Orang yang suka menyenangkan orang lain dan membangun identitas berdasarkan apa yang mereka inginkan (people pleaser). Saya akan mencoba melihatnya dari sudut pandang “manipulator” dan memberikan teknik counter-manipulasi.
Pada dasarnya, tindakan manipulatif seperti hipnotis. Pelaku memberikan sugesti kepada targetnya dan berharap target tersebut terjebak dan terpengaruh olehnya. Hal ini sering terjadi ketika seseorang berbicara dengan seorang sales atau mentalis, di mana mereka mencari tahu apa yang diinginkan oleh targetnya dan membuatnya terkesan dengan produk yang ditawarkan.
Hal yang sama juga terjadi dalam manipulasi secara umum. Dalam teori psikologi gelap, manipulasi dilakukan dengan membuat target merasa “senang dulu”, “nyaman dulu”, lalu perlahan-lahan memberikan apa yang mereka butuh dan inginkan. Misalnya, jika awalnya mereka tidak suka permen, berikanlah efek “wow” sehingga mereka merasa permen itu seperti vitamin, obat abadi, dan sebagainya. Ini tidak hanya berlaku untuk permen, tetapi juga objek lainnya.
Seseorang yang memiliki keinginan yang kuat, pada umumnya, akan mudah untuk dimanipulasi. Dia sedang dirantai dengan objek keinginan tersebut. Jadi, tinggal temukan apa yang menjadi craving bagi dirinya. Jangan berikan secara utuh, tapi cicil sedikit demi sedikit, sampai dia masuk ke dalam lingkaranmu. Lalu lahaplah dia. Atau, kalau dia seseorang yang lemah (codependent) dan takut akan manusia (people pleasing), dia tidak mempunyai batasan yang kuat. Jadi, tinggal hack saja, dan pelan-pelan kuasai dirinya sampai dia tidak “enakan” dan mau tidak mau menerima umpan tersebut.
Pertanyaannya adalah “mengapa ya ada orang-orang yang suka melakukan manipulasi?”
Jawabannya sederhana karena “mereka sendiri hidup dalam lingkungan yang tidak jujur dan penuh ketakutan”. Kalau mereka mengungkapkan isi hati secara jujur, mereka akan kena “jepret” dari atasan, entah itu orang tua, bos, dan lainnya. Dan kebiasaan dari lingkungan itulah yang membuatnya harus mengembangkan teknik-teknik hipnotis untuk bisa mendapatkan keinginan mereka tanpa terkena resiko “jepret”.
Jadi untuk menghadapi seorang manipulator dibutuhkan beberapa hal. Yang pertama, Anda harus merasa nyaman dengan diri sendiri. Anda tidak butuh siapa-siapa untuk bahagia, dan tidak ada objek di luar sana yang cukup untuk memuaskan dirimu. Dengan demikian, seorang hipnotis kalau mau menawarkan uang 100 juta sekalipun di depan mata, itu tidak membuatmu merasa tergiur. “Wow efek” itu hilang, dan Anda akan mengetahui bahwa itu hanyalah sebuah “manipulation porn”. Kedua, Anda perlu melihat setiap orang sebagai orang biasa. Orang mau sehebat apa pun, entah dia itu profesor, jenderal, presiden, agamawan atau apa pun, itu hanyalah manusia biasa yang dapat jatuh dan hancur. Jadi, ketika Anda bertemu dengan seorang yang hebat, mampu memberikan “hipnotis efek” tentang segala pencapaian dan janji-janjinya, itu tidak membuat lutut ini berlutut kepadanya. Atau, seseorang yang sedang dalam lubang jurang neraka, dan ingin pertolonganmu. Tolong sadari, setiap orang sebetulnya bisa keluar dari lubang itu sendirian. Kalau dia tidak keluar, dan meminta tolong terus, itu self-pity yang adalah “sisi koin yang berbeda” dari pride. Dia self-centered dan hanya ingin menggunakan dirimu untuk menjadi tangga demi mencapai ambisinya.
Intinya, kita semua biasa-biasa saja. Itu adalah lensa utama untuk mendeteksi “manipulator” yang terkesan super-human atau sub-human, yang mencoba untuk menguasai orang lain.