karena setiap orang ingin “disukai orang lain”.
Manusia siap melakukan hal-hal yang tidak mereka sukai untuk menjadi “disukai orang lain”.
Karena sensasi “disukai orang lain” lebih banyak membuatnya senang daripada menderita karena melakukan hal-hal yang dia tidak suka, polanya menjadi seperti ini: “tidak disukai orang lain” lebih banyak membuat orang menderita daripada melakukan “hal-hal yang dia tidak sukai”.
Inilah mengapa penting bagi agama kita untuk mengabdi kepada Tuhan saja; jika kita ingin mengikuti “kesukaan manusia”, kita tidak akan pernah mencapai kebahagiaan.