Menurut pendapat saya, sangat baik dan sangat diperlukan untuk masa kini. Sejak keponakan saya masuk kelas 1 SD, yang sekarang kelas 3 SD, kaka saya sendiri menggunakan bahasa Inggris dengan anaknya, keponakan saya, setiap kali mereka bertemu.
Mereka keduanya menggunakan bahasa Inggris dengan cukup sering ketika mereka berbicara. Saya juga ingin mengajarkan anak saya menggunakan bahasa Inggris setiap hari jika nanti saya punya anak, meskipun sering dengar kontroversi tentang hal ini. Sederhananya, pertanyaan seperti ini tidak akan muncul jika tidak ada kontroversi, kan?
Gambar: Cinta Laura, artis yang terkenal dengan bahasa Inggrisnya
Saya masih ingat, dulu zaman saya SMP dan SMA, orang yang suka pakai bahasa Inggris dan fasih berbahasa Inggris disebut sok-sok-an, atau disebut pengikut Cinta Laura (apa? wkwk). Dalam hati saya, memangnya yang pandai berbahasa Inggris itu cuma Cinta Laura? Dan kenapa harus Cinta Laura? Seperti menyindir Cinta Laura juga. Ada yang bilang Cinta Laura sombong, gaya bicaranya lebay, sok bule, sok Inggris, tidak cinta tanah air, dan sebagainya. Entah kenyataannya benar atau tidak, kita tidak usah mempermasalahkan, tapi pada waktu itu Cinta Laura memang dicap seperti itu. Makanya, anak muda yang pandai berbahasa Inggris di zaman saya sekolah disebut pengikut Cinta Laura, kemudian dinilai sok-sok-an juga. Padahal bukan begitu, paling tidak, tidak semua orang begitu.. Menurut saya, justru Cinta Laura-lah yang aksen berbahasa Inggrisnya paling bagus, dalam artian memang sangat bule diantara artis-artis terkenal, bahkan menurut saya Agnezmo pun kalah. Akhirnya semenjak itu, kontroversi penggunaan bahasa Inggris semakin menjadi-jadi sampai saat ini, ditambah munculnya beberapa artis yang sehari-harinya lumayan sering berbahasa Inggris dan aksennya hampir benar-benar bule seperti Boy William, atau Youtuber Suhay Salim, Nessie Judge, dan lain-lain.
Alasan saya mendukung pendapat tentang mengajari anak menggunakan bahasa Inggris sehari-hari antara lain:
- Bahasa Inggris adalah bahasa pengantar internasional, dan apapun yang internasional di zaman sekarang sangat mempengaruhi suatu perjalanan akademis, karir, dan organisasi seseorang, maupun hal-hal lainnya. Pengaruh dunia internasional selalu ada di bidang sains, teknologi, bisnis, ekonomi, pendidikan, sosial, budaya, dan semuanya. Semua orang dituntut bisa berbahasa Inggris jika ingin ‘memijakkan kaki’ ke taraf persaingan yang lebih tinggi lagi. Ada nilai lebih ketika seseorang fasih berbahasa Inggris. Contoh sederhana, mau kuliah atau kerja syaratnya harus punya skor TOEFL, IELTS, TOEIC, dan sejenisnya. Walau skor tes bahasa Inggris tidak selalu menggambarkan kemahiran berbahasa Inggris, tapi orang yang mahir berbahasa Inggris tidak mungkin dapat skor kecil kan..
- Alternatif cara belajar bahasa Inggris yang tidak memberatkan. Sama halnya ketika kita mengajarkan bahasa Jepang, Mandarin, Perancis, Jerman, Korea, Rusia, atau bahasa lain termasuk bahasa Indonesia. Berbahasa yang baik dan benar itu sulit, bahasa apapun tetap sulit, jadi perlu didukung suatu aktivitas yang sederhana dan dampaknya nyata, salah satunya mengajak anak berbicara bahasa Inggris sehari-hari. Hal ini bisa membantu anak cepat memahami bahasa Inggris disamping anak tetap diajarkan di sekolahnya.
- Melatih dan mengendalikan aksen sejak dini, walau aksen kedaerahan bagi beberapa orang cukup sulit dihilangkan. Aksen adalah salah satu hal yang penting (menurut saya) karena efektivitas komunikasi lisan juga tergantung dari situ. Saya pribadi pandai berbicara dengan aksen sesuai keperluan. Sebagai info, saya orang Sunda. Kalau saya bicara bahasa Inggris, saya jauh dari kesan bule asli, tapi saya bisa membuat orang percaya kalau saya sudah berbicara bahasa Inggris sejak lama (padahal tidak juga wkwk). Kalau saya bicara bahasa Sunda, saya juga bisa sangat lembut, berbasa-basi, dan cengkok Sunda-nya juga dapat sekali alias lentong, haha. Kalau saya bicara bahasa Indonesia, saya sangat Indonesia, tidak terdengar kedaerahan seperti orang Sunda. Intinya, saya bisa tahu tempat dalam memakai aksen.
- Referensi belajar yang bagus kebanyakan berbahasa Inggris. Kalau sudah kuliah, kita akan dihadapkan dengan sejumlah besar referensi berbahasa Inggris, termasuk sekolah bilingual. Kalaupun berbicara atau menulis bahasa Inggrisnya masih biasa-biasa, paling tidak ya anak bisa dengar, bisa baca, dan bisa paham. Agak merepotkan juga kalau saat kuliah masih bingung memahami buku berbahasa Inggris, ujung-ujungnya menghabiskan banyak waktu untuk memahami kalimat bahasa Inggris daripada memahami isi materi atau pelajaran itu sendiri.
- dan masih banyak alasan lainnya, seperti supaya tidak kerepotan kalau ke luar negeri, berbincang sama orang luar negeri, dan lain-lain.
Namun menurut saya pribadi sebagai orang Indonesia, ada beberapa hal yang memang menjengkelkan dan patut dihindari saat berbahasa Inggris sehari-hari, misalnya:
- Terlalu banyak memuat istilah bahasa Inggris dalam suatu pembicaraan yang didominasi bahasa Indonesia. Entah ini tujuannya apa, entah berusaha terlihat gaul atau bagaimana. Jangan tanggung-tanggung! Mau berbahasa Inggris ya berbahasa Inggrislah yang benar dan total, mau berbahasa Indonesia ya berbahasa Indonesialah yang benar dan total juga. Mau bahasa daerah, bahasa negara lain, mau bahasa alien sekalipun, atau bahasa hati (apa sih wkwk), ya tetap harus benar. Jangan sampai “Aku lebih prefer blablabala because you know kalau aku blablabla..”. Sama seperti bahasa Indonesia dan bahasa Sunda yang tanggung, “Aku mah naon atuh, cuma butiran debu.”. Itu contoh yang bahasa Inggrisnya rusak, bahasa Indonesianya rusak, dan bahasa Sundanya juga rusak. Intinya jangan setengah-setengah. Saya dan keponakan saya juga kalau bicara bahasa Inggris itu satu topik keseluruhan dihabiskan pakai bahasa Inggris, nanti jeda, lalu ada pembicaraan berikutnya pakai bahasa Indonesia lagi, gonta-ganti, bukan dengan menyisip-nyisipkan istilah asing ke bahasa lainnya secara tidak utuh. Bahasa itu harga mati, saya sangat menghargai dan tidak pernah main-main dengan bahasa. Dosen saya pernah bilang, kalau mau buat artikel jurnal berbahasa Inggris ya maka pahamilah bagaimana struktur kalimat yang benar. Mau buat artikel jurnal bahasa Indonesia ya maka usahakan tidak ada bahasa asing disana. Kalau mentok dan memang tidak ada padanan bahasa Indonesia yang sesuai dengan bahasa Inggris, mungkin akan tetap disisipkan, tapi sebisa mungkin diminimalisir, sesuaikan dengan bahasa yang digunakan. Dosen saya yang jelas fasih berbahasa Inggris bilang ke saya, kalau orang yang sehari-hari bahasa Inggirsnya suka tanggung dan ingin terlihat gaul, itu disebut orang KECENTILAN, wkwk..
- Berusaha keras berbahasa Inggris tetapi bahasa negara sendiri (Indonesia) tidak benar. Saya jauh lebih menghargai orang yang terus terang mengakui dirinya tidak pandai berbahasa Inggris namun ia menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar, daripada orang yang terobsesi ingin berbahasa Inggris tapi bahasa Indonesia saja kacau setengah mati. Saya pernah melihat proposal skripsi adik tingkat saya yang kuliah di jurusan Fisika, dan adik tingkat saya ini terobsesi menulis artikel jurnal berbahasa Inggris. Ia menuliskan konsep Gerak Jatuh Bebas di proposal itu, katanya “Sebuah buku bermassa m jatuh bebas. Karena jatuh bebas maka menyebabkan percepatan gravitasi.”. Terus terang, kalau boleh meledek, saya ingin tertawa terbahak-bahak di depan orangnya, tapi tidak saya lakukan. Sejak kapan percepatan gravitasi berubah gara-gara bukumu jatuh, heeeiiii???? Dan dia tidak mengungkapkan soal hambatan udara atau syarat-syarat lainnya. Saya saja yang tidak paham-paham amat soal fisika tidak segitunya deh. Seharusnya dia tulis “Sebuah buku bermassa m jatuh bebas, percepatan gravitasi terjadi pada buku itu. Jika hambatan udara diabaikan, maka percepatan buku tersebut tetap dan besarnya sama dengan percepatan gravitasi”. Berbeda kan artinya??? Mau menulis artikel jurnal bahasa Inggris bagaimana kalau bahasa Indonesia saja semrawutan dan konsepnya tidak tersampaikan? Saya yakin dosennya juga pasti akan menegur. Semua orang pernah salah, tapi kesalahan bahasa Indonesia seperti ini mestinya tidak dilakukan mahasiswa yang sudah menyusun proposal skripsi. Sekilas info, ada juga koreksian saya yang paling penting. Orang Indonesia zaman sekarang tidak bisa membedakan kata ‘DARI’ dan ‘DARIPADA’. Hei, baca ini! ‘Daripada’ itu kata penghubung yang sifatnya perbandingan, misalnya “Tinggi badan saya lebih tinggi daripada tinggi badan teman saya.”, bukan digunakan seperti “Tingkat kecerdasan daripada orang yang hobi membaca, blablabla.”. Andai ada yang menyanggah dan beralasan bahwa ‘daripada’ bisa ditulis terpisah menjadi ‘dari pada’, sejauh saya pahami sejak SD, SMP, SMA, kuliah, dan sampai sekarang, itu tetap tidak tepat, karena arti kata ‘dari’ dan ‘pada’ jelas berbeda dan tidak saling melengkapi satu sama lain. Cukup mengatakan “Tingkat kecerdasan dari orang yang hobi membaca.” atau lebih efektif lagi “Tingkat kecerdasan orang yang hobi membaca.”. Ini lulus SD tidak sih? ‘Dari’ ya ‘dari’, ‘pada’ ya ‘pada’, ‘daripada’ juga beda lagi artinya. Duh maaf, saya geram sekali.
- Berbahasa Inggris tidak pada tempatnya. Katakanlah kita pandai berbahasa Inggris, lalu ada kawan kita yang tidak pandai bahasa Inggris, atau tukang dagang yang tidak bisa bahasa Inggris, masa iya mau diajak bicara pakai bahasa Inggris? Mending kalau kita bule, mau bicara pakai bahasa apalagi dengan tukang dagang? Lah ini, kita, bule bukan, pejabat internasional apalagi, kenapa tidak bisa menempatkan diri? Ibarat berbicara bahasa Jawa dengan ikan, mana bisa? Bisa, tapi ikan tidak akan paham.
Jadi intinya, mengajarkan bahasa Inggris pada anak dalam perbincangan sehari-hari itu sangat perlu, terutama di zaman yang penuh persaingan ini, karena bisa mendorong pemahaman bahasa Inggris anak. Jangan suka meledek orang yang fasih berbahasa Inggris atau orang yang belajar bahasa Inggris sebagai pengikut Cinta Laura atau sok Inggris-inggrisan, itu sangatlah picik. Eh, apa mungkin itu tanda cemburu atau iri kali yaaa hehe.. Namun yang perlu ditekankan adalah bahwa berbahasa itu tidak boleh setengah-setengah, apapun bahasanya. Kalau kepandaian berbahasanya masih belum sempurna atau masih setengah-setengah, minimal proses belajarnya tidak setengah-setengah, atau cara penggunaannya jangan setengah-setengah seperti yang saya contohkan di atas. Orang tua bisa mengajarkan bahasa Inggris pada anak namun tetap harus diiringi bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kalau orang tua punya kemampuan bahasa daerah boleh juga diajarkan. Ajarkan juga cara menggunakan bahasa terhadap lawan bicara. Fasih berbahasa Inggris jangan sampai melupakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan tetap lestarikan juga bahasa daerah.