Apakah anda setuju dengan sila pertama dari Pancasila?
Share
Sign Up to our social questions and Answers Engine to ask questions, answer people’s questions, and connect with other people.
Login to our social questions & Answers Engine to ask questions answer people’s questions & connect with other people.
Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link and will create a new password via email.
Please briefly explain why you feel this question should be reported.
Please briefly explain why you feel this answer should be reported.
Setuju? Anti, malahan.
Aku paham sendi-sendi dalam Pancasila itu membentuk kesatuan yang harmonis. Yang menjadi masalah adalah mengapa peri ketuhanan* itu menjadi prima causa[1] peri kemanusiaan, persatuan dll. Apakah hanya dewa otoritas nilai kemanusiaan yang bisa dipercaya? Aku rasa itu sesat pikir argumentum ad verecundiam.[2] Apalagi mengingat di luar sana banyak humanis sekuler.
Aku adalah orang yang percaya bahwa nilai luhur suatu masyarakat didapat dari pembelajaran heuristik[3][4]yang tercermin dalam sejarah dan budaya masyarakat tersebut. Apalagi bangsa Indonesia ini adalah gabungan dari banyak denominasi agama, aliran kepercayaan, dan golongan dengan sistem nilai yang berbeda-beda. Apa kabarnya penganut Budhisme yang secara definisi nonteis?[5] Bagaimana dengan agama Konghucu yang jujur saja sangat aneh; Indonesia menyebut tradisi penghormatan leluhur orang Tionghoa diaspora berikut tetek-bengek budaya mereka, e.g. Imlek, Cheng Beng, 3C, 3H sebagai agama — meminjam label filosofi Tiongkok kuno — dengan nabi seperti Konfusius, Mensius, dan Huangdi.
Oh salah, ini yang suka dijual di daerah Mangga Besar.
Maksudnya figur ini.
Coba kalian pikirkan, masa kaisar setengah legenda yang dianggap 神 dalam mitos Tiongkok kuno dibilang nabi?[6] Kumpulan sajak rakyat Tiongkok kuno dibilang kitab suci?[7] Kan lucu, inserting a square peg into a round hole. Tidak semua kepercayaan dan tradisi mesti mirip dengan format agama Abrahamik.
Apakah sistem nilai masyarakat Tionghoa ini menjunjung kemanusiaan, kesatuan dll? Jelas. Begitu pula dengan Budhisme dan aliran kepercayaan lainnya. Tidak wajib berketuhanan yang esa kan untuk menjunjung sila-sila lainnya. Apa harus punya jumlah penganut signifikan baru bisa dianggap valid sistem nilainya, cocok dengan sila-sila lainnya? Itu argumentum ad populum.[8] Apakah mau berdalih generalisasi supaya mempermudah pemahaman soal sistem nilai dan kepercayaan orang lain? Loh, katanya negara ini menjunjung keberagaman.
Jadi poinku? Jika Indonesia memang menjunjung inklusivitas dan keberagaman, seharusnya perumusan sila pertama mengacu pada peri keluhuran sistem nilai/kepercayaan masyarakat Indonesia yang menjunjung semangat gotong royong.[9] Jika.
Sayangnya perumusan sila pertama saat ini bernada pukul rata dan ambigu, jadi celah pemelintiran untuk agenda supremasi kelompok tertentu dengan dalil tauhid dan rahmatan lil ‘alamin. Balik lagi deh ke Piagam Jakarta.
*Sebagai catatan, ketuhanan yang aku bahas di sini adalah arti yang dipahami orang banyak sebagai sifat keadaan tuhan (yang tunggal). Di dalam interpretasi lain, ketuhanan bisa diartikan hal filosofis yang diyakini, dipuja, dan disembah orang-orang. Berdasarkan interpretasi ini, aku mengedepankan logika, metodologi sains, dan filsafat alam yang dikemukakan Aristoteles beserta turunannya.[10]
Penafian: jawaban ini tidak bermaksud mengajak pembaca untuk menjadi ateis maupun menghina agama tertentu. Jawaban ini bertujuan agar pembaca Quora Indonesia bisa meninjau masalah dari berbagai perspektif dan dalil.
Catatan Kaki
[1] Prima causa – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[2] Ad Verecundiam
[3] A Rhetoric of Doing
[4] The Oxford Handbook of Aristotle
[5] Non-Theistic Religions
[6] Huangdi | Chinese mythological emperor
[7] A History of Chinese Literature, by Herbert A. Giles–The Project Gutenberg eBook
[8] Argumentum Ad Populum
[9] Semangat Gotong Royong dalam Memaknai Nilai Pancasila
[10] Aristotle’s Natural Philosophy