Penyesalan terbesar dalam karir saya adalah terkait dengan “menolong teman dan saudara.”
Ketika saya berusia 35 tahun, saya menjabat sebagai General Manager di sebuah grup properti besar. Teman lama saya meminta bantuan untuk mendapatkan pekerjaan, dan saya memberinya posisi sebagai manajer di salah satu unit usaha, meskipun ada keraguan dari pihak atasan yang mungkin sudah merasakan ada sesuatu yang tidak beres.
Setelah tiga tahun bekerja bersama teman saya tersebut, saya memutuskan untuk resign dan mendapat persetujuan dari bos, meski sebelumnya saya sudah tiga kali resign dengan penawaran gaji yang ditingkatkan dan pesta perpisahan. Saya hanya meminta laptop kerja karena ada data penting yang saya butuhkan jika kembali ke kantor baru.
Namun, teman yang saya bawa bekerja dan angkat menjadi manajer itu juga mengajukan resign, dan kebetulan hari terakhir kerjanya sama dengan saya, padahal saya mengikuti aturan kantor dengan memberikan pemberitahuan satu bulan sebelumnya.
Hanya sebulan setelah saya mulai bekerja di tempat baru, saya mendapat kabar dari kantor lama bahwa teman saya yang saya bantu itu ternyata telah menggelapkan uang dari unit usaha yang dipimpinnya. Saat saya menghubunginya, dia hanya meminta maaf dengan alasan khilaf dan berjanji akan mengganti uang tersebut.
Akibat kejadian itu, atasan di kantor lama marah besar dan saya menjadi blacklisted di sana. Selanjutnya, saya bekerja di kantor baru pada level/grade 15, sementara presiden direktur berada di level/grade 17. Kemudian, ayah saya meminta tolong untuk memasukkan seorang saudara dari kampung ke dalam pekerjaan. Saya menempatkannya di salah satu unit kerja dengan harapan dia bisa dilatih menjadi supervisor.
Sayangnya, saudara itu datang malam hari ke salah satu unit properti dan membawa truk untuk mengambil barang-barang yang masih berguna. Tindakan ini terlihat jelas di rekaman CCTV, dan meskipun tidak ada yang berani menghentikannya karena dia adalah “saudara” saya, ini tetap menjadi masalah besar.
Saya sangat marah dan menegur saudara itu habis-habisan. Namun, dia tetap bersikeras tidak mengambil barang apapun, meskipun CCTV menunjukkan sebaliknya. Akhirnya, karena masalah ini semakin besar, saya merasa harus mundur untuk pertanggungjawaban moral, dan saya resign dengan status blacklisted di kantor tersebut.
Saran saya untuk teman-teman, berhati-hatilah saat mempekerjakan atau menolong “teman atau saudara” karena bisa saja mereka justru membawa kesulitan atau malu bagi kita. Pastikan untuk memeriksa rekam jejak mereka sebelum membuat keputusan.
Maaf jika ada kata-kata yang kurang tepat atau terkesan menyudutkan teman atau saudara. Tidak semua yang kita bantu atau ajak bekerja akan berperilaku seperti ini; banyak juga yang menjaga diri dan memiliki keterampilan yang sangat baik.