populer untuk menamai kapal La Gallega.
Para pelajar kerap diberi pemahaman bahwa Kolumbus berlayar untuk membuktikan teori bumi bulat. Banyak sejarawan menolak teori ini. Mereka meyakini Kolumbus sudah tahu soal bumi bulat dari teori Pythagoras yang dikembangkan Aristoteles dan Euklides. Teori bumi bulat tercantum di buku-buku Eropa tahun 1200-1500an, termasuk Geografi karya Ptolomeus yang dimiliki Kolumbus. Tujuan pelayaran Kolumbus, selain eksplorasi Dunia Baru, adalah pengukuran luas samudera, bukan pembuktian bentuk bumi.
Kolumbus adalah tokoh utama yang memelopori perdagangan budak lintas Atlantik dalam skala besar. Hal ini diyakini oleh James W. Loewen dan sejarawan lainnya. Kolumbus mengirim lebih banyak budak dibanding individu lain di masanya. Saat Benua Amerika sedang dibangun orang-orang Eropa yang sevisi dengan Kolumbus, perbudakan orang-orang kulit hitam juga mulai terjadi, yakni melalui perburuan orang-orang Afrika untuk kemudian dibawa ke negeri Paman Sam.
Sejarawan Howard Zinn menulis di karyanya yang termahsyur, A People’s History of the United States (1980), bahwa pada 1495 anak buah Kolumbus menangkap 1.500 orang asli Arawak, termasuk perempuan dan anak-anak, untuk dikirim ke Spanyol. 40 persen dari mereka meninggal di perjalanan.
Menolak Columbus Day
Dalam perspektif kolonialisme dan imperialisme kulit putih era awal, tak susah untuk memahami kelakuan Kolumbus, bahkan untuk kekejaman tingkat lanjut sekalipun: penyiksaan atas nama perbudakan dan pembunuhan besar-besaran terhadap orang-orang lokal.
Menurut catatan saksi sejarah Bartolome de Las Casas dan diceritakan ulang dalam buku American Holocaust: The Conquest of the New World (1992) karya David E. Stannard, Kolumbus menerapkan sistem Encomienda. Encomienda adalah program memperbudak pihak yang terjajah dan telah dilaksanakan sejak Eropa abad pertengahan. Bahkan dalam kondisi merebaknya penyakit mematikan pun program ini tetap dilaksanakan dengan tangan besi oleh rezim pemerintah Spanyol di Karibia.
Setelah pulih dari wabah penyakit, Kolumbus mengorganisasikan pasukannya dengan membentuk sebuah skuadron yang terdiri dari beberapa ratus orang bersenjata berat dan lebih dari 20an anjing penyerbu. Pasukan ini membunuh ribuan orang-orang asli yang masih sakit dan tak bersenjata. Beberapa ada dijadikan tawanan untuk latihan pedang, lebih tepatnya kelinci percobaan apakah pedang bisa membelah tubuh manusia dalam sekali tebas.
Las Casas mencatat ada kurang lebih 50.000 penduduk asli yang tewas selama masa pendudukan Kolumbus. Mereka ini juga meliputi orang-orang yang melawan rezim hanya dengan bermodal keberanian, dan kemudian tewas di ujung senapan mesiu.
Pada 20 Mei 1506, di usia kira-kira 54 tahun, Kolumbus meninggal di Valladolid, Spanyol, akibat menderita penyakit sindrom reiter. Makamnya sempat berpindah-pindah tempat, namun akhirnya ditetapkan di Katedral Sevilla, Sevilla, Spanyol.
Setiap tanggal 12 Oktober rakyat Amerika Serikat merayakan Hari Kolumbus. Namun tak semuanya mau memperingati perayaan berdasarkan sejarah palsu nan berdarah itu. Oleh masyarakat Kota Seattle, Minneapolis, South Dakota, hingga Berkeley, tanggal 12 Oktober justru diperingati sebagai Hari Penduduk Asli/Masyarakat Adat. Upaya alternatif ini adalah bentuk penghormatan pada Suku Indian dan suku lain yang pernah jadi korban kolonialisme (baca: kekejaman) orang-orang kulit putih.
Saya juga termasuk salah satu dari jutaan manusia yang “dibohongi” itu. Saya baru tahu perihal ini karena melakukan pencarian untuk pertanyaan ini.
Semoga bisa menambah wawasan kamu juga 🙂
Catatan kaki : Segala yang Brutal dan Palsu dari Sosok Kolumbus – Tirto.ID