Mengapa di Indonesia banyak tukang parkir liar dan sulit ditertibkan? Apakah tukang parkir liar bisa dikatakan sebagai premanisme?
Share
Sign Up to our social questions and Answers Engine to ask questions, answer people’s questions, and connect with other people.
Login to our social questions & Answers Engine to ask questions answer people’s questions & connect with other people.
Lost your password? Please enter your email address. You will receive a link and will create a new password via email.
Please briefly explain why you feel this question should be reported.
Please briefly explain why you feel this answer should be reported.
Saya bukan tukang parkir, pernah punya kenalan yang berprofesi sebagai tukang parkir dan terkadang sering mengobrol dengan tukang parkir.
Mengenai parkir liar, menurut saya ada beberapa kasus tergantung dari lokasinya. Ada lokasi parkir yang memang dikelola oleh beberapa orang, bisa dibilang yang “megang’ daerah itu. Biasanya pembagian lokasi parkir dibagi berdasarkan “lapak-lapak” nya, yang merujuk pada bangunan umum atau tempat usaha. Untuk tukang parkir “liar” biasanya mereka menyetor ke yang “megang” daerah itu, setoran nya bervariasi.
Kasus lain, ada warga sekitar yang inisiatif menjadi tukang parkir di daerah itu. Saya pernah mengamati satu kasus yaitu yang terjadi di rumah makan padang langganan saya. Pada awalnya, rumah makan padang ini tidak mempunyai tukang parkir. Lama kelamaan karena pelanggan cukup ramai, suatu hari ada seorang yang bertindak laksana tukang parkir. Rupanya para pelanggan warung padang itu adalah pelanggan yang memang sudah lama (setia) jadi memang agak heran ketika mendadak ada tukang parkir, sehingga rata-rata tidak ada pelanggan yang membayar parkir. Tidak sampai dua minggu, tukang parkir itu menghilang. Kasus ini terjadi di Jakarta.
Kasus lain adalah tukang parkir semasa saya SMA. Tukang parkir ini awalnya ilegal, karena orangnya asik, kami sering ngobrol dan nongkrong bareng. Seiring berjalannya waktu si tukang parkir ini sekarang sudah berseragam resmi dan dikelola oleh Pemerintah Kota. Kasus ini terjadi di Bandung.
Kasus lain, ada anak remaja tanggung, yang dadakan menjadi tukang parkir, karena saya pernah punya beberapa teman yang hidup seperti ini, saya menganggap perbuatan ini bukan premanisme, hanya anak anak yang ingin merasakan hidup di jalan.
Mengenai premanisme atau tidak, dugaan saya adalah tergantung lokasi. Jika lokasi parkir berada di tempat strategis seperti pasar, rumah sakit umum dan sejenisnya yang belum terkelola dengan baik/profesional, biasanya terjadi premanisme. Tapi apabila sudah terkelola dengan baik, tidak lagi terjadi premanisme tetapi menjadi kapitalisme, karena bisa jadi hanya model bisnisnya aja yang lebih rapi. Jadi mengenai premanisme atau tidak tergantung dari batas-batas yang kita tetapkan terhadap definisi itu.
Sebagai catatan, menjadi tukang parkir di Indonesia, tidak semudah yang terlihat, butuh keberanian, keahlian dan jiwa kepemimpinan, dan apabila tukang parkirnya adalah orang sekitar lokasi, akan sangat membantu pekerjaan dia maupun kita sebagai pelanggan.
Untuk alinea terakhir jangan ditanggapi terlalu serius ya.