Lingkungan kerja saya bisa dibilang sangat rentan terhadap perselingkuhan karena seringnya terjadi pertemuan sosial, seperti meeting yang diadakan di tempat golf atau hiburan setelahnya.
Namun, ada satu pria di kantor yang tampaknya bisa menjaga jarak dengan semua tawaran hiburan tersebut. Meski dia adalah seorang sales yang seharusnya aktif dalam pertemuan sosial, dia selalu pulang sesuai jam kerja dan menghindari aktivitas “gratis” tersebut. Banyak orang yang heran dan membicarakan hal ini karena, menurut mereka, istrinya tidak terlalu mencolok.
Suatu waktu, setelah meeting dengan pria ini, saya bertanya bagaimana dia bisa menolak ajakan hiburan yang sering ditawarkan. Saya mengira dia akan menjawab bahwa dia melakukannya karena istri atau takut dosa. Namun, jawabannya justru mengejutkan saya: “Saya lemah iman, mbak. Sedikit saja terkena perhatian perempuan, saya langsung baper. Jadi, saya buat batasan, setting boundaries.”
Dia membuat batasan sebagai berikut:
– Tidak curhat dengan kolega perempuan
– Menghindari hiburan yang berisiko seperti entertainment yang bisa memicu perselingkuhan
– Mengizinkan ngewine asalkan tidak melanjutkan ke hal lainnya
– Menghindari karaoke kecuali dengan teman-teman tanpa LC
– Tidak pulang bersama atau makan siang hanya berdua dengan kolega perempuan
Intinya, dia berusaha menghindari segala sesuatu yang bisa melanggar batas normal.
Menurut saya, cara terbaik untuk menghindari perselingkuhan adalah dengan menjaga batasan dengan lawan jenis. Berikut adalah beberapa poin tambahan yang saya rangkum dari artikel, riset, dan pengalaman pribadi:
– Jangan mencari pasangan untuk melengkapi diri. Jadilah pribadi yang lengkap sendiri, dan anggap pasangan sebagai mitra, bukan pelengkap.
– Terapkan tekanan rendah di rumah. Rumah harus menjadi tempat untuk melepaskan stres, bukan menambah stres.
– Untuk wanita, jangan mengharapkan pria romantis seperti dalam drama Korea. Fokuslah pada tanggung jawab dan kualitas nyata pasangan.
– Untuk pria, jangan terlalu kritis atau perhitungan dengan wanita yang disukai. Ketulusan akan dibalas dengan ketulusan juga.
– Buatlah waktu untuk diri sendiri. Aktivitas bersama pasangan penting, tapi jangan sampai 24 jam. Ini bisa menghindari kebosanan dan ketergantungan.
– Jaga tiga C: komitmen, komunikasi, dan kompromi.
– Tidak ada cinta tanpa syarat dalam hubungan yang bukan darah. Hubungan melibatkan memberi dan menerima. Jaga dan tingkatkan diri agar bermanfaat bagi pasangan.
– Bertengkar dengan cara yang benar. Pastikan konflik berfokus pada hubungan, bukan hal-hal eksternal seperti klub bola atau perilaku keluarga.
Saya pernah melihat pasangan yang bercerai setelah 10 tahun menikah tanpa pertengkaran besar. Keduanya berkarir, tetapi sama-sama dominan dan tidak pernah mengalah dalam hal merawat anak. Ketika anak sakit, mereka tetap sibuk dengan pekerjaan. Nasihat saya adalah, meskipun wanita berkarir, keluarga tetap harus menjadi prioritas utama. Pria harus menjadi penyedia utama dan pelindung, sementara wanita harus bisa menjaga peran alaminya sebagai pengasuh.
Catatan: Nasihat tentang hubungan banyak bertebaran di internet, namun implementasinya bisa berbeda-beda untuk setiap pasangan. Selami hubungan kalian masing-masing untuk menemukan formula yang sesuai dengan kondisi kalian.