Secara ideologis, Brasil sebenarnya memiliki kemiripan dengan Amerika Serikat, terutama karena kedekatan geografisnya. Sementara itu, India dan Indonesia memiliki kesamaan dalam pendekatan kebijakan yang lebih menekankan keberagaman etnis dan agama, dibandingkan dengan keberagaman ras.
Saya tidak pernah membayangkan bahwa kelompok kiri di Brasil bisa sebegitu ekstremnya, bahkan mungkin lebih ekstrem dibandingkan dengan kelompok kiri di San Francisco. Mungkin hanya Belanda yang memiliki kaum kiri yang mendekati Brasil.
Selain itu, Brasil kini benar-benar terjebak dalam perangkap negara berpendapatan menengah. Padahal jika dipikir-pikir, apa lagi yang kurang dari Amerika Serikat bagi Brasil? Jair Bolsonaro memiliki karakteristik yang mirip dengan Partai Republik, sementara Lula da Silva mewakili karakteristik Partai Demokrat secara persis.
Yang lebih mengherankan, isu-isu di Brasil pun hampir sama persis! Baik kelompok kiri maupun kanan, perdebatan politik di Brasil hampir 99 persen mirip dengan yang terjadi di Amerika Serikat.
PERSIS 99.999999999 PERSEN MIRIP! Politiknya benar-benar kayak copy-paste dari Amerika Serikat!
https://www.theguardian.com/world/2022/jul/19/bolsonaro-attack-on-brazil-electoral-system-sparks-outrage
https://www.aljazeera.com/news/2022/8/9/brazil-election-tensions-rise-as-voting-day-draws-near
Got it! Jadi, kalau kamu berbicara tentang kaum kiri di negara-negara Barat, kamu lebih merujuk pada “kiri Marxisme Kebudayaan” daripada “kiri Marxisme Leninisme dan Maosime” atau “kiri Di Jinping”.
Secara umum, standar negara maju memiliki beberapa indikasi kunci:
- Ideologi yang Stabil: Memiliki kerangka ideologi yang konsisten dan stabil untuk mendukung pembangunan ekonomi dan sosial.
- Timing yang Tepat: Memanfaatkan waktu dan peluang dengan efektif untuk mendorong pertumbuhan.
- Kemampuan untuk Menjembatani Kompleksitas: Mampu mengatasi kompleksitas geografis dan kepentingan berbagai golongan dengan baik.
- Iklim Geopolitik yang Menguntungkan: Memiliki posisi geopolitik yang menguntungkan, serta memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya alam secara optimal.
Kalau diringkas, standar negara maju bisa dilihat sebagai kombinasi dari: **RUANG**, **WAKTU**, dan **KEHIDUPAN**. Dan tentu saja, **HUKUM KETERTARIKAN GRAVITASI** harus diperhatikan dalam mengembangkan peradaban suatu bangsa.
Mungkin bisa dikatakan bahwa Indonesia sudah berada dalam tahap menuju “landasan”, hanya saja kita perlu memanfaatkannya dengan lebih baik.
Kalau merujuk pada tahapan industri, Indonesia sedang menuju tahap masyarakat pascaindustri. Itulah mengapa kritik terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah sering kali melibatkan isu-isu yang berkaitan dengan World Economic Forum, Partai Komunis Tiongkok, The Great Reset, teknokrasi, wokeisme, greenwashing, dan sebagainya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan wacana memang mengikuti tahapan perkembangan ekonomi. Indonesia sudah berusaha mengimplementasikan berbagai inisiatif seperti Food ID, Ultramikro, Aplikasi Peduli Lindungi, uang digital QRIS, MyPertamina, kedaulatan digital, dan ESG di BUMN. Namun, pemerintah Jokowi sering dikritik sebagai antek globalis, dan bahkan Anies Baswedan juga disebut sebagai oposisi yang disetting oleh sebagian pendukung Jokowi.
Kalau kamu tanya ke orang Singapura, Malaysia, atau Vietnam tentang pandangan mereka terhadap politik, ekonomi, sosial, dan budaya secara keseluruhan, mereka mungkin akan melihatnya dengan cara yang berbeda dari kita. Bisa jadi mereka malah tertawa melihat bagaimana kita mencoba mencari titik temu dalam situasi yang tampaknya sangat berbeda.
Tapi jujur saja, kebijakan teknokrasi pemerintahan Indonesia memang perlu dicek dan diawasi dengan ketat. Penting agar birokrasi digital yang sedang dibangun saat ini tidak jatuh ke tangan orang atau institusi yang korup di masa depan.
Positifnya, meskipun ekonomi sedang mengalami kesulitan, masih ada cukup untuk kebutuhan sehari-hari dibandingkan dengan banyak negara lain. Sektor start-up berkembang pesat, mengikuti jejak Singapura, India, Tiongkok, dan negara lainnya. Sumber daya manusia juga cukup bagus, meskipun ada tantangan besar, seperti kesenjangan akses dan pemahaman informasi.
Saya sudah banyak menulis tentang India dan Amerika Serikat, jadi kali ini saya ingin memperkenalkan betapa ekstremnya kelompok kiri di Brazil. Brazil adalah negara federal, dengan kelompok kiri memerintah São Paulo dan wilayah Timur Daya, sementara kelompok kanan, yang dipimpin Bolsonaro, menguasai wilayah sisanya.
PEMAKSAAN BLT DENGAN MODUS VAKSIN DI KOTA YANG MERUPAKAN BASIS SJW
KELOMPOK KIRI HENDAK MEMBAGIKAN ROKOK, CRACK, DAN COCAINE KEPADA ANAK-ANAK GUNUNG
https://twitter.com/i/status/1554908122363338754
KELOMPOK KIRI HENDAK MENGAJARKAN MATERI SEKSUAL SECARA EKSPLISIT KEPADA ANAK-ANAK
https://twitter.com/i/status/1558032587611856898
Brazil memiliki media globalis, mirip dengan CNN, yang sering disebut-sebut gemar menyebarkan kabar bohong dengan narasi rasial, baik mengenai isu ras atau masalah lainnya.
https://twitter.com/i/status/1556641869425147904
BRAZIL JUGA PUNYA TRADISI CANCEL CULTURE