Sejarahnya dimulai dengan sinkretisme Arab-Jawa. Asimilasi adalah cara terbaik untuk menyebar dengan cepat dan mudah diterima. Tasawuf adalah agama yang sangat disukai oleh para asimilator. Hasilnya, tasawuf-jawa muncul, yang terkadang disebut sebagai kejawen dan terkadang disebut sebagai abangan.
Jumat
Nama hari adalah kata serapan dari bahasa arab
- Ahad (nama lain minggu) ~ واحد, Wahid (satu) atau Al-Ahad ; Minggu serapan dari bahasa Portugis Domingo (hari Tuhan kita)
[1] - Senin ~ اثنان, Isnain (dua)
- Selasa ~ ثلاثة, Tsalatsa (tiga)
- Rabu ~ أربعة, Arba’a (empat)
- Kamis ~ خمسة, Khomsah (lima)
- Jumat ~ الجمعة, Jum’ah (hari berkumpul)
- Sabtu ~ سبعة, Sab’a (tujuh), ada juga yang mengatakan kata sabtu berasal dari kata Sabbath dari bahasa Ibrani artinya tujuh
Tulisan diatas saya ambil dari mas Peb Ruswono Aryan
[2]
dengan ditambahkan keterangan dari komentar, maupun saya tambahkan sendiri sebagai pelengkap.
Kamis bermakna lima (5) dan Jumat bermakna berkumpul sebagaimana kata jamaah adalah kumpulan yang berada di satu tempat yang sama melakukan kegiatan peribadatan dan dikomando oleh pemimpin/pemuka/yang-dituakan
Kliwon
Jawa mengenal hari (dina, baca: dino ) dan mengenal pasaran. Pasaran adalah nama hari dalam sistem lima-harian penanggalan jawa.
Pañcawāra (hari lima) atau hari Pasaran yang terdiri dari dari Umanis, Pahing, Pon, Wagai, dan Kaliwuan atau jaman sekarang disebut sebagai Manis (Legi), Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon, juga kemungkinan besar berasal dari India yang kemudian diadaptasi.
Kutipan diatas saya ambil dari tulisan mas Aji Shahariza
[3]
yang menjelaskan secara detail, silakan disimak juga.
Dalam keyakinan Jawa, juga mengenal numerologi. Seperti halnya Feng Shui, hal tersebut digunakan di setiap aspek kehidupan. Dapat dilihat di gambar diatas, kliwon menempati posisi tengah dan nilainya delapan. Sementara di kanan atas, adalah urutan, kliwon adalah hari ke-lima.
Hari-hari pasaran merupakan posisi patrap (sikap) dari bulan sebagai berikut.
- Kliwon • Kasih, melambangkan jumeneng (berdiri);
- Legi • Manis, melambangkan mungkur (berbalik arah ke belakang);
- Pahing • Jenar, melambangkan madep (menghadap);
- Pon • Palguna, melambangkan sare (tidur);
- Wage • Cemengan, melambangkan lenggah (duduk).
Kutipan diatas diambil dari tulisan mas Umam
[4]
Mistisme Jawa
Dari tangkapan layar diatas kita ketahui makna mistik sebenarnya yang sering disalahartikan dengan tema horor/hantu/klenik. Mistik dekat sekali kaitannya dengan reliji, Ketuhanan serta spiritual.
Meski di internal kebudayaan Jawa sendiri terdapat berbagai aliran, namun pokok utama ajarannya adalah sama. Yaitu terkait budi pekerti (akhlak). Dalam perjalanan mencapai akhlak yang sempurna, pelajaran tentang kesejatian diri adalah hal yang paling mendasar. Diawali oleh bab sedulur papat kalimo pancer yang berarti 4 saudara dan yang ke 5 adalah pusat/tengah nya.
Masyarakat Jawa memandang, setiap bayi terlahir, dia tidak sendirian datang ke dunia, ada 4 saudara halus dan 5 sebagai pusat nya. Pusat yang dimaksud adalah pusat kesadaran tertinggi. Pusat tersebutlah yang akan mengantarkan seorang anak manusia bertemu dengan diri sejatinya.
Kenapa kok ga disebut 5 bersaudara aja ? itu sudah pakem ajaran.
Mistisme Malam Jumat Kliwon
Kata “Malam Jumat” berarti kamis malam, dalam pandangan Jawa, pergantian hari ditandai pada sore menjelang malam.
Malam juga disebut sebagai simbol dari keheningan, kesunyian
Telah diketahui bahwa :
- Kamis bermakna lima (5) dan Jumat bermakna berkumpul sebagaimana kata jamaah adalah kumpulan yang berada di satu tempat yang sama melakukan kegiatan peribadatan dan dikomando oleh pemimpin/pemuka/yang-dituakan
- Kliwon adalah hari ke 5 dalam pasaran, bermakna tengah. Juga dimaknai sebagai kasih dengan lambang jumeneng/berdiri tegak sikap sempurna.
Jadi secara keseluruhan filosofi dibalik malam Jumat kliwon adalah, kumpulkan saudara gaib mu, dan rasakan kasih sayang dari pancermu. Sebagaimana ibadah salat Jumat, duduk diam sementara khotib berdiri pada mimbar, tidak akan sah sebelum jumlah jamaah mencapai 40. Jumlah minimal 40 bermakna 4 saudara harus dalam kondisi 0, harus diam, duduk nunduk patuh menyimak ceramah khotib.
Secara garis besar bermakna meditasi-kontemplasi diri, meresapi keagungan Tuhan.
Kesalahpahaman Umum
Sering diartikan dan dikaitkan malam jumat kliwon adalah malam horor, banyak hantu gentayangan. Dugaan saya berawal dari salah pemahaman, ketika ortu mendidik anaknya supaya tidak keluar malam pada masa belum mengenal listrik, supaya sang anak tetap dirumah.
Kondisi ini juga menguntungkan makhluk gaib dalam usahanya menyesatkan manusia. Si anak yang meyakini ke horor an ancaman ortunya, tercium aroma ketakutannya oleh makhluk gaib. Jadilah proyeksi ketakutan sang anak dimanfaatkan. Perlu digaris bawahi, rasa takut muncul ketika ragu, ragu akan kekuasaan Tuhan. Meski si anak sudah berumur 60 jika masih meyakini ancaman ortunya mentah-mentah, maka tidak akan bertambah dewasa dari sisi spiritualnya. Padahal setiap manusia punya saklar yang bisa dimatikan atau dinyalakan, untuk dapat bersinggungan dengan hantu atau tidak.
Di sisi lain, makhluk gaib suka “mencuri dengar” rahasia Tuhan, bisa jadi emang mereka gentayangan mencari orang yang bermeditasi dengan maksud nguping.
Ada tulisan menarik dari mas Himawan Pridityo
[5]
Catatan Kaki
Minggu (hari) – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[2]
http://Ahad(nama lain minggu) ~ واحد, Wahid (satu) atau Al-Ahad Senin ~ اثنان, Isnain (dua) Selasa ~ ثلاثة, Tsalatsa (tiga) Rabu ~ أربعة, Arba’a (empat) Kamis ~ خمسة, Khomsah (lima) Jumat ~ الجمعة, Jum’ah (hari berkumpul) Sabtu ~ سبعة, Sab’a (tujuh), ada juga yang mengatakan kata sabtu berasal dari kata Sabbath
[3]
http://Pañcawāra (hari lima) atau hari Pasaran yang terdiri dari dari Umanis, Pahing, Pon, Wagai, dan Kaliwuan atau jaman sekarang disebut sebagai Manis (Legi), Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon, juga kemungkinan besar berasal dari India yang kemudian diadaptasi.
[4]
Mengenal Hari Pasaran Jawa dan Asal-Usul Penanggalan Jawa
[5]
Jawaban Himawan Pridityo untuk Mengapa malam Jum’at identik dengan dunia mistis?