Saya pernah tinggal di Kaimana selama sekitar dua tahun dan mendapati beberapa hal menarik terkait hal ini:

1. Orang-orang Papua tidak semuanya ingin memisahkan diri dari Indonesia. Beberapa teman saya juga tidak keberatan dengan status quo meskipun memang dari segi kualitas hidup masih menjadi PR buat pemerintah.
2. Ada memang yang terang-terangan mendukung OPM, apalagi orang luar negeri yang lebih impersonal dan frank dalam berpendapat. Tapi ada juga yang secara diam-diam. But it’s okay sih, semua orang bebas berpendapat.
3. Tahu nggak beberapa kawan asli Papua kalau bercanda suka pakai kata “OPM”, yang merujuk kalau seseorang itu badass, bandel, gila.
4. Tidak yakin juga program ini ada di daerah lain atau tidak, tapi di perusahaan di Papua kalau ada isian formulir dari dinas setempat akan ada pertanyaan tentang “program peng-Indonesia-an”. Saya tidak tahu juga maksudnya seperti apa.
5. Tapi, memang sih banyak orang Papua yang kurang begitu merasa Indonesia. Kurang ada sense of belonging terhadap Indonesia. Mereka masih lebih bangga dengan identitas mereka sebagai orang Papua. Berbeda dengan teman-teman lain dari Sulawesi, Kalimantan, Ambon, NTT, Jawa, Sumatra, mereka identify diri mereka sebagai orang (suku) mereka berasal sekaligus juga orang Indonesia.

Yang paling tepat sih pertanyaan ini diajukan melalui referendum, jadi bisa tahu berapa banyak yang ingin pisah dan berapa banyak yang ingin tetap menjadi bagian dari Indonesia.