Beberapa diantaranya adalah :
- Bersikap ramah-tamah bukanlah segalanya. Maksud saya, bersikap ramah-tamah kepada calon pelanggan adalah sifat umum yang memang sudah seharusnya kita lakukan, tetapi hal tersebut tidak menjadi penjamin bahwa kamu tidak akan ditolak. Kamu akan tetap ditolak sebaik apa pun kamu bersikap dan berusaha. Kamu akan ditolak setiap hari, belasan bahkan puluhan kali dalam seminggu. Ditolak dalam bidang ini merupakan sebuah keharusan dan kamu tidak boleh menjadikan ini patokan atas kegagalanmu. Tidak. Ditolaklah dan datang lagi, ditolaklah dan datang lagi. Jangan berhenti datang kalau ditolak. Jangan berhenti beramah-tamah setelah kamu lelah ditolak.
- Pelanggan adalah temanmu. Teman kerjamu adalah musuhmu. Dalam tiga perkerjaan di atas, saya sudah mengalami banyak sekali hal tidak mengenakkan dan 90% dari mereka adalah kenangan dari perlakuan teman sejawat (seperkerjaan atau sekantor) dan bos. Tidak benar jika pelanggan yang menjatuhkanmu. Tidak benar juga jika saingan dari perusahaan sebelah yang berusaha menghilangkanmu. Kenyataannya teman sekantor, satu profesi dan atasanlah yang berniat demikian. Semakin banyak pelanggan dan pendapatan yang kamu dapatkan dari mereka, semakin keadaanmu sulit. Orang-orang akan selalu berusaha menurunkan posisimu. Mulai dari menyinggungmu, mengusikmu, menjelek-jelekkanmu, melaporkanmu, merenggut pelangganmu, menyalahkanmu akan kejadian yang tidak kamu perbuat, membuat segalanya sulit hingga kamu mencapai batasnya, sampai memaksamu keluar. Tak ingin keluar? Kamu dipaksa keluar atau dikeluarkan. Jangan pernah percaya orang di kantormu apabila kamu ada di bidang ini. Pasang topeng baik di hadapan mereka, tapi jangan dibawa ke hati. Kamu akan jatuh dari ketinggian kalau percaya semua di sekitarmu “baik”.
- Meskipun tidak kenal, bersikaplah sudah kenal bertahun-tahun. Menjadi akrab kepada calon pelanggan adalah sebuah taruhan hidup dan mati. Lebay memang, tetapi begitulah jika kamu ada di bidang penjualan/pemasaran. Tanpa pelanggan kamu itu gurun tanpa air. Seberapa kamu bisa dekat adalah kartu penentu kamu dapat bertahan atau sengsara. Calon pelanggan tidak akan mau dekat denganmu apabila kamu kaku dalam berbicara, tidak tahu apa yang mereka inginkan, tidak mau tahu juga kehidupan mereka. Kunjungi mereka seperti teman yang datang untuk bersilahturahmi, bergosip atau teman makan. Jika kamu berkunjung sebagai “sales” bermuka “sales” yang dibicarakan juga cuma “sales” kamu bahkan tak akan disambut di depan pintu.
- Jangan berpikir kamu sendiri yang berusaha atau bekerja. Semua calon pelanggan pastilah bekerja atau memiliki usaha. Kamu mendatangi mereka juga karena kamu bekerja. Kamu berjualan barang/jasamu, mereka juga sama. Jadi jangan pernah mengeluhkan penderitaanmu semata, tanpa kamu tahu penderitaan mereka, seolah-olah kamulah yang paling merugi di dunia ini apabila mereka tak mau membantumu—melarisi tawaranmu. Jika mengobrol melengkapi poin nomor dua, nomor tiga ini adalah lanjutannya. Sisipkan pertanyaan pada obrolan yang masih masuk ke ranah kita, coba lalukan pemecahan masalah dan bantu mereka mencapainya meskipun sedikit. Misalnya: pelanggan A membutuhkan barang B, sedangkan kita berjualan barang C, tetapi kita bisa bicara akan mengusahakan mendapat B, jangan khawatir dagangan barang C tak laku. Hidup ini akan selalu ada hubungan timbal-balik, tidak perlu takut kebaikan tak akan terbalas. Sebaliknya, jangan terlalu berharap akan dibaikin orang lain saat kamu tidak melakukan apa-apa untuk mereka. Ini juga berlaku di kehidupan biasa sehari-hari.
- Bicara dan akrab saja tidak selalu bekerja baik. Jika itu terjadi, makananlah yang bertindak. Tiga pekerjaan saya si atas semuanya mobile, saya yang berkunjung ke tempat klien secara langsung bukan hanya menghubungi via chat atau telepon. Terkadang, jika situasi terlalu tegang dan saya masih ada rezeki, saya akan membeli cemilan, buah, atau kue dan dibawa ke tempat klien saya untuk dimakan bersama bukan sekadar diserahkan. Saya akan bilang itu oleh-oleh, atau kebetulan beli di jalan. Saat makan bersama itu, situasi semacam “mungkin saja ditolak mentah-mentah” akan sedikit mencair, ada yang tidak jadi menolak, ada yang menunda, ada yang deal, ada juga yang menolak langsung dengan nada yang lebih baik, ada juga yang menawarkan balik makanan yang dia punya. Tak ada ruginya kok menurut saya. Makanan membuat jalinan. The power of food!
- Jangan beritahu gajimu kepada siapa pun. Semua bagian penjualan/pemasaran pasti memiliki gaji pokok ditambah dengan bonus. Jangan pernah bilang besarannya, entah itu besar atau kecil karena ini adalah bibit dari poin nomor lima. Tidak pernah diberitahukan saja mereka tahu. Kalau kamu dapat rezeki lebih juga mending diam saja. Percayalah, ini akan menyelamatkanmu.
- Terkadang kita perlu berusaha terlalu keras, tetapi jangan terlalu sering. Saya adalah tipe yang lumayan “memaksakan diri”. Saya pernah liputan acara tahun baru dari jam 20.00 sampai 01.30 dengan target total empat hotel. Saya pulang jam 02.30, dan tidur di Wifi.id – Indonesia Wifi setempat sedangkan saya ini perempuan. Saya juga pernah bersengaja hujan-hujanan naik motor, padahal hujannya deras sekali dan saya tidak membawa jas hujan. Saya nekat menuju hotel tersebut yang sebulan lebih perjanjiannya tidak jelas iya atau tidak dan PR-nya berminggu-minggu sulit ditemui, lanjut minta tolong satpam memanggilkan PR ke basement untuk menyampaikan saya tidak bisa naik ke lobby karena saya basah kuyup. Akhirnya dengan usaha aneh saya tersebut, surat kontraknya dapat beliau ambil. Bos saya mengerti akan saya yang seperti itu dan memanfaatkannya dengan memberikan pekerjaan yang lebih berat dengan alasan “saya pasti bisa”. Di pekerjaan lainnya, saya bahkan mengirimkan pesanan buku satu box besaaaaar pakai motor yang di antar dari basement ke lantai tiga. Di pekerjaan lainnya sehari saya bisa bawa 40 kardus minyak goreng naik motor plus 30 kardus mie instan belum ditambah barang lainnya (tanpa alat bantu keranjang/apa pun) bolak-balik karena sifat saya ini. Makanya, jangan terlalu memperlihatkan bisa segalanya demi mencapai target penjualan. Terkadang berpura-pura tidak bisa, terutama saat lelah mental akan lebih baik untuk kenyamanan dan kesehatan mental Anda.