Seperti yang kita ketahui, pelecehan lisan atau perilaku yang memiliki dampak emosional yang merugikan disebut pelecehan verbal.
Sayangnya, orang tua sering melakukan kekerasan verbal pada anak-anak mereka tanpa mereka sadari karena ketidakpuasan orang tua terhadap perilaku atau prestasi yang dianggap tidak pantas.
Sebagai contoh, seorang ibu yang memaki dan mengatai anaknya bodoh karena nilai matematika anaknya merah, atau seorang ibu yang dengan cuek mengatakan gambar anaknya buruk hanya karena dia tidak suka gambar anaknya yang hanya goresan.
Alhasil, anak menjadi minder dan malu untuk berkarya.
Hei orang tua, tak ada sebuah seni yang jelek. Semua SENI indah dan BAGUS jika kita tau ilmunya, jika kita paham bahwasanya semua karya seni itu indah.
Tolong jikalau anda tak tahu bagaimana cara menghargai karya anak, tersenyumlah dan katakan “karyamu bagus, namun akan jauh lebih bagus lagi jika kamu mau terus berlatih dan berusaha mengembangkannya”
Setidaknya ini akan menjadi suatu motivasi bagi anakmu dimasa yang akan datang.
Ia menjadi lebih percaya diri, selain itu mentalnya juga stabil.
Lalu, mari kita kembali pada topik VERBAL ABUSIVE..
Apa yang akan terjadi pada anak jika orang tua melakukan hal ini?
- Tidakkah anak akan menjadi minderan? Bukankah orang tuanya yang seharusnya memotivasinya untuk tumbuh menjadi lebih baik adalah orang yang merusak mimpinya? Coba pikirkan.
- Anak akan menjadi lebih pendiam (hal ini mungkin tidak akan mempan terjadi pada anak dengan potensi ekstrovert)
- Anak akan mudah kehilangan motivasi dan menjadi takut untuk bermimpi.
- Anak akan menjadi jauh lebih agresif, jiwanya merasa tidak aman dan terancam untuk itu ia membangun pertahanan diri setinggi langit, agar ia tetap aman didalam sana.
- Egois
- Dingin
- Menjadi penakut.
- Menjadi pendendam.
- Menjadi keras kepala.
- Takut untuk melakukan kreativitas.
Jadi, sebelum menjadi orang tua, pelajari hal-hal yang halal dan haram tentang mendidik anak.
Jangan terlalu egois untuk merusak pikiran anak-anak Anda dengan kata-kata atau pernyataan yang Anda anggap “biasa saja”.
Prank terhadap anak? Seperti di youtube? Tolong pertimbangan sekali lagi.
Kecuali jika kamu memang membuat anak untuk dijadikan bahan permainan atas kegabutan PPKM mu.