Mengapa bela diri Silat tidak bisa bersaing di MMA?
Sign Up to our social questions and Answers Engine to ask questions, answer people’s questions, and connect with other people.
Login to our social questions & Answers Engine to ask questions answer people’s questions & connect with other people.
Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link and will create a new password via email.
Please briefly explain why you feel this question should be reported.
Please briefly explain why you feel this answer should be reported.
Ada kok, kenalkan ini Cheick Kongo[1] , atlet profesional MMA yang pernah berlaga di UFC dan Bellator. Dia pernah melawan legenda UFC semacam Mark Hunt, Roy Nelson, Frank Mir, dan Cain Velasquez, sayang semuanya kalah. Tidak masalah karena Mir dan Cain adalan mantan pemegang sabuk, sedang Hunt dan Nelson walaupun bukan juara, mereka juara di liga lain, serta termasuk yang paling susah dikalahkan. Cheick ini sabuk coklat Setia Hati Terate[2] , familiar bukan? Tetapi dia juga ikut Muay Thai dan juara di liga Kickboxing.
Silat sangat potensial untuk menjadi kandidat penantang di MMA, tetapi jelas membutuhkan dedikasi dan profesionalitas tinggi untuk bisa mencapai level itu. Padepokan-padepokan silat harus mampu menghasilkan petarung-petarung yang memang bisa hidup, makan dari menjadi atlet MMA pro, dapat kompensasi bagus, bisa bayar KPR mobil, rumah, dan menyekolahkan anak, layaknya atlet profesional lain. Harus ada turnamen-turnamen rutin dan sparring berkualitas buat jaga kondisi. Kalau di Indonesia memang masih jauh sih, Cheick ini bisa karena dia belajar silatnya di Perancis.
Catatan Kaki
[1] Cheick Kongo – Wikipedia
[2] Persaudaraan Setia Hati Terate | Forum Memayu Hayuning Bawana