Ini adalah grafik keuntungan portofolio investasi saham saya selama sekitar 10 tahun. Saya ingin berbagi dengan Anda tentang nilai keuntungan yang saya dapatkan dibandingkan dengan keuntungan IHSG dan keuntungan Indeks Reksadana Saham Infovesta.
Beberapa keyakinan saya tentang berinvestasi saham:
1. Investasi saham sebaiknya dilakukan dalam jangka panjang, bukan hanya dalam satu tahun, karena harga saham bisa turun dalam waktu singkat. Misalnya, untuk dana pensiun atau biaya sekolah anak yang masih 10 tahun lagi.
2. Risiko dari portofolio saham jangka panjang (bukan hanya satu atau dua saham) cenderung rendah. Namun, risiko dari memegang satu atau dua saham sangat tinggi. Meskipun imbal hasilnya kadang-kadang tinggi, risiko kehilangan uangnya juga tinggi.
3. Harga saham cenderung tidak stabil dalam jangka pendek, baik harian, bulanan, maupun tahunan. Namun, dalam jangka panjang, harga saham akan mengikuti pertumbuhan kinerja perusahaan, terutama Earning Per Share.
4. Saham dapat dianggap sebagai judi atau investasi. Pelajari teori peluang untuk memahami perbedaannya. Bagi saya, distribusi imbal hasil seperti expected value, standard deviation, skewness, & kurtosis adalah faktor yang membedakan antara “berjudi saham” dan “berinvestasi saham”.
5. Trading saham bisa menguntungkan jika kamu dapat mengembangkan metodologi yang sistematis, seperti yang dilakukan oleh Renaissance Technologies atau Bridgewater Associates. Namun, bagi investor individu, lebih seringkali trading saham merugikan. Expected value dari trading tidak selalu menguntungkanmu. Jika imbal hasil jangka panjang saham rata-rata 12% (return IHSG selama hampir 10 tahun ini ditambah dengan dividen) dan setiap transaksi beli dan jual memiliki fee sebesar 0,5%, maka jika kamu melakukan transaksi setiap bulan, fee tradingmu sudah mencapai 6%. Artinya, return saham yang kamu dapatkan hanya 6% (12% – 6%). Dengan imbal hasil seperti ini, lebih baik kamu mendepositokan uangmu. Beberapa bank bahkan bisa memberikan suku bunga deposito hingga 7% per tahun.
6. Jangan percaya pada seminar-seminar yang mengklaim bahwa trading saham dapat memberikan keuntungan konsisten 20% per tahun, apalagi yang berani mengklaim bisa untung 50% per tahun. Hal ini tidak realistis dan bisa menyesatkan. Selain itu, hindari sering melakukan transaksi jual-beli saham karena keuntungan dari transaksi tersebut lebih banyak didapatkan oleh pihak-pihak lain seperti broker, SRO di pasar modal – BEI, KSEI, KPEI, dan pemerintah (dikenakan pajak final 0,1% setiap kali menjual saham).
7. Membaca adalah kunci dalam berinvestasi. Jika Anda malas membaca, sebaiknya jangan mencoba-coba berinvestasi saham. Lebih baik membeli reksadana saham atau ETF (Exchange Traded Fund). Jika Anda ingin membeli reksadana saham, pastikan reksadana tersebut memiliki track record di atas 7 tahun dengan personel fund manager yang sama.
8. Saya percaya pada Efficient Market Hypothesis (EMH) dan Modern Portfolio Theory. EMH menyatakan bahwa pasar saham di Indonesia semakin efisien meskipun tidak selalu dan tidak semua saham. Ada kecenderungan jangka panjang menuju efisiensi yang semakin baik. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun bagi saya untuk mempercayai bahwa teori ini benar. Pelajari juga value investing agar Anda mendapatkan pemahaman yang lebih luas tentang bagaimana pasar saham bekerja.
9. Pasar yang efisien sangat penting karena dapat melindungi investor dari pembelian dengan harga yang salah, baik terlalu murah maupun terlalu mahal. Sebagai contoh, jika kita tidak ingin membeli barang dengan harga yang terlalu mahal, sebaiknya kita tidak pergi ke pasar yang membutuhkan tawar-menawar. Lebih baik pergi ke supermarket karena harga barangnya cenderung adil. Jika kita pergi ke pasar yang membutuhkan tawar-menawar, kita harus benar-benar mengetahui kualitas barang yang ingin dibeli agar tidak membeli barang dengan harga yang terlalu tinggi. Hal ini dikenal dengan istilah “lemons problem”. Begitu juga dengan pasar saham, pasar saham yang efisien menjual saham dengan harga yang adil (yaitu ekspektasi imbal hasil sesuai dengan seluruh informasi yang ada pada saat itu).
10. Pelajari behavioral finance untuk lebih memahami irasionalitas pasar saham (dan irasionalitas dalam diri sendiri) dan mengapa terkadang terjadi kesalahan harga di pasar saham. Saya merekomendasikan buku Richard Thaler (Misbehaving: The Making of Behavioral Economics), Daniel Kahneman/Amos Tversky (Thinking, Fast and Slow), atau jika Anda ingin membaca buku yang menyenangkan, saya merekomendasikan buku Dan Ariely. Memahami sedikit tentang behavioral finance dapat menyelamatkan Anda dari kegilaan di pasar saham.