Nothing but brilliant!!
Sumber gambar: Google.
Apalagi yang bisa saya ungkapkan mengenai film ini?
Brilliant!!
Film bertema perang memang selalu menjadi favorit saya, karena selain aksi yang menegangkan kita juga disuguhkan dengan penggambaran hubungan interpersonal yang mengocok-ngocok emosi. Tidak terkecuali dengan film 1917, yang meskipun mengusung premis yang sangat umum dalam film bertema perang — aksi para prajurit melakukan suatu misi dan harus melakukan perjalanan ke suatu tempat untuk menyelesaikan misi tersebut. Premis yang sangat umum dan sederhana, namun dibangun dengan penyutradaraan dan sinematografi yang spektakuler — sangat layak mendapatkan Oscar tentunya.
Di awal adegan kita disuguhkan dengan tonal yang cerah ceria, kemudian dalam hitungan menit (saya agak lupa, tidak sampai 3 menit mungkin) kita sudah dibawa ke tonal yang agak redup hingga gelap. Dari sana penonton diajak merasakan “ketidakberesan” dan “ketidakpastian” serta ketegangan yang membalut setiap set latar dan suasana yang luar biasa. Dan diakhiri dengan tonal warna serupa — cerah ceria — seperti di awal film, setidaknya inilah yang saya perhatikan.
Ada beberapa poin yang membuat saya takjub dengan film ini, diantaranya:
- Film ini mengusung teknik pengambilan “One Take” seperti film Birdman (2014), dimana pengambilan gambar hanya berpusat pada dua karakter utama. Mengapa ini membuat saya takjub? Film perang dengan teknik “One Take” adalah sesuatu yang bisa dibilang sangat berani dan sangat jenius. Meskipun begitu, terdapat pemotongan adegan yang disambungkan dengan sangat rapi dan terstruktur. Kita dibawa mengikuti dua karakter utama, dengan segala rintangan yang mereka hadapi: medan berlumpur penuh mayat, tembakan-tembakan sengit, bom, pesawat-pesawat melakukan dogfight, pengejaran-pengejaran dan adegan-adegan gila lainnya yang dipoles dengan sangat luar biasa tanpa CGI. Bagaimana bisa??!!
- Kita diajak begitu dekat dengan masing-masing karakter karena kita “dipaksa” fokus terhadap mereka. Kita dapat merasakan ketakutan, kesedihan, kemarahan dan emosi lainnya bahkan dengan dialog yang sangat sedikit;
- Suasana perang yang dibangun begitu terasa, dan ada bagian-bagian yang secara visual cukup memanjakan mata — terutama ketika settingnya di malam hari (nonton sendiri lah yaaa… cantik banget!!).
Nah, kira-kira itu saja dari saya. Sedikit saran, seperti yang disampaikan Mas Bobby Setjaguna dalam jawabannya, film ini KUDU-HARUS-WAJIB ditonton di bioskop dengan layar yang super lebar dan kualitas suara terbaik. Sisihkan waktu dan uang Anda untuk menonton film ini, sayang sekali jika dilewatkan.
1917 adalah salah satu film terbaik yang pernah saya tonton. Skor saya 9/10.
Sekian,
Semoga membantu.
Catatan Kaki
Ulasan Tanpa Spoiler.
Sinopsis: Bersetting saat Perang Dunia I pada tahun 1917. Kopral Blake dan Kopral Schofield adalah dua tentara kerajaan Inggris yang ditugaskan atasannya untuk mengantarkan sebuah pesan darurat yang sangat penting. Isi perintah dalam pesan tersebut adalah pembatalan misi penyerbuan yang akan dilakukan pasukan Inggris. Karena ternyata mereka akan masuk jebakan tentara Jerman yang berada di garis depan. Berhasil kah Blake dan Schofield datang tepat waktu mengingat waktu mereka tidak banyak? Karena kalau mereka gagal, akan ada 1.600 nyawa prajurit kerajaan Inggris yang melayang.
Saya baru saja tadi malam nonton film ini.
Apa yang bisa saya katakan tentang film ini?
Sebagai informasi awal perlu diketahui bahwa Sam Mendes sebagai sutradara memiliki visi untuk menceritakan film ini dengan cara seakan-akan semua kejadian dalam film ini diambil lewat satu pengambilan gambar saja. Atau dalam istilah bakunya teknik ini disebut dengan teknik one-shot atau continuous shoot. Intinya, kamera dalam film ini selalu dinamis dan bergerak mengikuti karakter utama.
Hasilnya?
Film ini jadi sangat menegangkan dari detik awal, sampai dengan detik terakhir.
Pertama-tama saya harus memberikan kredit setinggi-tingginya kepada Sam Mendes selaku sutradara.
Sam Mendes dengan sangat berhasil membuat saya terpaku di sepanjang film. Mendes bisa membuat penonton seakan ikut berperang bersama karakter Blake dan Schofield. Ketegangan terbangun karena karakter utama dan penonton tidak tahu-menahu apa yang ada di hadapan kita, sehingga membuat penonton berpikir kematian bisa datang kapan saja. Penonton akan dibuat bingung dan paranoid, karena setiap peluru yang ditembakan tentara Jerman entah berasal dari mana. Mengingat film ini hanya disajikan dari sudut pandang karakter utamanya saja.
Mendes juga tidak lupa menyuntikan elemen kemanusiaan pada karakternya agar terlihat lebih manusiawi. Salah satunya adalah dengan memberikan lelucon-lelucon yang membuat si karakter menjadi terlihat lebih hidup dan membumi.
Dalam aspek gambar, sinematografi film ini juara kalau menurut saya. Bagaimana mungkin Roger Deakins (Blade Runner 2049, Sicario, Skyfall) selaku direktur sinematografi mampu menyuguhkan gambar-gambar yang dinamis sekaligus indah. Dan saya cukup yakin kalau Deakins akan memenangkan Piala Oscar tahun ini pada kategori sinematografi terbaik.
Dan kalau boleh jujur, pencapaian teknis dari film ini sangatlah luar biasa. Saya tidak heran kalau nanti Sam Mendes akan diganjar piala Oscar dalam kategori sutradara terbaik tahun ini. Meskipun hati kecil saya ingin sekali Bong Joon-Ho yang menang, karena film Parasite adalah film yang tidak kalah bagusnya.
Intinya, film ini adalah jenis film yang wajib hukumnya ditonton di bioskop. Kamu tidak akan bisa merasakan sihir film ini secara maksimal, jika kamu nonton film ini di Tv, laptop, atau HP (Neflix.. Indoxxxi.. Uhukk).
Film ini adalah alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan, “KENAPA SIH KITA HARUS NONTON DI BIOSKOP?”.
Meskipun begitu, saya juga sangat sadar bahwa film ini bukan jenis film untuk semua orang. Orang-orang seperti apa yang tidak akan cocok saat nonton film ini?
Akhirul kata, film ini adalah film yang amat sayang sekali untuk tidak ditonton di bioskop. Sebuah pengalaman sinematis yang tidak akan kamu temukan dalam medium lain. Dan saran saya tontonlah di layar yang paling besar seperti IMAX agar mendapatkan sensasi yang maksimum.
Menegangkan dari detik awal hingga ke detik akhir.
9/10
Demikian.
Catatan Kaki
One shot (film) – Wikipedia