Apa yang akan Anda lakukan ketika diberi pilihan lanjut ke universitas akreditasi C ke semester 3 atau mengulang awal di kampus akreditasi B?
Elang SurabayaPundit
Apa yang akan Anda lakukan ketika diberi pilihan lanjut ke universitas akreditasi C ke semester 3 atau mengulang awal di kampus akreditasi B?
Share
Saya kasih gambaran, DO di ITB itu mayoritas atau bahkan hampir semuanya terjadi di semester 4. Setelah itu ada yang lari ke UI, STAN, dll. Itu lebih baik daripada DO di semester 12 dan transfer SKS yang best scenario-nya adalah ke Unjani (rata-rata untuk teknik) atau Unas (rata-rata untuk non-teknik)
Secara masa depan juga yang DO-nya pas TPB itu rata-rata pada sukses, dari mulai jadi asdos di PTN favorit selain ITB, sampai peneliti di lembaga negara semisal OJK
Sedangkan yang pindahnya belakangan, hhh hidupnya pada lebih berat seriusan dah. Ada yang wirausaha, ada yang jurnalis, ada yang ke parpol, tapi intinya semuanya itu ngandelin 100% effort mereka. Mereka gak bisa lagi bawa-bawa privilege mereka
Beda sama yang DO duluan sehingga masih punya banyak pilihan masa depan bahkan bisa berprestasi di kampus lain yang sama bagusnya. Pas lulus, dapet privilege yang sama atau bahkan lebih daripada kalau mereka lulus dari ITB
Nah kasus adinda ini, baru semester 3, dahlah 3 semester itu kalau di dunia perkuliahan itungannya belum ngapa-ngapain. Kamu punya opportunity yang lebih bagus gak akan rugi apa-apa kalau kamu tinggal
Udah pemandangan sehari-hari buat saya pas TPB dulu anak-anak kuliah 4 semester di TPB cuma buat buang waktu sembari ngejar STAN, monbuka gakusho, dll. Termasuk salah satu presiden RI ada yang TPB cuma 2 semester terus pindah
Apa alasanmu meninggalkan ITB?
orang yang tahu saya keluar dari ITB pasti mengatakan, sayang banget, yah kok bisa. Saya juga heran kenapa saya meninggalkan ITB. Saya adalah mahasiswa ITB angkatan 2018, saya masuk jalur SNMPTN. Awal keterima, seneng banget bahagia banget intinya. Pas buka pengumuman ketika itu saya masih ditempat bimbel, saya sampai melempar hp saya karna lihat warnanya hijau, berarti lulus. Jadi cepet2 saya hubungi orang tua saya, orang tua saya mengatakan bagus tapi tidak terlalu bangga. Yah standart lah responnya, diakhir telepon dia mengatakan “Nak tetap les aja untuk ambil kedinasan (S**N)” saya kecewa tetapi ya gimana lagi. Sebetulnya saya sudah sempat mendaftar ke kedinasan itu, maklum anak SMA yg ambis, pengen test kesana kemari. Sejak menang SNMPTN saya malas belajar. Maklum dulu pas SMA selalu belajar gak pernah istirahat, saya pikir ini waktunya istirahat.
Orang tua saya mengatakan bahwa saya harus tetap test, saya ikut test kedinasan tsb tetapi seperti bermain2. Di sesi 1 saja sudah kalah. saya menerima kekalahan dengan senang hati. Jadi saya akan menjadi mahasiswa ITB. Siswi SMA dari kampung akan ke Bandung. Saya sangat bangga dengan diri sendiri kala itu. Tetapi saya juga dihantui rasa gelisah, kenapa? Awalnya saya ingin mengambil jurusan yg simbolny AE kalo ga salah. Berhubungan dengan penerbangan, anak ITB tau lah ya. Di lemari saya, buku saya, saya catatkan jurusan itu. Tetapi diakhir penentuan jurusan saya malah memilihi planologi!. Hanya untuk mencari peluang. Jadi saya kemarin pernah ikut lomba sampai tingkat nasional tentang ilmu ini dan akhirnya mengambil jurusan ini. Masa perkuliahan saya akui cukup berat, saya adalah orang yang tertutup. Saya sangat jarang bergaul, akibatnya belajar pun sendiri. Padahal di Masa tpb, big No kalo kamu belajar sendiri tapi belum mahir2 amat. Saya juga tersiksa dengan kesendirian kala itu. Saya selalu mengurung diri di kost.
Saya menyelesaikan perkuliahan semester 1 dengan baik, ya standart lah ya. Di semester 2 saya punya list perubahan dalam diri, iya aku harus ikut berorganisasi. Jangan mau sendiri, tapi sangat sulit ternyata brooh. Saya ikut organisasi kedaerahan. Kalau anak ITB pasti tau sulit ya kaderisasi masuk organisasi. Sudah otak saya pas pasan ditambah kaderisasi unit hancurlah ip saya di semester 2. Satu matakuliah membuat saya menangis. Saya kemudian kembali berfikir. Kalo ip saya segini, siapa nanti yang mau terima saya kerja. Alhasil ketika masa2 kaderisasi saya dengar teman saya mendaftar ke kedinasan itu. Saya sih ga tertarik, karena dulu saya di doktrin guru jangan mau jadi pegawai pemerintah, masa depan kmu terukur. Tetapi di malam terakhir pendaftaran kedinasan saya tiba2 pengen daftar. Itu j- sebelum penutupan. Jurusan saya tidak tau, saya ambil jurusan teman saya dan serahkan pendaftarannya utk didaftarkan teman saya (saya kaderisasi sampai jam 11 malam). Setelah melewati drama yg panjang, saya lulus (keberuntungan) tetapi ps saya sudah bisa memilih, saya kembali bingung. Masa iya harus ninggalin itb. :(. Saya suka ITB, mahasiswa nya cerdas2, pemikirannya luar biasa, kamu tidak akan dihina jika pendapatmu aneh tetapi malah diapresiasi kok bisa berpikir aeperti itu. Jarang saya temui orang2 seperti di itb. Saya dilanda kebingungan. Akhirnya papa saya menelepon saya, katanya supaya saya berdoa. Kemudia papa saya mengatakan supaya saya tidak salah memilih, tapi kalau boleh papa meminta saya ambil kedinasan saja. Makin bingung saya. Mama yang sangat senang saya diterima bahkan menelpon teman saya agar saya meninggalkan itb saja.
Akhirnya hari Minggu saya memutuskan jalan2 ke kampus. Sekalian untuk memutuskan kemana saya nanti akan melanjut. Ahirnya saya memilih kedinasan. Saya menangis menelfon papa saya. Sungguh dramatis sekali. Papa mama saya sangat senang, katanya dikampung saya saja yg selalu topik pembahasan mereka. Pikiran saya kala itu, kenapa harus menunggu utk membahagiakan orang tua ketika kamu sudah mendapat cita2 mereka sedari dulu. Hari Minggu itu adalah hari terakhir saya dikampus. Sedih rasanya, pengen saya ambil dua duanya. Tetapi terlalu rakus bukan?.
sekarang saya sudah berada di tempat yang baru. Saya bahagia disini, memiliki teman yang baik dan saya menjadi tidak sendirian lagi. Sahabat2 saya sangat baik, suasana kelas kembali seperti SMA dahulu, dengan ke akraban dan lucunya kelas. Aku tidak tahu apakah keputusan ku tepat, tapi aku yakin, Kejadian2 yg kualami selama test (pulang pergi Bandung-Medan, ketinggalan kartu ujian, hampir salah kostum, orang tua yang sampai bolos kerja hanya untuk menyemangati ku ujian fisik dan masih diijinkan ujian dan lulus) adalah cara Tuhan untuk membantu ku memilih yang tepat untuk masa depanku.
bonus aku akan menambahkan foto kenanganku di ITB
edit: Untuk teman2 yang Tuhan kasih pilihan, jangan pernah ragu untuk memutuskan. Pilihlah tempat yang benar2 kamu rasakan tepat untuk kamu. J
edit : tidak menyangka responnya begini. Terimakasih. Tambahan hehe
Satu tahun saya di ITB adalah tahun terbaik bagi saya dalam mengembangkan diri, saya sangat beruntung mendapat kesempatan belajar di ITB, dosen2 nya yang luar biasa, teman2 yang sangat pintar dan kritis, pokoknya pola pikir saya sangat berkembang di ITB. Tidak salah mereka menyebut ITB, Institus Terbaik Bangsa, bukan Institut ini Tidak Bobo ya hehehehe