Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak orang Indonesia kurang gemar membaca buku. Berdasarkan pengamatan saya, ini bukan karena ketidaksukaan, tetapi lebih pada kurangnya alasan untuk membaca.
Contohnya, ketika saya pertama kali belajar bahasa pemrograman PHP, saya kesulitan mengikuti teori yang ada di internet. Saya kemudian mencari buku di Gramedia dan menemukan “Mysqli” karya Lukmanul Hakim. Setelah membaca beberapa halaman pertama, gaya bahasa penulis yang sederhana membuat saya mulai memahami materi tersebut. Akhirnya, saya membeli buku itu dan mempelajari PHP, terutama CRUD. Buku tersebut membantu saya meraih juara II dalam Lomba Kejuruan Siswa Web Design Tingkat Kota Semarang tahun 2016.
Seseorang yang tertarik pada digital marketing tentu akan merasa tertarik dengan buku seperti Dotcom Secrets, Copywriting Secrets, Expert Secrets, atau $100M Offer. Ketertarikan pada topik tertentu memberikan alasan yang cukup kuat untuk membaca buku.
Alasan lain mengapa orang tidak suka membaca mungkin karena kurangnya role model. Jika role model Anda adalah John Ive, pasti Anda akan merasa terdorong untuk membaca buku tentang desain. Jika role model Anda adalah Albani, Anda akan merasa perlu memiliki kitab Hadits. Jika role model Anda adalah pemain CoC, Anda mungkin akan mencari buku matematika.
Manusia cenderung mencontoh, jadi mencari role model yang dapat memotivasi kita untuk membaca adalah langkah penting. Selain itu, banyak orang merasa bingung tentang tujuan mereka. David Goggins menyarankan untuk mematikan teknologi dan pergi ke tempat yang tenang, lalu bertanya pada diri sendiri tentang tujuan hidup. Dari situ, kita mungkin akan lebih jelas tentang buku apa yang perlu dibaca.