10 Mei 2021
Saya benar-benar tidak pernah menyangka bahwa kejadian itu akan terjadi pada saya. Hal itu bahkan tidak pernah terlintas dalam pikiran saya karena sepanjang hidup saya, saya belum pernah mendengar cerita yang serupa dengan apa yang saya alami.
Hari itu berjalan seperti biasa. Karena sudah dekat mau lebaran, ibu saya menghabiskan sepanjang hari membuat kue lebaran. Setelah itu, bersama ayah saya, kami membayar zakat. Ketika maghrib tiba, kami buka puasa dan melaksanakan tarawih jamaah di rumah. Saya menjadi imam untuk ibu dan dua adik saya, sementara ayah saya pergi ke masjid. Selama bulan puasa ini, saya selalu menjadi imam tarawih di rumah, kecuali ayah saya yang pergi ke masjid. Setelah tarawih, ibu saya membantu membersihkan barang-barang di atas, dan setelah selesai, ibu dan ayah saya pergi membeli makanan.
Setelah makan, ibu saya dan kedua adik saya pergi ke pasar malam untuk membeli sendal. Di bawah ini adalah rekaman CCTV saat ibu saya pulang dari pasar malam. Pada rekaman tersebut terlihat pukul 10 malam.
Setengah jam setelah ibu saya pulang dari pasar malam, kami mendapat kabar di grup WhatsApp keluarga bahwa ibu kandung saya telah meninggal dunia. Kabar tersebut membuat ibu saya langsung syok dan sulit bernafas. Saya dan adik-adik saya berusaha memberikan pertolongan dengan melakukan pijatan pada dadanya (meskipun kami tidak tahu teknik pertolongan yang benar karena kami tidak terlatih). Sementara itu, ayah saya meminta bantuan kepada tetangga. Namun, takdir Allah berkehendak dan ibu saya dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.
Nenek dan ibu saya meninggal pada hari dan waktu yang sama, hanya berbeda beberapa menit saja. Sebelumnya, nenek saya memang sudah lama sakit, sedangkan ibu saya dalam keadaan sehat dan seimbang.
Ibu dan nenek saya sangat dekat saat mereka masih hidup. Meskipun nenek saya memiliki 7 anak, tapi nenek saya paling dekat dengan ibu saya. Mereka hampir setiap hari saling menelepon. Saat nenek saya sakit, ibu saya bolak-balik antara Bintaro dan Cempaka Putih untuk menjenguk dan merawat nenek saya. Mereka benar-benar soulmate selama hidup mereka, tapi saya tidak pernah menyangka bahwa mereka akan menjadi soulmate sampai akhir hayat.
Semua terasa seperti mimpi saat itu, kehilangan nenek dan ibu sekaligus. Saya tidak bisa mengerti mengapa hal itu bisa terjadi. Mereka meninggal bersamaan, bukan karena kecelakaan, bukan juga karena sakit yang sama. Saya pernah mendengar bahwa seseorang meninggal, kemudian setelah sebulan atau dua bulan, orang terdekatnya juga ikut meninggal. Namun, dalam kasus ini, ibu saya meninggal hanya beberapa menit setelah nenek saya.
Saya adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Adik saya yang paling kecil masih duduk di kelas 2 SD. Di rumah, kami semua menjadi laki-laki sejak ibu saya meninggal. Karena kami semua laki-laki, kami sangat bergantung pada ibu kami. Kami selalu memanggilnya “mama” untuk segala hal. Jadi, kehilangan ibu sangat berat bagi kami, terutama bagi adik saya yang paling kecil.
Setelah ibu saya meninggal, kami selalu pergi ke makam ibu setiap 3-4 hari sekali. Ayah saya pergi ke sana setiap 2 hari sekali. Tapi sekarang, setelah 2 bulan ibu meninggal, ayah semakin tidak wajar. Beliau pergi ke makam ibu setiap hari, bahkan kadang-kadang dua kali dalam sehari. Dari situ terlihat betapa kami berjuang saat kehilangan ibu kami.
Oh ya, ada cerita unik sebelum ibu dimakamkan. Keluarga ibu meminta jenazah ibu saya dibawa ke rumah nenek di Cempaka Putih. Kami pergi ke sana, dan saat jenazah ibu ditempatkan bersama jenazah nenek, terjadi sesuatu yang aneh. Wajah ibu berubah dari posisi tidur menjadi tersenyum. Setelah itu, kami membawa jenazah ibu pulang dan menguburkannya di dekat rumah kami.
Hari-hari itu benar-benar tidak terbayangkan bagi saya dan keluarga. Dunia saya hancur. Untuk teman-teman, selalu sayangi orang tua kalian dan sering-seringlah menghabiskan waktu bersama mereka. Alfatihah untuk ibu dan nenek saya.