Meskipun tidak ada cukup tanah, populasi manusia terus meningkat.
Kecuali properti seperti apartemen, harganya otomatis naik karena dari awal tanahnya seakan “berbagi”, yang berarti siapa yang bisa bayar akan mendapatkan propertinya.
Jika pertumbuhan populasi di wilayah tersebut dapat dikontrol sehingga tidak padat, harga properti tidak akan naik terus-menerus secara tidak terkendali. Situasi ini mirip dengan harga properti di antah berantah di mana tanahnya masih luas tetapi populasinya sedikit.
Sedangkan harga sewa itu mengikuti kemampuan masyarakat. Toh penyewa juga istilahnya cuma minjem kok.
Harga properti tinggi di jabodetabek, tetapi harga sewa kadang-kadang lebih murah, hanya 2% dari harga properti per tahun. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa mereka yang tidak memiliki dana untuk membeli properti hanya dapat menyewa harga serendah itu.
Misalnya, di timika atau sumbawa, harga properti rendah tetapi harga sewa tinggi. Ini karena orang butuh tempat tinggal sementara dengan gaji yang tinggi tetapi tidak mau mengeluarkan uang untuk membangun rumah karena tinggalnya sementara.