Teknologi yang disebut generative adversarial network (GAN) memungkinkan AI untuk menciptakan gambar wajah manusia yang sangat realistis. Bahkan, sulit untuk membedakan antara gambar yang dihasilkan oleh AI dengan foto asli. GAN terdiri dari dua jaringan neural yang saling bersaing. Satu jaringan bertugas untuk menghasilkan gambar baru, sementara jaringan lainnya bertugas untuk menilai apakah gambar tersebut asli atau palsu. Dengan menggunakan metode ini, kualitas gambar yang dihasilkan semakin meningkat seiring dengan proses pembelajaran AI.
Namun, teknologi ini juga memiliki potensi untuk disalahgunakan untuk tujuan yang tidak baik, seperti menciptakan konten hoaks, melakukan pemerasan, atau melakukan penipuan. Beberapa contoh gambar yang dibuat oleh AI yang beredar di media sosial dan dianggap sebagai foto asli adalah:
- Paus Fransiskus tampil gaya dengan jaket Balenciaga
- Wajah individu dalam foto kuno bergerak seolah-olah dalam video
- Wanita yang memesona ternyata merupakan hasil rekayasa kecerdasan buatan di Jepang.
Agar dapat membedakan gambar asli dan buatan AI, terdapat beberapa langkah yang dapat diambil guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti berikut:
1. Perhatikan detail-detail kecil pada gambar, seperti bentuk mata, hidung, mulut, telinga, rambut, dan tekstur kulit. Gambar buatan AI cenderung memiliki distorsi, ketidaksesuaian, atau kekaburan pada bagian-bagian tersebut.
2. Gunakan alat verifikasi gambar, seperti Google Reverse Image Search, TinEye, atau Yandex, untuk mencari sumber asli dari gambar tersebut. Jika gambar tersebut buatan AI, kemungkinan besar tidak akan ditemukan hasil pencarian yang relevan.
3. Manfaatkan alat deteksi gambar buatan AI, seperti [WhichFaceIsReal](^6^), [FakeFace](^7^), atau [FaceForensics++], untuk menganalisis gambar tersebut dan memberikan skor atau label yang menunjukkan kemungkinan gambar tersebut palsu.
Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, diharapkan kita dapat membedakan gambar asli dan buatan AI dengan lebih baik.