UANG adalah ENERGY.
Saya pernah merasakan bahwa keuangan saya semakin ketat saat saya mencoba berhemat. Ketika mencoba membeli berbagai barang, hasilnya malah tidak ada yang tercapai. Akhirnya, saya menemukan sebuah konten yang menyatakan bahwa:
http://Kamu jangan pelit. Semakin kamu pelit, uang akan sulit datang dihidupmu.
Setelah membaca konten tersebut, saya menyadari kesalahan saya. Ditambah dengan membaca berbagai komentar dan testimoni, saya melihat bahwa orang-orang yang boros justru sering kali mendapatkan lebih banyak uang. Akhirnya, saya mengikuti jejak mereka dan mulai boros. Saya membeli berbagai barang sesuai keinginan hingga bisa dibilang sangat boros. Namun, bukannya semakin kaya atau mendapatkan rezeki yang melimpah, saya malah semakin bingung. Sebelum gajian, uang saya sudah habis dan bahkan minus.
Saya terus mencari tahu mengapa boros justru membuat saya semakin miskin dan akhirnya mendapatkan penjelasan:
Kita harus sedekah secara konsisten. Cobalah untuk bersedekah sebanyak mungkin dan yakinlah akan ada keajaiban.
Karena pendapat ini berasal dari seseorang yang sangat sukses, saya pun mencobanya. Namun, hasilnya tetap nihil. Saya mulai kehilangan kepercayaan terhadap sedekah.
Akhirnya, setelah terus mencari informasi, saya menemukan solusi yang paling logis. Ternyata, dalam mengatur keuangan, ada empat tipe manusia:
1. Semakin boros, semakin kaya.
2. Semakin boros, semakin miskin.
3. Semakin hemat, semakin kaya.
4. Semakin hemat, semakin miskin.
Perbedaannya terletak pada niatnya:
1. **Semakin boros, semakin kaya** jika niatnya adalah untuk:
– Mengalirkan energi (uang)
– Sedekah
– Melariskan dagangan orang lain
2. **Semakin boros, semakin miskin** jika niatnya:
– Untuk pamer
– Menuruti nafsu dunia
– Ingin dipuji, dan sebagainya
3. **Semakin hemat, semakin kaya** jika niatnya:
– Tirakat (melatih diri untuk mengurangi kemewahan)
– Mengendalikan diri supaya tidak diperbudak dunia
– Melatih kesederhanaan
4. **Semakin hemat, semakin miskin** jika niatnya:
– Pelit
– Takut miskin
– Tamak
– Serakah
Saya ternyata termasuk dalam tipe yang kedua dan keempat. Kesalahan saya terletak pada niat. Saya boros dengan niat untuk memenuhi nafsu duniawi, membeli barang-barang yang sebenarnya tidak saya butuhkan, dan akhirnya menjadi serakah.
Inti dari hal ini adalah vibrasi yang kita pancarkan. Uang adalah energi yang harus dialirkan, seperti oksigen. Jika kita hanya menarik oksigen tanpa mengeluarkannya, kita akan merasa tidak nyaman. Namun, jika kita menarik dan menghembuskan oksigen dengan niat yang benar, kita akan merasakan ketenangan.
Hidup adalah tentang siklus menerima dan memberi. Apa pun yang kita terima, pasti harus kita keluarkan juga. Cara kita mengeluarkan uang, apakah dengan paksaan atau dengan kesadaran, mempengaruhi hasilnya. Jika kita menggenggam dunia dengan erat, Tuhan mungkin akan memaksa kita untuk melepaskannya melalui musibah. Namun, jika kita mengeluarkannya dengan kesadaran bahwa kita memiliki kewajiban untuk memberi, kita memberi sinyal kepada semesta bahwa kita ridho dan tidak melekat pada dunia, sehingga vibrasi positif akan terpancar dan rezeki akan mengalir dengan lancar.
Jika ada yang bertanya mengapa sedekah tidak memberikan keajaiban, kembali lagi pada niat. Sedekah seharusnya dilakukan dengan niat untuk membersihkan jiwa, bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan atau rezeki. Sedekah membersihkan rezeki kita dari hambatan, seperti membersihkan pipa yang tersumbat agar air bisa mengalir dengan deras.
Tuhan sebenarnya sudah memberikan rezeki yang kita minta, tetapi jika pipa rezeki kita mampet, aliran rezeki tidak akan terasa. Kesadaran kita dalam melaksanakan perintah-Nya sangat penting. Jika kita memahami bahwa sedekah dan kewajiban agama bukan hanya sekadar tugas, melainkan keperluan, maka dampaknya akan lebih terasa dalam hidup kita.