Pada tahun 1959 Yamaha sebenarnya sudah mengeluarkan prototipe mobil sport mereka:
Mobil ini diberi nama YX30 dan awalnya akan dilengkapi dengan mesin 4-silinder berkapasitas 1.600cc yang terinspirasi dari mobil sport MG bernama MGA yang diproduksi dari tahun 1955 hingga 1962. Yamaha bahkan mendirikan institusi riset dan pengembangan sendiri untuk proyek ambisius ini, dan mereka juga bekerja sama dengan Nissan.
Namun, kerjasama antara Yamaha dan Nissan ini tidak berlangsung lama karena Nissan memutuskan untuk fokus mengembangkan prototipe mereka sendiri yang kemudian dirilis dengan nama Silvia pada tahun 1965. Akibatnya, Yamaha memutuskan untuk menutup institusi riset dan pengembangan mereka serta membatalkan rencana produksi YX30 pada tahun 1962 karena beberapa masalah keuangan yang dihadapi.
Namun, Yamaha tidak menyerah begitu saja dalam mewujudkan impian mereka untuk menciptakan mobil yang dirancang oleh mereka sendiri. Pada saat yang sama, Toyota juga mulai menyadari bahwa mereka sering dianggap sebagai perusahaan yang terlalu konservatif, yang berarti mereka dianggap lambat dalam berinovasi untuk mengikuti perkembangan zaman dan tren yang sedang berkembang. Tren yang saya maksud di sini adalah setiap merek mobil mulai mengembangkan dan memproduksi versi mobil sport mereka sendiri.
Misalnya, merek seperti Mercedes-Benz dengan model 300SL atau Aston Martin dengan model DB4, model-model unggulan ini sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan mereka karena orang-orang menjadi lebih tertarik dan percaya untuk datang ke dealer mereka karena adanya model yang tidak sembarangan dibuat. Toyota sendiri sebenarnya sudah pernah memproduksi Sports 800, tetapi mereka merasa tidak puas karena mesinnya kecil, hanya sekitar 790cc, dan bahkan tenaganya tidak lebih dari 50hp (lebih spesifiknya 44hp).
Karena itu, Yamaha dan Toyota bekerja sama. Yamaha memiliki reputasi yang baik sebagai perusahaan yang sering bekerja sama dengan perusahaan besar lainnya. Yamaha menawarkan desain prototipe YX30 mereka kepada Toyota, dan Toyota tertarik dengan visi tersebut. Akhirnya, mereka mencapai kesepakatan, dengan satu syarat bahwa Toyota juga akan mengirimkan desainer ternama mereka, Satoru Nozaki, dalam proses produksi.
Dari sinilah lahir coupé pertama Jepang yang dianggap sebagai mobil sport atau bahkan mobil super, yaitu 2000GT. Model ini mengadopsi gaya mobil sport yang khas pada tahun 1960-an. Nozaki, sebagai salah satu desainer utama, bahkan mengatakan bahwa 2000GT terinspirasi dari desain E-type milik Jaguar karena kecintaannya terhadapnya. Ditenagai oleh mesin 6-silinder 1.998cc dengan tenaga sekitar 148hp, 2000GT bukan hanya menjadi mobil sport pertama Toyota, tetapi juga menjadi mobil produksi pertama Yamaha. Terlebih lagi, produksinya dilakukan di pabrik Yamaha yang berlokasi di kota Iwata.
Kolaborasi antara Yamaha dan Toyota tidak berhenti di situ saja. Setelah produksi 2000GT berakhir, keduanya mulai mengembangkan 1600GT, versi yang lebih “ramah” atau bisa dibilang adiknya dari 2000GT namun tetap mengedepankan performa. Model ini menggunakan basis yang sama dengan Corona dan menjadi pondasi untuk model Toyota yang legendaris, yaitu Celica. Dengan demikian, Yamaha juga turut serta dalam pembuatan mobil sejak dekade 1960-an, meskipun tidak sepenuhnya menggunakan merek mereka sendiri.
Toyota juga sangat menikmati kerjasama ini yang harmonis dan menguntungkan. Yamaha sudah memiliki pabrik dan citra yang baik, sehingga Toyota bahkan mengakuisisi sekitar 2% saham Yamaha dan kemudian meningkat menjadi 5% pada awal dekade 2000-an. Ada sumber yang mengatakan bahwa angka tersebut sudah di atas 50%, tetapi saya tidak dapat mengkonfirmasi hal ini. Selain itu, jawaban yang saya tulis juga menjawab pertanyaan mengapa Toyota tidak mengikuti jejak Honda dan Suzuki yang memproduksi motor langsung dengan merek yang sama. Toyota memang memproduksi motor, tetapi dengan merek Yamaha.