Dalam beberapa tulisan terakhir, saya mendapatkan beberapa komentar yang bertanya, “Untuk apa bekerja dengan intensitas tinggi jika gaji yang diterima hanya biasa-biasa saja?”
Pernyataan tersebut mengandung sikap “sangat pegawai,” istilah yang saya gunakan untuk menggambarkan mentalitas seorang pegawai yang hanya bekerja sebatas waktu yang ditentukan, tanpa semangat atau antusiasme. Ini mirip dengan tenaga administrasi di sektor publik yang jarang menunjukkan gairah dalam pekerjaan mereka.
Dalam pandangan hidup saya, fokus utama saat bekerja adalah pada diri saya sendiri, bukan pada pujian dari rekan kerja, atasan, atau harapan kenaikan gaji dan promosi. Keringat dan inovasi yang saya berikan tidak terkait langsung dengan gaji atau bonus bulanan. Yang penting bagi saya adalah kepuasan pribadi setelah menyelesaikan pekerjaan dengan baik setiap hari.
Meskipun terdengar idealis, itulah prinsip yang saya pegang selama berkarir di berbagai perusahaan. Saya sering bekerja lembur hingga malam di kantor atau di lokasi proyek dengan fasilitas minimal, tanpa menuntut uang lembur jika tidak tertulis dalam kebijakan perusahaan.
Apakah saya merasa dirugikan karena bekerja keras namun hanya mendapatkan gaji yang biasa-biasa saja? Saya analogikan berkarir seperti melatih otot; baju yang kita kenakan mewakili pekerjaan dan gaji kita. Saat otot bertumbuh, seharusnya baju (karir + gaji) juga berkembang.
Namun, seringkali kita tumbuh tetapi ukuran baju tetap sama. Jika itu terjadi, mungkin saatnya mencari “baju” baru yang lebih besar, yaitu karir yang menawarkan pendapatan lebih tinggi. Ini karena kemampuan dan keahlian kita sudah berkembang dan dikenal oleh para pemberi kerja yang membutuhkan kita.
Dalam pengalaman saya, setelah berpindah-pindah sebagai eksekutif di beberapa perusahaan, saya memutuskan untuk “membuat baju saya sendiri” dengan membuka bisnis sendiri. Ini adalah langkah yang tepat karena kemampuan saya sudah berkembang setelah masa “self training” di perusahaan yang kurang menghargai kerja keras saya.
Keberanian dan kemampuan untuk beralih menjadi pengusaha tidak akan muncul jika saya memiliki sikap mental pegawai seperti yang sering saya baca di Quora. Beberapa komentar yang menyarankan untuk hanya bekerja seadanya jika gaji tidak memadai adalah sikap mental yang kalah, di mana motivasi harus datang dari dorongan eksternal, mirip dengan birokrat malas yang hanya bekerja jika diberi uang sogokan.
Jadi, jawabannya adalah teruslah bekerja untuk pertumbuhan diri sendiri. Jika pertumbuhan Anda tidak dihargai di tempat kerja saat ini, akan ada pemberi kerja lain yang akan menghargai potensi dan keahlian Anda. Ciptakan peluang dan pandangan yang lebih luas daripada sekedar mengandalkan penilaian rekan kerja, atasan, atau masyarakat sekitar.