- Saya tidak menyadari betapa pentingnya berinvestasi sejak awal. Baru pada tahun 2013, setelah saya menikah, saya mulai berinvestasi. Padahal, saya sudah memiliki penghasilan sejak tahun 2009.
- Saya langsung memulai investasi di instrumen yang berisiko tinggi – tinggi return, yaitu saham. Tidak percaya atau tidak, investasi pertama saya bukanlah di deposito, tetapi langsung di saham. Sebenarnya tidak ada masalah dengan berinvestasi di saham, tetapi masalahnya adalah saya belum mengenali profil toleransi risiko saya. Saham pertama yang saya beli adalah PT. Surya Semesta Internusa (SSIA). Dan bisa ditebak, saya mengalami kerugian karena tidak tahan terhadap volatilitas risiko. Kali ini, tidak ada keberuntungan bagi pemula seperti saya.
- Saya memiliki kepercayaan diri yang berlebihan. Terinspirasi oleh kegagalan saya dalam investasi pertama, saya membaca banyak buku tentang saham, mulai dari buku-buku Warren Buffett, Peter Lynch, dan blog-blog investasi. Akibatnya, saya merasa memiliki banyak pengetahuan dan terlalu percaya diri. Saya tidak mau menerima kenyataan ketika ada fakta yang menunjukkan bahwa analisis saya salah, sehingga return investasi saya dalam empat tahun pertama tidak optimal.
- Saya kurang melakukan diversifikasi ke instrumen investasi lainnya. Saya mencoba instrumen investasi lain seperti P2P lending, reksa dana, dan deposito baru-baru ini, yaitu pada tahun 2017. Ternyata, selain saham, saya juga cocok dengan beberapa instrumen investasi lain seperti reksa dana indeks dan P2P lending.
- Saya sangat tidak sabar. Ada banyak contoh sepanjang perjalanan investasi saya. Namun yang paling berkesan adalah ketika saya memutuskan untuk berinvestasi di PT. Adi Sarana Armada (ASSA) yang dimiliki oleh Pak T.P. Rahmat. Saya sudah menganalisis laporan keuangan dan model bisnis ASSA, serta sudah menghitung valuasi ASSA dan sampai pada kesimpulan untuk berinvestasi. Saya lupa total jumlah kepemilikan lembar saham tertinggi saya. Namun, berdasarkan surat pembagian dividen yang saya temukan di email, pada suatu titik saya sempat memiliki 287.500 lembar saham ASSA.
Saya ingat dengan jelas bahwa saya membelinya seharga 155, dan menjualnya dengan kerugian di sekitar 130-an karena harga tidak mengalami perubahan selama 6 bulan. Akibatnya, saya menghapus ASSA dari daftar pantauan saya. Pada awal tahun ini, saya sangat terkejut ketika saya memeriksa harganya dan melihatnya melonjak menjadi 700. Sebaliknya, daripada naik sebesar 350% dari harga pembelian saya (rata-rata 45% per tahun selama 4 tahun), saya justru mengalami kerugian sebesar 18%.
Mengutip kata Warren Buffett: “No matter how great the talent or efforts, some things just take time. You can’t produce a baby in one month by getting nine women pregnant.”