Ada tiga alasan:
1. Karakter yang dapat didaur ulang. Setiap novel memiliki karakter pendukung wanita yang cantik, cerdas, dan lebih muda dari tokoh utama. Selalu ada seorang pria yang sudah tua tetapi kaya dan berkuasa, seorang pembunuh bayaran yang selalu mengejar orang penting, dan seorang pria antagonis yang masih muda, cerdas, ambisius, karismatik, dan radikal.
2. Desain daur ulang Setiap cerita yang dia tulis, terutama seri Langdon, memiliki struktur cerita yang sama. Terjadi konflik yang memiliki dampak luas di seluruh dunia. Saat dihubungi, Langdon bertemu dengan pendamping wanita dan seorang pria tua yang berkuasa. Setelah itu, mereka harus menyelesaikan beberapa misteri di tempat-tempat yang memiliki nilai budaya yang signifikan sambil menghindari pembunuh bayaran yang terus mengejar mereka. Akhirnya, konflik berakhir dan Langdon berpisah dari wanita.
3. Anti-klimaks. Terutama untuk novel-novel terbaru beliau. Virus yang bisa memusnahkan separuh manusia? Bukan, cuma tidak bisa punya anak saja. Penemuan mengenai evolusi selanjutnya bagi umat manusia? Bukan, hanya saja di masa depan nanti AI dan Robot akan semakin banyak dan kalau tidak hati-hati manusia bisa tidak relevan lagi, seperti yang telah di ceritakan oleh berbagai penulis, terutama oleh Isaac Asimov, sejak tahun 1950an.
Alur ceritanya mudah ditebak karena kombinasi ketiga hal ini. Novelnya yang panjang membutuhkan waktu beberapa jam untuk diselesaikan, tetapi ketika halaman terakhir dibaca, saya hanya merasa bahwa saya telah membuang-buang waktu.
Karena itu, saya tidak lagi menyukai buku-buku Dan Brown.